✎𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓱𝓮𝓻 06

10 2 1
                                    


Fian yang sedang asik meminum secangkir kopi terkaget dengan kehadiran Fisya, Sania menyambut kehadirannya dengan tersenyum manis dan Fisya membalas senyumnya dengan singkat. Fisya memandang semua sudut rumahnya, tidak ada bedanya dan berubah sedikit pun dari rumah ini dan masih sama dengan dulu yang penuh kebahagian tapi itu dulu tidak sekarang semua kebahagian di hancurkan dengan kedatangannya Sania perempuan yang mengambil posisi bunda nya sekarang, yaitu  thari yang kini bundanya yang sudah meninggal di waktu ia masih SMP.

sebenarnya Fisya tidak ingin sekali kembali ke rumahnya ini setiap ia kembali ke rumahnya ia selalu teringat akan semua kasih sayang seorang Thari yang membuat dirinya semakin sakit yang terus-menerus menyiksanya. Fisya sebenarnya datang hanya terpaksa oleh Varska yang terus  meminta nya untuk pulang.

"Akhirnya sayangggg, Mamah kangen banget sama kamu" ucap Sania sambil memeluk erat tubuh Fisya.

"Terpaksa." balas Fisya singkat.

"FISYA!" Bentak Fian mendengar perkataan Fisya yang tidak ada sopan nya dengan Mamah nya.

"Papah masih sama aja ternyata kayak dulu, aku kira berubah" jawab Fisya. Fian tidak membalas perkataan Fisya, ia pun langsung bangkit dari duduk nya dan menyamperi Fisya.

"Maafin Papah sayanggg" ucap Fian sambil memeluk tubuh Fisya.

"Telat Pah" balas Fisya singkat.

"Maafin Papah sayangggg, Papah mohon" ucap Fian lagi sambil mengecup kening Fisya.

"Lucu yah, udah gak usah bersandiwara lagi di depan aku, aku tau kok apa yang kalian rasain aku bakal pergi lagi dari sini kalau aku bisa minta sama tuhan aku mau pergi bersama bunda kayak nya aku bahagia banget Pah. Aku kesini gak ngapa-ngapain kok aku cuma di suruh sama Varska gak lebih." jelas Fisya sambil tersenyum manis kepada Fian.

"Sayangggg, kamu gak boleh ngomong kayak gitu lagi, ga baik sayangg..." ucap Sania dengan lembut.

"Tante sekarang bahagiakan sama Papah?" tanya Fisya dingin kepada Sania. Sania tidak membalas perkataannya dan Sania berhasil meneteskan air matanya.

Sudah tiga tahun Sania menjalin hubungan keluarga dengan Fian tapi kenapa dengan Fisya yang seperti nya tidak pernah bisa untuk menerima dirinya dan lagi-lagi ia selalu salah di mata Fisya, dirinya cukup lelah dengan ini dan kini ia di selimuti dengan rasa bersalah nya di dalam keluarga ini tanpa di sadari dirinya sudah memisahkan antara Fisya dengan Fian

"Mas...., Maaf" ucap Sania dengan gemetar.

"Heyy, kamu gak salah. dan ingat di sini tidak ada yang salah" tegas Fian.

"M-masss.. maafin aku" Sania terisak.

"Nggak sayang, kamu sama sekali gak salah" jelas Fian dengan lembut dan merangkul tubuh Sania.

"Tante kata Papah bener kok, tante gak salah aku yang salah" ucap Fisya.

"Fisya!, kamu gak boleh gitu" tegas Fian.

"Kenapa?, Papah masih peduli?" saut Fisya.

"Fisya kalau kamu bersikap seperti ini terus sama Papah mendingan kamu pergi dari sini" usir Fian dengan tegas.

"Masss!" ucap Sania terkejut dengan perkataan Fian kepada Fisya.

Fisya berhasil meneteskan air mata nya di hadapan Fian dan Fisya membalasnya hanya tersenyum manis kepada Fian dan Sania "Fine!, aku gak mau kenal sama Papah lagi aku nyesel banget kesini kalau bukan Varska yang meminta nya aku gak bakalan kesini!, kalau gitu aku mau pergi dan mau mencari kebahagiaan seperti dulu tanpa sosok seorang Ayah!" jelas Fisya sambil menatap mata Fian dengan rasa kebencian.

BUMI VARSKAWhere stories live. Discover now