28. D-Day

109 22 4
                                    

Hari pertandingan pun tiba. Pertandingan diadakan di sebuah arena yang besar dan luas. Orang-orang yang datang ke tempat itu sangat banyak. Di luar arena, terdengar begitu ramai orang-orang yang hendak menonton pertandingan hari ini. Bukan hanya para orang dewasa saja yang datang ke arena itu. Karena terlihat juga cukup banyak anak-anak yang sedang berlarian sembari menunggu masuk ke dalam tribun bersama orang tua mereka. Antusiasme orang-orang itu sangat tinggi. Terlebih, orang-orang yang menonton bukan hanya warga Karbara saja. Karena bisa dilihat beberapa rombongan bangsawan yang juga akan menonton acara pertandingan hari ini. Walau sudah jelas, jika mereka akan mendapatkan tempat duduk khusus.

Kala di luar arena begitu ramai dan berisik, di sebuah ruangan yang cukup besar, orang-orang yang akan bertanding sudah berkumpul. Mereka mendapatkan arahan dari panitia. Memastikan jika nantinya tidak akan kejadian saling membunuh di atas arena karena itu akan melanggar tradisi suci yang sudah dipegang teguh oleh warga Karbara selama ratusan tahun. Setelahnya, mereka mendapatkan nomor urut bertanding yang diberikan secara acak. Ruangan itu terlihat cukup penuh, karena peserta yang bertanding benar-benar sebanyak itu. Rasanya, peserta kali ini jauh lebih banyak dibanding ketika berada di Omorfia.

"Ini karena kita berada di satu ruangan yang sama. Sebelumnya, kita menunggu di lorong yang panjang," ujar Yunho. Keempat anggota Ateez yang mengikuti pertandingan itu langsung menoleh ke arahnya. San, Mingi, dan Wooyoung menganggukkan kepalanya. Ucapan Yunho ada benarnya. Mungkin karena mereka melihat semua peserta, membuat jumlahnya seperti jauh lebih banyak dibanding ketika berada di Omorfia. Sedangkan Seonghwa menatap adik-adiknya itu dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Tetapi bila ditempatkan seperti ini, aku rasanya akan mati sebelum ke arena," ujar Wooyoung. Ia meringis pelan, ketika matanya memperhatikan para peserta yang beberapa diantaranya memiliki badan besar dan tinggi. Mingi yang berdiri di sebelah Wooyoung, menendang pelan kaki pemuda itu. Raut kesal langsung ia terima dari korban keusilannya itu. Namun, Mingi malah tertawa tanpa suara melihatnya.

"Kalau kamu ikut Mingi ke kamar mandi saat itu, kamu bisa tahu ada yang lebih mengerikan dari pada yang saat ini," ujar Yunho. Ia sempat melirik tajam ke arah Mingi karena dirinya juga melihat keusilan temannya itu. Mingi hanya mengatakan maaf tanpa suara.

"Benarkah? Tapi..., di sana memang mengerikan karena keinginan mereka untuk saling membunuh," ujar Wooyoung yang kali ini suaranya dipelankan. San yang sejak tadi diam karena sedang memperhatikan interaksi peserta lain di ruangan itu, langsung menolehkan kepalanya. Ia menjadi kembali teringat pada dua sosok lawannya di akhir pertandingan saat itu. Keduanya memang memiliki badan yang besar, namun bukan itu yang membuatnya cukup merasa ngeri. Melainkan keinginan mereka untuk membunuh dirinya dan Jongho terasa terlalu kuat. Beruntung mereka menang. Jika tidak, mungkin lawannya itu akan benar-benar menghabisi dirinya dan Jongho. Itu adalah mimpi buruk.

"Aku tidak terlalu mengerti," ujar Seonghwa yang akhirnya berbicara setelah sebelumnya hanya diam memperhatikan keempatnya berbicara. San tersenyum. Ia menepuk bahu anggota tertua di Ateez itu dengan lembut.

"Tidak masalah. Kakak jangan khawatirkan hal itu. Kakak hanya perlu fokus pada pertandingan nanti dan tetap tenang," ujar San. Ucapannya itu disetujui oleh yang lain, membuat Seonghwa menghela napas pelan. Dirinya memang harus fokus pada pertandingan nanti. Hanya saja, bukan salahnya yang sangat penasaran dengan apa saja yang dilalui mereka ketika bertanding di Omorfia sebelumnya. Apalagi mereka hanya menceritakan kejadian itu sedikit. Setelahnya tidak pernah lagi mengatakan tentang pertandingan di Omorfia. Entah apa alasannya. Membuat Seonghwa justru semakin merasa penasaran.

"Dan juga, apa pun yang terjadi di luar arena, jangan membuat Kakak lemah." Kali ini Mingi yang berbicara. Seonghwa menatap Mingi dengan raut wajah bingung. Sayangnya, Mingi terlihat tidak akan menjelaskan apa pun dari ucapannya tersebut. Membuat Seonghwa menghela napas pelan.

HOURGLASS : Find Your Treasure [END]Where stories live. Discover now