12

4.2K 281 3
                                    

Jangan lupa vote, coment.

Kalau ada yang typo, kasih tau, ye.

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*

**

Aksa terus menarik Raya seperti anak kecil, entah kemana ia akan membawanya. Pemuda itu terlihat sangat marah, Raya pun kesusahan untuk mengimbangi langkahnya dengan langkah panjang pemuda itu.

"Aksa, sakit." Beberapa kali Raya merasakan sakit karena cekalan kuat dari tangan besar Aksa. Pemuda itu sepertinya mendadak tuli tak mendengar rintihan Raya.

Hingga mereka tiba di ruangan milik Aksa, pemuda itu menghempas tubuh Raya dan menutup kasar pintu. Sementara Raya, ia kini menangis sembari menatap pergelangannya yang memerah.

"Lo sekarang berani lihat cowok lain? Iya?!" Aksa berteriak tepat di wajah Raya membuat gadis itu sedikit kaget.

Ia menggeleng. "Enggak, aku gak lihat mereka," jawab Raya sebisa mungkin. Ia tidak mau jika Aksa berpikiran buruk padanya.

"Kalau Lo gak lihat, Lo gak akan ada di sana," tekan pemuda itu dengan wajah yang memerah. Matanya melirik tajam nan menusuk pada Raya.

Raya kembali menggeleng. "Aku di sana cuma baca buku, aku gak ada lihat mereka," kilah Raya membela diri. Lebih tepatnya, mengatakan sebenarnya yang terjadi.

Aksa tertawa mendengar jawaban pacarnya. Membaca buku? Ada-ada saja pikirnya.

"Biasanya Lo juga baca buku di kelas, kalau enggak di perpustakaan. Kenapa mendadak di dekat lapangan?"

"A-aku c-cuman—"

Raya sontak berhenti bicara saat Aksa memukul tembok. Lidahnya sekarang terasa keluh tak tahu ingin mengatakan apa lagi. Ia terlalu takut untuk membalas perkataan Aksa.

Aksa mengusap kasar wajahnya, tangannya kini sudah memerah.

Pemuda itu membuang wajah, ia terlalu marah berfikir Raya saat ini sudah mulai melirik pria lain selain dirinya, dan bersorak pada mereka seperti yang dilakukan gadis lainnya. Tapi, faktanya Raya bukanlah gadis seperti itu.

Ia juga sadar jika statusnya dengan Raya hanya karena suatu pemaksaan darinya, tapi setidaknya tidak bolehkah Raya membalas perasaannya yang terlalu gampang jatuh hati padanya?

Aksa sendiri tidak tahu bagaimana perasaan Raya padanya. Atau mungkin hanya dia yang merasakan jatuh cinta? Ah, tidak. Pikiran Aksa sudah melayang entah kemana karena rasa amarah yang memenuhi dirinya.

Aksa melihat Raya yang menangis sembari memegangi pergelangan tangannya yang masih memerah. Pemuda itu tersentak saat menyadari jika ia membuat gadisnya terluka.

"Maaf," kata pemuda itu penuh penyesalan sembari meraih tangan gadis di depannya. Ia menatap sedih pergelangan yang memerah itu.

Raya hanya bisa menangis. Ia tidak tahu harus berkata apa dengan sikap Aksa yang seperti ini. Ia tidak mengerti bagaimana menanggapinya.

Aksa Harsa ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang