✎𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 01

31 10 4
                                    

"Pertemuan tidak di sangka-sangka"

"Minggir-minggir, woy!!"

"Gue bilang lo di sono ngapain di sini si, awas-awas!"

Varska mengambil batu di pinggir jalan dan menghantamkan batu itu sekuat tenaga kearah musuhnya dan tepat sasaran hingga membuat cowok bertubuh setara dengan nya terjatuh menggeletak di atas aspal dan penuh darah di pelipisnya. Varska menyamperi cowok itu dan mencekam rahangnya dengan kuat lagi-lagi ia berhasil membuatnya kesakitan.

"Gue bilang ga usah ngajak main lumpur kalo lo masih takut sama kotor."

"SIALAN LO!"

Varska meninggalkannya begitu saja dan ia melanjutkannya perjalanannya menuju ke sekolahnya. AH SIAL, kini baju nya penuh dengan darah harusnya ia menyadarinya sejak awal sekarang mau gimana lagi dirinya sudah sampai di sekolah, "Muka gue!!" hiterisnya dengan nafas yang tersenggal, gimana kalau Bu Diana mengomelinya habis-habisan, dan Varska tidak ingin mendapat hukuman ancaman lagi bisa-bisa orang tuanya akan di panggil.

Varska tidak ingin mengganggu aktivitas orang tua nya dengan hal yang sangat konyol seperti ini.

"Muka ganteng gue hilang!" prustasinya.

"Harus pakai alasan apalagi gue!"

Akhirnya ia pasrah dan berjalan menuju ke kelasnya dengan keadaan yang tidak pantas untuk di lihat sebagai pelajar, ini masih cukup pagi kenapa selalu ada saja orang yang mengajak nya baku hantam.

"Apa lo liat-liat!" Varska kini menjadi pusat perhatian oleh semua siswa di sekolahnya.

"Lo iri kan sama ketampanan gue?!"

"Gak usah ngeliatin gue!"

Ia terus berjalan dengan wajah yang sangat menyeramkan penuh dengan emosi, rahang nya yang mengeras dan membuang ludah kasar, ia merasa cukup puas dengan membantai musuhnya itu.

"BOSSS," teriak salah satu temannya.

Varska menoleh ke sumber suara itu ia melihat beberapa temannya sedang duduk di pinggir karidor sekolahnya.

"Lo tadi kemana kok lama" ucap Arsyad.

"Gue tadi jalan-jalan dulu nyari angin mumet pala gue  abis di tonjok ama tuh orang" balasnya.

"Gue puas ga puas tau gak sih ngabisin dia!"

"Kalo bisa gue bunuh, tapi gua takut dosa."

Kini teman-teman nya terkekeh mendengar kan ocehan Varska, sudah biasa siapa sih kalau bukan Varska tidak bisa diam mulutnya, fungsi mulut Varska terlalu berlebihan selain untuk makan ia juga untuk mengoceh yang tidak berguna itu.

"Lo ngeliat Zico gak?"tanya Varska.

"Ngga"

"Kemana ya tuh bocah."

"Ohhh iya, Lo nyadar ga sih tadi ada Zico" ucap Juan.

"Maksud lo" tanyanya.

"Masa gak liat tadi temennya ngebantai temennya sendiri."

"Gak ada habis-habisnya cuma hanya iri sama gue sampai ngebantai temennya sendiri."

"Tuh Zicooo," Zico menoleh ke arah suara itu dan lagi-lagi ia berhadapan dengan Varska yang kini menjadi musuh besarnya.

"Gimana hari lo?, menyenangkan?" Tanya Varska sambil merangkul cowok itu.

Zico melirik nya sinis tidak ada habis-habisnya dengan Varska terus menerus menggapnya teman, Varska masih bisa untuk menerima nya walaupun sudah beberapa kali Zico mengkhianatinya.

BUMI VARSKAWhere stories live. Discover now