14. Last Day

129 22 0
                                    

Berita kematian tragis dari tangan kanan Evardo itu langsung menyebar dengan sangat cepat ke seluruh penjuru Tychi. Tidak mengherankan, karena pria itu sangat sering berada di sekitar Evardo. Selain ucapan bela sungkawa dari para bangsawan yang mencari muka kepada sang Raja, juga terdengar suara gunjingan yang memandang buruk Seron. Mereka menganggap, jika Seron tidak lebih dari seorang penjilat. Terlebih, Seron hanya seseorang dari kalangan bawah yang beruntung bisa menjadi orang kepercayaan Evardo.

"Bagaimana perasaanmu?"

Yunho menoleh ke arah San yang baru saja memasuki kamarnya. Saat ini, ia memakai pakaian bangsawan berwarna hitam. Sekadar menunjukkan simpati atas kematian Seron kemarin malam. Yunho menghela napas panjang. Ia terlihat jelas tidak tertarik dengan acara belangsukawa yang diadakan pihak Istana.

"Kau yang melakukannya?" tanya Yunho. Tidak ada raut menuduh atau kesal. Ia terlihat sangat tenang. Tidak menampilkan raut wajah yang begitu jelas. San menaikkan sebelas alisnya. Ia mendengus pelan.

"Kakakmu akan langsung memberikan pembelaan jika aku sampai dituduh," ujar San dengan tenang. Yunho terdiam beberapa saat. Ia belum mengetahui perihal jamuan minum teh yang terjadi diantara San dan Evardo. Tetapi, saat ini Yunho memilih untuk tidak bertanya apapun tentang hal itu. Ia berpikir, hal itu bukan sesuatu yang sangat penting untuk ia tanyakan disituasi seperti ini.

San menoleh kembali ke arah Yunho. Sedikit penasaran kenapa pria itu terdiam. Yang ia dapati saat ini, adalah raut wajah melamun dari Yunho. San menaikkan salah satu sudut bibirnya, dengan mata yang masih memperhatikan Yunho. Hanya beberapa detik, sebelum San mengulurkan tangannya. Ia menyerahkan sebuah amplop yang sejak tadi berada di tangannya.

"Ini dari Kapten," ujar San. Ucapannya berhasil membangunkan Yunho dari lamuannya. Ia langsung menatap ke arah amplop itu, lalu San. Dahinya mengerut dengan sangat jelas. Dirinya benar-benar kebingungan. Bukankah, Hongjoong bisa langsung berbicara kepada dirinya daripada berbicara dengan perantara surat. Namun, Yunho tetap menerima amplop tersebut walaupun pertanyaan demi pertanyaan masih memenuhi kepalanya.

"Di sini, kita tidak bisa mengatakan segalanya dengan mudah," ujar San. Ia berjalan mendekat ke arah Yunho. San menepuk bahu Yunho pelan. "Kita akan segera kembali berlayar. Jika keputusanmu masih sama, maka mau tidak mau kamu harus meninggalkan rumahmu lagi," lanjut San. Raut wajahnya terlihat sangat serius.

Yunho menghela napas panjang. "Keputusanku masih sama. Aku akan tetap ikut berlayar dengan kalian semua, juga meninggalkan identitasku sebagai Yulion," ujar Yunho dengan sangat yakin. San memandang sosok Yunho dari samping. Ia mencari keraguan, namun tidak ditemukan olehnya.

"Baiklah. Sejujurnya, aku senang mendengar hal ini," ujar San dengan jujur. Yunho menggerakkan kepalanya. Sekarang, keduanya saling bertatapan dengan raut wajah datar, tetapi kepala mereka dipenuhi oleh pertanyaan dmi pertanyaan yang seakan membludak di kepala keduanya.

"Aku akan kembali ke kamarku. Kuharap, kamu segera membaca surat itu," ujar San. Ia segera berjalan keluar dari kamar Yunho begitu saja. Meninggalkan Yunho yang masih berdiri diam di tempatnya.

******** ********

Hongjoong membalikkan badannya ketika merasakan kehadiran seseorang di ruangan itu. Ia berada di kamarnya sendiri, karena Seonghwa saat ini sedang berada di kamar San dan Yeosang. Entah tengah membahas apa. Dan kini, Yunho datang ke kamarnya. Tidak lagi dengan pakaian ala bangsawan yang sejak pagi tadi terlihat oleh Hongjoong.

"Akhirnya kamu datang. Apakah ini artinya, kamu sudah membaca surat itu?" tanya Hongjoong dengan raut wajah tenangnya. Yunho mengeluarkan secarik kertas dari saku celananya. Itu adalah surat dari Hongjoong yang ditujukan untuk Yunho.

"Ya. Aku langsung membacanya begitu San keluar dari kamarku," ujar Yunho. Hongjoong mengangguk mengerti. Dengan gerakan tangan, Hongjoong mengajak Yunho untuk duduk di kursi yang tersedia di ruangan tersebut. Keduanya segera duduk saling berhadapan.

"Sebelumnya, aku minta maaf jika aku membuatmu kebingungan karena mengirim surat." Yunho menatap Hongjoong. Ia yakin, San sudah memberitahukan semuanya. Termasuk kebingungannya itu. Yunho tidak marah kepada San atas hal tersebut. Tidak ada yang perlu ia sesalkan, juga dirinya sudah tahu jika San adalah seseorang yang sangat jujur.

"Ya, aku cukup bingung. Tetapi tidak apa, Kak. Aku mengerti dengan situasinya," ujar Yunho. "Tapi, kenapa Kakak secara tiba-tiba memilih untuk berangkat malam ini?" tanya Yunho dengan sangat kebingungan. Karena seharusnya, Hongjoong mengatakan hal ini secara langsung kepada dirinya. Selain itu, mereka juga perlu untuk berpamitan kepada Ayahnya yang tidak lain adalah Raja Tychi. Jika tidak, kepergian mereka seperti rencana melarikan diri setelah kematian Seron terjadi.

"Aku hanya ingin meminimalisir resiko yang akan kita terima," ujar Hongjoong. Ia menatap sebentar ke arah jendela. Malam ini, langit sangat cerah, sehingga ia bisa melihat cahaya jutaan bintang dari tempatnya duduk. "Lagipula, sudah tidak ada hal lain lagi yang bisa kita lakukan di sini," lanjutnya dengan mata yang perlahan menatap ke arah Yunho.

Yunho langsung menundukkan kepalanya. Tangannya secara tersembunyi, mulai terkepal dengan sangat kuat. Ia merasakan penyesalan dan bersalah. Jika bukan karena statusnya sebagai anggota Kerajaan, seharusnya mereka bisa mencari keberadaan Hourglass itu ke segala penjuru Tychi. Akan tetapi, kondisi mereka saat ini sangat tidak memungkinkan untuk melakukan itu semua. Gerak gerik dirinya, bahkan semua anggota Ateez, tidak akan luput dari pengawasan para suruhan Raja atau Pangeran Evardo.

"Ini bukanlah kesalahanmu, Yunho," ujar Hongjoong yang seolah bisa membaca isi kepala Yunho yang berkcamuk itu. Senyuman hangat hadir di wajah Hongjoong. Walau kedekatan mereka masih cukup baru, tetapi Hongjoong selalu memperhatikan Yunho layaknya adiknya sendiri. "Ini memang sudah waktunya kita untuk kembali ke lautan. Waktu kita tidak banyak, ingat itu."

Yunho menghela napas panjang. Ia kembali teringat dengan ucapan Halateez Yunho. Waktu mereka benar-benar tidak banyak. Tinggal sebentar lagi, sebelum hal mengerikan terjadi ke seluruh dataran Azland, atau hal paling buruk terjadi kepada San.

"Sekarang, bersiaplah. Bawa barang yang sekiranya penting. Aku sudah menyuruh Wooyoung untuk menunggu di bawah kamarmu untuk membawa barang bawaanmu," perintah Hongjoong dengan raut wajah yang sudah menjadi sangat serius. Yunho langsung menegapkan punggungnya. Cukup terkejut dengan perintah tersebut.

"Kita benar-benar akan melarikan diri?" tanya Yunho dengan raut wajah tidak percayanya. Hongjoong menanggapi hal tersebut dengan seringai.

"Ya. Kita akan melarikan diri," jawab Hongjoong.

HOURGLASS : Find Your Treasure [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora