[3]

709 112 97
                                    

Bunyi berisik dari denting sendok dan garpu yang diciptakan oleh dua orang lelaki yang duduk di sisi kanan dan kiri Seulgi sukses mengisi keheningan di ruang makan keluarga Kang pagi ini. Membuat keempat wanita yang turut berada disana hanya diam, memilih tidak ikut campur melihat kegusaran yang jelas sekali diperlihatkan kedua lelaki itu.

Mereka adalah Minhyuk dan Brian, kedua lelaki yang tanpa sadar bersikap seolah sedang beradu untuk membuat suara paling bising tanpa memperdulikan pandangan bingung disekelilingnya.

Tangan mereka bergerak hampir serupa, kadang terkesan seperti membanting sendok dan garpu karena harus dengan cepat menggulirkan layar ponselnya keatas dan kebawah sambil sesekali mengetik sesuatu dengan kening mengernyit dalam untuk kemudian berakhir dengan dengusan keras.

Terus seperti itu sejak hampir setengah jam berlalu, hingga kakak tertua mereka mulai melakukan aksi protesnya saat salah satu dari mereka tersedak karena begitu terkejut melihat entah apalah itu yang berada di ponselnya.

"Makannya pelan-pelan dong, Bri."

"Hm," sahut Brian masih dengan tangan yang sibuk bergerak lincah di atas keypad ponselnya.

"Minhyuk juga pelan-pelan makannya, dari tadi mainan hape mulu."

Kali ini protesan itu Minkyung tujukan pada saudara kembarnya yang lahir sekitar tiga puluh menit lebih lambat darinya. Minhyuk. Meskipun umur mereka tidak terpaut jauh, namun sifat alami kakak tertua tetap menurun pada Minkyung.

Gadis cantik berusia dua puluh sembilan tahun yang menjabat sebagai kepala divisi perencanaan dan konstruksi di sebuah perusahaan yang bergerak bidang properti dan real estate itu berdecak pelan, melihat adik-adiknya yang gila kerja.

"Ini lagi sibuk cek sama konfirmasi jadwal, kayanya hari ini aku harus pulang subuh lagi," keluhnya pelan.

"Jadwal operasinya padat banget, ya?"

Minhyuk menganggukkan kepalanya sambil meletakkan ponsel mahalnya ke atas meja dengan sedikit kasar, tangannya kembali meraih sendok dan bergegas menyuap sarapannya lagi.

Kang Minhyuk, kakak tertua kedua di rumah setelah Kang Minkyung. Berprofesi sebagai seorang dokter bedah yang bekerja pada salah satu rumah sakit besar di kota mereka.

Memiliki jadwal operasi yang luar biasa padat sudah menjadi makanan sehari-hari baginya. Dalam satu minggu pun sangat sulit rasanya memiliki kesempatan untuk sarapan bersama seperti ini walau hanya sekali, dan jika ada, maka ia akan selalu sibuk sendiri mengutak-atik ponselnya.

"Halah!"

Pekikan kesal dan nyaring kali ini berasal dari Brian yang sukses kembali menyita perhatian hampir semua yang berada di meja makan itu. Membuat mereka tanpa sadar bersiap mendengar keluhan Brian setelah sebelumnya dengan tenang mendengarkan keluhan Minhyuk.

Namun lelaki itu tidak memperdulikan tatapan penasaran dari anggota keluarganya, matanya hanya tertuju pada Minhyuk yang masih fokus pada sarapan di depannya.

"Bang, nitip Seulgi bisa gak? Anterin dia ngampus."

Minhyuk mengangkat kepalanya, menatap Brian dan Seulgi secara bergantian. "Ada apa?"

"Gue ada meeting dadakan pagi ini sama klien, gak akan sempat kalo harus nganterin Seulgi dulu ke kampusnya."

Memiliki bengkel yang cukup besar dan menjadi anak band hanyalah kerja sampingan bagi Brian untuk mengisi waktu kosong dan menjalani hobinya. Di samping itu, ia sudah bekerja selama kurang lebih hampir dua tahun di sebuah perusahaan otomotif dari Jepang yang memiliki cabang di kotanya.

Minhyuk menoleh pada Seulgi. "Kamu ada kelas pagi, dek?"

"Kelas Seulgi jam sembilan," jelas Brian yang sudah hapal di luar kepala jadwal kuliah adik kesayangannya itu.

Heartbeat [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang