chapter 2

13.6K 1.1K 14
                                    

Pukul lima pagi, bunyi alarm membangunkan Devan dari tidur malamnya. Sudah menjadi kebiasaan bahkan sudah menjadi rutinitasnya, ia selalu bangun di awal pagi. Ada banyak hal positif di awal pagi, bisa menghirup udara yang segar, menyaksikan matahari terbit dari atas gedung tinggi ini atau waktu yang tepat dirinya berkomunikasi dengan pencipta-Nya. Tak hentinya, ia mengucap syukur atas setiap nafas yang diberikan pencipta untuknya.

Hannah nampaknya masih tertidur, ia tidur di kamar terpisah dengan Devan. Meski hanya mereka berdua di apartemen ini, bukan berarti mereka bisa tidur di kamar yang sama, ini juga bentuk lain, Devan menghargai seorang wanita.

Devan membiarkan kekasihnya itu tidur lebih lama, semalam ia telah mencuri banyak waktu tidurnya. Ia masih butuh waktu istirahat lebih lama darinya. Sambil menunggu Hannah terbangun, ia menyiapkan sarapan untuk mereka berdua dan sebelumnya pun ia telah berolahraga ringan sekitar 15 menitan.

Jam tujuh pagi, ia membangunkan Hannah. Ada hal yang membuatnya harus ke rumah sakit pagi ini. Ia masih kepikiran dengan kondisi korban yang ia tabrak semalam. Apakah ia baik-baik saja?

"Na, kamu bisa pulang sendiri kan?" Ucapnya kepada wanita yang sudah terlihat cantik meski baru saja bangun dari tidurnya.

"Iya." Jawab wanita itu tanpa bertanya panjang lebar. Ia sudah tahu, hal mendesak apa yang membuat Devan buru-buru ke rumah sakit. Ia sudah paham resiko pacaran dengan seorang dokter.

Devan meninggalkan Hannah sendirian di apartemennya. Tak lupa ia memberikan kecupan manis di kening wanita itu. Ia segera bergegas ke rumah sakit yang untungnya jalan pagi itu lumayan lengang, tetapi bukan berarti juga ia bisa berkendara dengan kecepatan tinggi. Jalan masih basah karena hujan semalam, belum lagi genangan air di beberapa titik jalan yang mungkin akan mengganggu pengendara lain jika laju kendaraannya terlalu cepat. Alhasil, perjalanannya pagi ini harus sedikit lebih lama dari biasanya.

"Selamat pagi dok." Sapa seorang perawat yang sedang berpapasan dengannya.

"Pagi." Balasnya menyunggingkan senyuman menawannya.

Devan segera ke bangsal perawatan pasien yang ia tabrak semalam. Ia penasaran dengan kondisi pasien itu sekarang.

"Pagi dok." Sapa perawat yang bertugas unit perawatan itu.

"Pagi." Balasnya kembali menyunggingkan senyuman manisnya. Ia memang seorang yang murah senyum, membuat orang-orang di sekitarnya selalu suka dengannya. "Gimana kondisi pasien semalam?" Tanyanya kepada perawat yang terlihat telah berusia kepala tiga itu.

"Masih belum sadar dok sampai sekarang." Jawab perawat itu. "Tapi dia baik-baik saja." Lanjutnya. Penyebab ketidak sadaran pasien hanya karena sedang tertidur pulas. Ia memberikan catatan rekam medis pasien kepada Devan

Sambil menuju ruangan perawatan pasien, Devan mengamati catatan tekam medis itu. Seperti kata perawat tadi, dia baik-baik saja. Semua parameter organ vitalnya berada di angka yang normal. Meski begitu, pasien tetap harus menjalankan proses perawatan. Luka tusukan di perutnya, tak akan sembuh dalam waktu secepat itu.

"Kok gak ada orang sus?" Seru Devan saat tak menemui siapa-siapa di ruangan perawatan itu. Perawat yang bersamanya langsung terlihat panik, ia segera mencari pasien di setiap sudut ruangan itu. Tak ada di dalam toilet, di koridor pun, ia tak melihat sosok pasien itu.

"Dia dimana?" Perawat itu terlihat makin panik.

Devan sepertinya tahu apa yang sedang terjadi, ia hanya tak menyangka jika hal seperti itu benar-benar terjadi di kehidupan nyata. Biasanya hanya terjadi dalam sinetron ataupun film-film, pasien kabur.  

Infus pasien masih tergantung di samping hospital bed, ia makin yakin jika pasien itu memang kabur. Ia menengok keluar jendela, sangat kebetulan, matanya bisa menangkap sosok pria memakai baju pasien berjalan agak linglung ke arah pintu gerbang rumah sakit. Tak salah lagi, dia adalah Harvy, pasien yang ia tabrak kemarin. Devan langsung sigap mengejar pasien, cukup membuatnya geram juga. Ia telah berkorban banyak hanya untuk menyelamatkan pasien itu, tetapi sepertinya pasien itu tak punya rasa terima kasih.

Fall In Love by AccidentWhere stories live. Discover now