12

673 85 0
                                    

Seharusnya saat itu menjadi makan siang romantis bagi mereka berdua tetapi semuanya berubah total saat Kenneth mendapati ada rasa yang sangat menyakitkan bagi tenggorokannya. Spontan ia melempar salah satu sajian yang baru saja ia ambil. Margaret berusaha memberinya minum sementara itu Cedric hanya mendekat namun tak menyentuhnya sama sekali. Ia was - was bila Kenneth meluap sewaktu - waktu.

"Yang Mulia, minum ini." Margaret menepuk punggung Kenneth karena lelaki itu terbatuk - batuk sejak tadi.

"Siapa yang menyajikan makanan seperti ini untukku !" Kenneth meledak begitu saja. Tak ada yang berani bicara sama sekali, bahkan Cedric sekalipun.

"Siapa !" Bentaknya dengan keras hingga suaranya menggelegar di dalam ruang makan yang luas tersebut. Margaret harus mengakui bahwa ia sendiri juga takut melihat Kenneth marah seperti ini.

"Sepertinya koki baru, Yang Mulia." Ujar Cedric dengan hati - hati.

"Apa kalian semua disini buta ? Mengapa kalian membiarkannya memasak sesuatu yang sangat pedas dan menyajikannya untukku !"

"Yang Mulia, ini ada daun mint." Margaret mengambil dari salah satu buah yang disajikan bersama daun tersebut.

"Tenggorokanku sakit sekali rasanya, hidungku juga." Ia menggerutu pada Margaret. Perempuan itu hanya bisa diam sembari memasukkan mint ke dalam gelas Kenneth supaya keadaannya membaik.

"Apakah kau mau aku memanggil tabib, Yang Mulia ?" Tawar Cedric.

"Tidak perlu, panglima. Aku akan mengurusnya." Ujarnya pelan dan singkat. Margaret tidak ingin Kenneth memarahi seisi istana karena insiden ini.

"Seharusnya tadi aku mencicipi makanannya terlebih dahulu, Yang Mulia."

"Untuk apa ? Bila ada yang meletakkan racun di dalamnya maka kau yang akan mati pertama." Sahutnya ketus. Pelayan yang membersihkan lantai sama sekali tak berani melirik Kenneth. Mereka sedang membersihkan bekas makanan yang terlempar kemana - mana. Kenneth melempar piring dan seisinya karena ia sangat marah tadi.

"Apakah makanan tadi sangat pedas ?"

"Tentu saja ! Aku bahkan tidak mengizinkan seseorang meletakkan merica satu butir pun pada makananku dan koki baru itu berani meletakkan cabai disana. Kurang ajar sekali !" Lelaki itu benar - benar marah. Margaret tahu bahwa Kenneth tidak bisa memakan sesuatu yang pedas sama sekali.

"Baiklah, kau bisa memakan sesuatu yang lain, Yang Mulia."

"Tidak perlu. Selera makanku telah hilang." Sahutnya cepat. Margaret terdiam setelahnya. Kenneth benar - benar marah dan tak ada yang bisa ia lakukan untuk meredakan kemarahan lelaki tersebut.

"Bila kau ingin makan, teruskan saja. Aku akan menunggumu." Lanjutnya.

"Kau tidak boleh melewatkan waktu makanmu, Yang Mulia. Aku akan menyuapimu." Tanpa menunggu jawaban, Margaret memilihkan makanan yang Kenneth makan biasanya. Beruntungnya Kenneth tak mengibaskan tangannya tadi saat marahkarena bila ia melakukannya, semua makanan di meja makan akan ikut terlempar.

"Ayo, anggap saja ini kencan kita." Margaret berusaha tersenyum walaupun ia sendiri juga takut. Kenneth tahu itu dan ia tak ingin membuat Margaret canggung di depannya sehingga ia menerima suapan perempuan tersebut.

"Apakah Archer belum terbangun juga ?" Tanyanya.

"Sudah, Yang Mulia. Ibu meminta izinku untuk membawa Archer tadi."

"Kemana ?"

"Burrow. Ibu berkata bahwa ia memiliki hadiah untuk Archer."

"Kesenangan pribadinya. Mungkin ia sangat kesepian hidup di istana sehingga ia sangat senang saat ada Archer disini." Ujar Kenneth enggan. Alisnya terangkat dengan wajah acuhnya.

WARM DAYS - United MonarchyWhere stories live. Discover now