35

1.7K 105 4
                                    

Halo, Flen!

Akhirnya up juga.

Jangan lupa untuk vote, coment di tiap paragraf.

Raya dan Aksa kini berada di dalam mobil putih pemuda itu

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Raya dan Aksa kini berada di dalam mobil putih pemuda itu. Bukan, lebih tepatnya mobil Daren yang dipinjam oleh anaknya.

Berkendara menembus derasnya hujan di sore hari.

Altair? Jangan tanya lagi. Aksa jelas tidak perduli dengan pemuda itu. Bagaimana cara pemuda itu pulang, dengan siapa, jam berapa. Aksa benar-benar tidak perduli.

Tak ada perbincangan diantara keduanya. Aksa yang fokus menyetir, dan Raya yang fokus menatap jalanan yang basah lewat kaca mobil.

Raya menoleh ke arah Aksa saat mobil yang mereka naiki berhenti di lampu merah.

"Kamu bukannya lagi sakit?" Raya mulai bersuara. Jelas pertanyaan itu sudah ia pikirkan sejak tadi. Hanya saja ia tak berani mengatakannya.

"Peduli apa lo?" ketus Aksa tanpa menoleh menatap gadis itu. Pandangannya hanya fokus ke depan.

"Mau gue mati juga lo pasti bodo amat. Soalnya, kalau gue gak ada, lo kan bisa balik sama masa lalu lo." Raya menelan salivanya susah payah. Mendengar penuturan Aksa barusan membuat hatinya terasa sakit.

Hingga mobil kembali berjalan, Raya tak berniat membalas perkataan Aksa tadi.

🕊️

Sementara dilain sisi, gadis berambut panjang yang tergerai tengah duduk di sofa dengan menaruh kakinya di atas meja sembari memainkan ponselnya yang berlogo apel digigit itu.

"Lo gak mau pulang, ha?" Vanila berkata masih dengan menatap layar ponselnya sembari tarik-ulur beranda.

Sedang, lawan bicaranya Clara hanya menyahut dengan gelengan kepala sembari memakan cemilan yang ada di rumah gadis bernama Vanila itu.

Vanila menatap sinis Clara yang tak habis-habisnya memakan semua makanan yang ada di rumahnya. Gadis ini benar-benar akan membuat persediaan makanan di rumah mereka habis.

Vanila yang merasa jengah menurunkan kakinya kesal. Ia mengibaskan rambutnya ke belakang karena merasa gerah meski sudah memakai pakaian mini.

"BI INAH!" Vanila berteriak keras menyerukan nama seorang wanita paruh baya yang bekerja di rumahnya. Clara yang berada di sana ikut tersentak kaget karena suara melengking gadis itu.

Tak lama, wanita berpakaian lusuh datang menghampiri. "Iya, Non."

"Ini kenapa gerah banget? AC-nya kenapa mati?!" geram gadis itu. Ia tidak perduli jika sekarang tengah membentak orangtua.

Aksa Harsa ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora