10

860 83 1
                                    

Margaret masih membaringkan dirinya di ranjang setelah pertempurannya dan Kenneth yang memakan waktu cukup lama. Sementara itu Kenneth sibuk membaca surat yang diantarkan Cedric tadi. Surat tersebut memang telah ditunggu - tunggu Kenneth.

"Jansen mengadukanmu padaku. Ia tahu kau meracuninya." Kenneth melemparkan surat tersebut ke sofa begitu saja. Nampaknya ia sedang tak ingin memikirkan Jansen, berbeda dengan Margaret yang kini menjadi was - was.

"Benarkah ? Apa yang ia katakan, Yang Mulia ?" 

"Ia berkata bahwa kau meracuninya melalui kaki tangannya. Ia belum menemukannya tetapi bila ia menemukannya, maka ia meminta pertanggungjawaban padaku." Ujarnya datar. Sedetik kemudian semuanya hening hingga suara tangisan Archer membelahnya. Margaret cepat - cepat memakai gaun tidurnya kembali kemudian mengambil Archer dari keranjangnya.

"Aku harus bagaimana, Yang Mulia ?" Tanyanya hati - hati.

"Kau yang berulah, mengapa kau bertanya jalan keluarnya padaku ?" Sahutnya cepat sembari membaca surat lainnya. Margaret diam cukup lama sembari termenung disana. Perempuan itu nampak tertekan.

"Siapa saja antek - antekmu disana ?"

"Sangat banyak."

"Apakah mencapai 50 persen ?"

"Lebih, Yang Mulia." Sesaat kemudian Kenneth menatap Margaret dengan tajam.

"Pilih satu orang yang dapat kau percaya dan berada dekat dengan Jansen." Titahnya.

"Vochatz Ansel. Di Goddam, jabatannya setara Panglima Cedric, Yang Mulia." Jawab Margaret lugas. Ansel memang sangat dekat dengan Jansen, perempuan itu tahu sendiri.

"Kau yakin ia bisa dipercaya ? Aku kurang setuju bila kau memilih orang dari militer. Lebih baik kau memilih dari golongan dewan kerajaan. Orang - orang dari dewan kerajaan lebih mudah dipengaruhi."

"Aku mempercayainya dengan nyawaku sendiri, Yang Mulia. Ia yang menulis semua surat untukku secara detail. Ia juga yang meletakkan merkuri di tempat pemandian Jansen." Perempuan itu berargumen dengan baik.

"Da... Da... Da..." Archer terisak pelan dengan mata yang masih terpejam.

"Aku disini, bayi kecilku." Margaret memberikan apa yang diinginkan Archer sejak tadi. Kenneth menunggu Archer tenang sebelum ia melanjutkan kalimatnya.

"Aku akan menulis surat terlebih dulu pada Jansen. Aku akan melihat responnya sekali lagi. Bila ia berbahaya, maka aku akan mengeluarkan senjata kimiaku. Kita akan membunuh Jansen melalui Ansel menggunakan sebuah racun dimana racun ini membuat peminumnya tidak dapat bangun lagi setelah tidur. Ia akan mati begitu saja tanpa meninggalkan tanda - tanda keracunan."

"Kau punya racun semacam itu, Yang Mulia ?" Margaret terkejut disana.

"Aku punya hal - hal yang tak bisa kau bayangkan sebelumnya, Margaret."

"Mengapa kau tidak menggunakan racun itu untuk membunuh kaum Dahn ?"

"Bila aku menggunakannya secara masal dan serentak, maka kecurigaan pasti akan timbul. Aku lebih takut bila formula racun ini bocor di tangan orang yang salah. Yang jelas aku akan menggunakan racun ini bila Jansen melakukan sesuatu di luar prediksiku. Dia harus terlihat mati dengan damai dan tanpa meninggalkan jejak supaya tak ada tuduhan yang diarahkan padamu."

"Yang Mulia, aku meminta maaf. Aku selalu menyusahkanmu." Margaret berkaca - kaca disana.

"Pastikan saja kau tidak mengulanginya lagi." Komentarnya singkat. Ia tak ingin memarahi Margaret lagi karena perempuan itu telah menyadari kesalahannya.

"Apa yang akan kau tulis pada Jansen, Yang Mulia ?" Tanyanya lagi.

"Aku akan membuat pernyataan dengan tenang seakan aku sedang berdiplomasi dengannya." Kenneth melangkah menuju meja kecil, tempat Margaret menyimpan alat tulisnya. Lelaki itu mengambil secarik kertas kemudian menulis sesuatu dengan cepat. Margaret terus memperhatikannya sehingga Kenneth memberikan kertas tersebut pada perempuan itu supaya ia tak bertanya - tanya lagi.

WARM DAYS - United MonarchyWhere stories live. Discover now