[15] - [M]

1K 51 62
                                    

"Uangnya ambil di dompet, Bam."

"Mau lo apain anak orang?"

Jimin membelai pipi bulat Milky dengan wajah kusut, sama sekali tidak mengindahkan pertanyaan Bambam.

"Santai aja kali, bro. Gak harus sampai make gituan segala." tegur Bobby kalem.

"Harus, biar dia tau dia punya siapa."

"Yeuhhh cemburu!" seloroh June meledek.

"Terserah, pokoknya besok pagi anterin obatnya kesini."

"Jangan mau, Bam! Inget dosanya nanti dia bagi dua sama lo!"

Mendengar perkataan June, Bambam seketika menggaruk pipinya ragu. "Iya ih, Jim. Gue ngeri kalo urusan akhirat udah di--"

"Kalo gue kasih gopek deal gak?"

Bambam seketika melongo, membuat June bergegas menyahut lagi demi menahan iman Bambam yang mulai bergetar.

"Gopek ratus itu maksudnya bukan gopek ribu!"

"Ribu, Bam." timpal Jimin seraya meraih dompet tebalnya dari atas nakas dan mengangkatnya di udara. Menggoda Bambam.

"Deal gak?"

Jimin larut dalam hening, mengecupi dalam diam puncak kepala gadis di dekapannya seraya terus memutar-mutar kotak obat berwarna biru yang masih utuh dan tersegel rapi di dadanya.

Matahari sudah meninggi, bias hangat cahaya sudah menelusup masuk melalui celah kecil ventilasi di atas jendela kamarnya. Namun gadis dalam rengkuhannya nampak masih betah menenggelamkan diri di alam mimpi, mengistirahatkan tubuh ringkihnya yang digempur Jimin habis-habisan tadi malam.

Suhu ruangan yang kian lama kian meningkat lambat laun menciptakan titik-titik keringat di dahi Seulgi, membuat badan lelahnya menggeliat sementara monolid cantiknya mengerjap pelan merasakan tidur yang terganggu.

"Pagi, sayang."

Suara serak dan tatapan yang hangat adalah pemandangan pertama yang Seulgi dapati pagi ini, pun dengan detak jantung favorit Seulgi yang membuat ia rasanya ingin melanjutkan hidup dengan baik agar bisa selalu terbangun dalam keadaan seperti ini.

"Pagi." jawab Seulgi penuh senyum, tenggelam dalam indahnya paras rupawan lelaki yang tengah mendekapnya itu.

"Hari ini ada kelas?"

Seulgi menggeleng, monolid cantiknya tanpa sadar menyusuri lengkungan manis di bibir merah nan tebal milik Jimin. Labium lembut yang tak ia sangka mampu membuat pinggangnya terangkat tadi malam.

Pipi Seulgi memerah saat kilasan panas itu menghampiri pikirannya. Walau tidak berhasil melepas baju Seulgi, Jimin ternyata tetap mampu menjelajahi tubuhnya begitu jauh sampai di titik dimana Seulgi bahkan tidak tahu ia bisa disentuh sedalam itu.

"Gerah, ya?"

Seulgi tersentak kecil merasakan sentuhan dingin di wajahnya. Mulutnya bungkam, hanya matanya saja yang menyoroti wajah Jimin dengan bingung.

"Pipi kamu merah."

Seulgi gelagapan, tangan kirinya yang sedari tadi beristirahat di perut telanjang Jimin lantas naik, ikut menyentuh area pipinya yang terasa panas.

"Uhh.. i-iya." lirihnya ragu seraya menggeser tubuhnya sedikit menjauhi Jimin.

Pergerakan canggung Seulgi terbaca jelas di mata Jimin, membuat lelaki itu menarik senyumnya kian lebar sembari mulai menjalarkan tangannya menggapai ujung baju Seulgi, berniat menariknya ke atas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heartbeat [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang