7. Prince of Tychi

149 23 0
                                    

Sekali lagi, sepertinya perjalanan para anggota Ateez tidak hanya untuk mencari hourglass ke setiap pulau. Tetapi, menjadi kunjungan ke Istana-istana yang ada di setiap pulau. Salah satunya saat ini, dimana untuk ketiga kalinya, para anggota Ateez memasuki Istana. Walaupun untuk saat ini, kedatangan mereka karena adanya Pangeran Mahkota diantara mereka. Yunho, yang tidak disangka oleh siapapun, rupanya adalah seorang Pangeran. Terlebih Mingi, yang sampai saat ini sepertinya belum ingin berbicara kepada Yunho. Wajar saja, jika Mingi merasa cukup kecewa dengan fakta yang baru didengarnya itu. Dirinya dan Yunho, sudah bersama lebih dari tiga tahun. Rasanya sangat aneh, ketika Mingi sama sekali tidak mengenal sahabatnya itu. Terlebih tentang siapa Yunho sebenarnya. Mingi merasa jika dirinya adalah sahabat terburuk untuk Yunho.

"Kalian bisa menginap di sini, sebelum melanjutkan perjalanan kalian. Aku sangat senang, bisa bertemu dengan teman-teman dari anakku ini,"

Semua orang mengangguk. Mereka berjalan mengikuti salah satu pelayan yang akan memberitahu kamar tempat mereka menginap malam ini. Tidak ada pengumuman tentang pembagian kamar. Karena biasanya, para anggota akan melakukan suit untuk menentukan kamar dan teman sekamar. Hanya saja sepertinya, hari ini menjadi pengecualian karena para anggota secara kompak sudah memutuskan akan sekamar dengan siapa. Bukan hanya itu, tetapi mereka juga melakukannya tanpa sepengetahuan Yunho, lagi.

Merasa sangat aneh dengan teman-temannya, Yunho menarik tangan San cukup kuat. Ia menarik San hingga berada di belakang tubuhnya. Apa yang ia lakukan itu, membuat anggota Ateez lainnya langsung menoleh ke arah Yunho dengan raut wajah kebingungan. "Ada apa denganmu, Yunho-ah, maksudku adalah Pangeran Yunho?" tanya Mingi dengan nada yang sedikit sinis.

"Kenapa kalian memutuskan semuanya tanpa melibatkan diriku?" Para anggota Ateez saling menatap. Lalu, mereka menatap Yunho dengan heran.

"Kenapa?" ujar Hongjoong heran. "Istana ini adalah rumahmu, kamu pastinya punya kamar sendiri. Jadi, tidak ada alasan untuk kami melibatkanmu untuk menentukan rekan sekamar, bukan?" lanjutnya. Ia melirik ke arah San yang masih berada di belakang tubuh Yunho.

"San, kemarilah. Kamu satu kamar dengan Yeosang malam ini," ujar Hongjoong. San langsung mengangguk. Dengan raut wajah merasa bersalahnya, ia menatap ke arah Yunho beberapa saat, sebelum menghampiri Yeosang dan menggenggam tangannya. Setelahnya, para anggota benar-benar mengabaikan Yunho. Mereka segera berjalan ke arah kamar masing-masing, meninggalkan Yunho sendirian di lorong yang sepi itu.

Yunho menghela napas panjang. Ia menundukkan kepalanya sebentar, sebelum akhirny berbalik. Walau sudah sangat lama dirinya meninggalkan Tychi, akakn tetapi, Yunho masih bisa mengingat dengan jelas setiap sudut di Istana itu. Bahkan, Yunho masih mengingat, jalan rahasia yang ia gunakan untuk melarikan diri dari Istana. Walau sepertinya, jalan itu tidak bisa ia gunakan kembali karena jalan tersebut terlalu kecil untuk tubuhnya saat ini.

"Aku pikir, kamu tidak akan pernah kembali ke sini."

Yunho mengangkat kepalanya. Ia langsung bertemu tatap dengan seorang pemuda yang memakai pakaian bangsawan. Berdiri dan bersandar pada tembok di belakangnya, dengan kedua tangan yang terlipat di dada. Ia menatap Yunho dengan datar dan dingin.

"Bagaimanapun, di sini adalah rumahku," ujar Yunho. Ia menurunkan pandangannya, enggan menatap balik mata Kakaknya itu.

Pria bernama Evardo itu mendengus cukup keras. Tatapan tajamnya berubah menjadi begitu meremehkan kepada sosok adiknya yang sudah sangat lama tidak ia jumpai. Hubungan keduanya, awalnya begitu baik. Bahkan, mereka berdua seolah tidak bisa dipisahkan. Tetapi semenjak Yunho tiba-tiba kabur dari Istana tanpa alasan yang jelas, membuat Evardo kesal. Tidak hanya kesal, tetapi sepertinya sudah berada dititik dimana, Evardo membenci adiknya itu.

"Kakak marah kepadaku?" tanya Yunho. Perlahan, ia mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Evardo yang langsung membuang muka. Yunho sadar, perbuatannya saat itu begitu menyakiti perasaan Kakaknya. Tetapi, ia memiliki alasan kuat kenapa sampai berani melarikan diri dari Istana, bahkan sampai pergi ke pulau Azland. Yunho tidak tahan dengan semua intrik yang terjadi di Istana. Pertikaian yang selalu ia lihat, membuatnya ketakutan setiap malam. Karena itu, dirinya nekat pergi dari Istana ketika seseorang yang asing mengajaknya keluar dari Tychi.

"Apapun alasanmu itu, aku sama sekali tidak peduli, Putra Mahkota," ujar Evardo. Ia mendengus setelahnya, lalu membelakangi Yunho. Dengan punggung yang tegap, Evardo berjalan meninggalkan Yunho untuk kembali sendirian lagi di lorong itu.

"Posisi Putra Mahkota itu, bukan aku lagi yang memilikinya. Itu akan tetap dimiliki oleh Kakak," ujar Yunho. Ucapannya membuat Evardo menghentikan langkahnya. Terlihat di mata Yunho, jika kedua tangan Evardo mengepal dengan sangat kuat.

"Kamu kira, akan semudah itu memindahkan kepemilikan posisi Putra Mahkota?" Yunho menelan ludahnya. Ia berusaha untuk tidak gentar sama sekali dengan aura penuh permusuhan dari Kakaknya. "Hanya yang terpilih, adalah sang Putra Mahkota. Hanya yang memiliki hati paling suci. Cih, sungguh? Aku rasa, mereka melakukan kesalahan untuk satu ini," ujar Evardo dengan nada suara yang jelas-jelas begitu merendahkan Yunho.

"Kamu tidak bisa seenaknya seperti itu, Yulion. Ah, apakah aku harus memanggilmu Yunho?" Evardo kembali membalikan tubuhnya. Ia menatap Yunho dengan sangat tajam.

"Aku tidak akan berada di sini lagi." Evardo langsung terdiam. Beberapa saat, sebelum dahinya mengerut cukup dalam.

"Apa maksudmu?" Yunho menghela napas. Semenjak para anggota Ateez setuju untuk menjadikan Tychi sebagai pulau tujuan mereka selanjutnya, Yunho sudah memikirkan segalanya. Ia sudah yakin, akan meninggalkan posisi Putra Mahkota itu selamanya dan meneruskan perjalanannya sebagai anggota Ateez. Sebagai Yunho anggota Ateez. Bukan Yulion, Putra Mahkota.

"Aku akan meninggalkan posisi itu, dan meneruskan perjalananku sebagai pelayar bersama teman-temanku. Ini adalah keputusanku, dan tidak akan berubah sama sekali," ujar Yunho dengan sangat yakin. Ini adalah keputusannya, dan ia sudah sangat yakin dengan hal itu. Walau mungkin setelahnya ia akan ditentang, Yunho tidak peduli. Ia akan tetap pergi berlayar bersama teman-temannya.

Evardo terdiam beberapa saat. Sejujurnya, pria itu sangat terkejut dengan keputusan tiba-tiba dari Yunho barusan. Apalagi, Yunho baru saja kembali setelah bertahun-tahun menghilang tanpa kabar. Tetapi, Evaron terlalu pandai mengendalikan raut wajahnya. Sehingga yang terlihat hanyalah wajah datar saja. Evardo mendengus.

"Terserah kamu saja. Aku tidak peduli," ujar Evardo lalu kembali melangkah. Yunho menghela napas panjang. Ia mengacak rambutnya pelan. Ada masalah yang harus segera ia selesaikan. Mingi, temannya itu pasti benar-benar salah paham sekarang.

"Tetapi aku tidak bisa menghampirinya saat ini juga," gumam Yunho. Ia menoleh ke arah pintu di sampingnya. Itu adalah kamarnya. Kamar yang sudah sangat lama tidak ia huni. Dan sepertinyanya, ia akan kembali meninggalkan kamar itu dalam jangka waktu yang sangat lama. "Biarkan dia beristirahat dulu, Yunho," ujar Yunho lagi sebelum masuk ke dalam kamar.

To be Continued...

27 November 2021

HOURGLASS : Find Your Treasure [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang