Mengingat

126 15 0
                                    

Dafi masih menenangkan Raya dikamar Raya. Ia tadi sudah memberikan air putih untuk membantu mencegah dehidrasi karna Raya terlalu lama menangis.

"Baby girl..." panggil Dafi sambil memegang pipi Raya dan mengelusnya. Raya melihat ke manik mata Dafi, terdapat gurat kekhawatiran disana.

"Maaf mas. Mas Dafi harus lihat hal ini setelah kita baru saja selesai bertunangan, bahkan belum ada sehari kita tunangan. Maafkan atas ketidaknyamanannya mas Dafi main kerumahku." Sesal Raya.

"Jangan merasa bersalah Baby girl. Saya tidak marah dengan hal tadi, justru saya khawatir sama kamu dan mama kamu. Sudah... sekarang tidak usah kamu dengar atau fikirkan semua perkataan tante tante kamu itu. Hidup kamu adalah kamu yang tahu, kamu yang jalani. Jadi, jangan hiraukan mereka yang usil dengan hidup kamu. Dan juga Tidak usah memikirkan hal lain yang tak berguna. Mengerti...??" Tutur Dafi yang dijawab anggukan kepala dari Raya.

"Ya sudah... sekarang kamu bersih bersih. Kemudian istirahat, ini sudah malam. Besok saya ajak kamu jalan jalan kesuatu tempat, mau..?" Tawari Dafi.

"Kemana mas..??" Tanya Raya dengan sisa tangisnya tadi.

"Rahasia dong. Yang penting sekarang kamu istirahat dulu. Kamu pasti capek habis nangis selama sejam tadi." Goda Dafi pada Raya.

"Ih... mana ada sejam. Orang cuma 3 menit doang tadi." Elak Raya.

"Ralat, 3 menit lebih. Lebihnya itu yang banyak... iya kan..??" Goda Dafi lagi sambil menutul pucuk hidung Raya.

Raya memukul Dafi. Ia mulai tersenyum walau masih sedikit gengsi "mas Dafi ih..!!" Gerutu Raya sambil memukul lengan Dafi kecil. Hanya sekedar beecanda saja mukulnya. Tidak untuk beneran.

"Tapi maz. Besok kan aku berangkat kerja." Ucap Raya mengingat besok adalah hari senin.

"Ya sudah. Lain kali saja berarti. Memangnya kamu nggak dipingit selama seminggu...???" Tanya Dafi

"Nggaklah. Kebanyakan kalau seminggu. Paling mulai nanti 3 hari sebelum nikah." Jawab Raya

"Begitu yah..?? (Dafi tampak berfikir) mmm... Baby girl, kalau setelah menikah kamu berhenti bekerja mau nggak..?" Tanya Dafi hati hati.

Raya melihat kearah Dafi "memangnya kenapa mas..??" Tanya Raya

"Tidak apa apa. Cuma permintaan saya saja sebagai calon suami kamu." Jawab Dafi. Sebenarnya alasannya karna ia tidak mau Galang mempunyai celah untuk mengusik kehidupan rumah tangganya.

Flashback on

"Kenapa anda meminta saya unuk bertemu pak Galang...??" Tanya Dafi yang sudah duduk di depan Galang. Sebelumnya Galang meminta Dafi untuk bertemu di Cafe Moo.

"Langsung saja karna saya tidak suka basa basi. Jauhi Aufa...!!" Ucap Galang dengan nada tegas.

"Siapa anda melarang saya..?? Aufa saja tidak keberatan saya dekati. Kenapa anda yang marah...?" Jawab Dafi enteng.

"Saya tidak mau Aufa terlibat dengan mafia kejam seperti anda tuan DAFI..!"

Suasana mulai tegang sekarang. Dafi dan Galang saling menatap dengan tajam. Mungkin kalau tatapan itu bisa membunuh seseorang. Mereka pasti sudah terbunuh satu sama lain.

"Seperti itukah pandangan anda terhadap saya Bapak GALANG yang terhormat..? Saya rasa tidak ada gunanya kalau saya menjelaskan kepada anda kejadian yang sebenarnya. Anda juga tidak akan mempercayai saya." Ucap Dafi yang beranjak berdiri untuk meninggalkan Galang.

"Berhenti...!!!" Teriak Galang membuat pengunjung cafe kaget dan seketika mereka jadi pusat perhatian para pengunjung. (Ada yang ketakutan, ada yang tersenyum melihatnya, ada juga yang tegang sampai jari tangannya masuk kemulut. Hehe..).

Pria Misterius (Tamat)Where stories live. Discover now