36

510 70 0
                                    

Margaret terbangun begitu saja saat ia merasa tak nyaman dengan posisinya. Ia baru sadar bahwa ia tertidur di sofa dengan pakaian yang telah ia siapkan untuk Kenneth yang berada di atas pahanya. Perempuan itu mengira - ngira selama apa Kenneth berendam hingga mencapai tengah malam pun, lelaki itu tak kunjung keluar. Saat Margaret akan mengecek pemandian, ia lebih dulu menangkap bayangan Kenneth di balkon. Lelaki itu telanjang, berdiri di antara lampu minyak yang temaram. Entah mengapa Margaret terulur untuk membuka gaun tidurnya sendiri sehingga kini mereka sama - sama telanjang bulat. Margaret maju perlahan, memberanikan diri untuk keluar ditemani embusan angin malam yang merasuk hingga ke tulang. Tiba - tiba saja ia memeluk Kenneth dari belakang, membuat setiap jengkal dari kulitnya bersentuhan dengan kulit lelaki tersebut. Kenneth awalnya terkejut, tetapi saat ia tahu bahwa tangan yang melingkar di pinggangnya adalah tangan Margaret, ia membiarkannya saja. Margaret memeluknya dari belakang, ia berniat bersandar pada bahu Kenneth tetapi ia tak sampai. Untuk seukuran wanita pada umumnya, Margaret sudah cukup tinggi. Namun tinggi Kenneth Days memang di atas rata - rata tinggi manusia normal pada umumnya. Sama - sama tanpa alas kaki, tinggi Margaret hanya mencapai pertengahan tulang selangka Kenneth.

"Aku ingin kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu, Yang Mulia." Ujarnya mendalam, membelah malam yang sunyi tersebut. Kenneth tak bergeming. Sejak tadi ia masih terbayang akan pelukan Arthur pada Margaret.

"Aku tahu." Sahutnya singkat.

"Aku semakin merasa bahwa aku tidak pantas untukmu, Yang Mulia. Aku selalu membebani pikiranmu. Terkadang aku ingin marah pada diriku sendiri karena tak bisa menjaga kepercayaan yang kau berikan padaku. Aku selalu mengecewakanmu." Kenneth dapat merasakan air mata Margaret mengalir di punggungnya walaupun nada bicara perempuan itu tetap tenang seperti biasanya.

"Aku tahu aku teramat sering melukai perasaanmu. Jauh di dalam dinginnya sifatmu, ada hati yang mudah pecah. Dan aku telah memecahkannya berulang kali, bahkan mungkin hati tersebut telah hancur." Bisikan dari Margaret tersebut seolah membuat Kenneth berkaca lagi untuk kedua kalinya.

"Aku lemah akan cinta, Margaret. Banyak rintangan yang ku alami selama ini untuk benar - benar bisa membuat diriku terbuka di depanmu. Terkadang ada rasa sakit yang muncul secara nyata saat kau marah padaku. Namun rasa sakit itu meluap ribuan kali lipat saat aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa lelaki itu memelukmu dengan mesranya tadi. Aku adalah anak tunggal yang dibesarkan sebagai seorang raja tanpa saingan sama sekali. Aku tak biasa berbagi pada orang lain karena selama ini aku selalu mendapat bagian penuh atas segala sesuatu. Apakah sekarang aku harus menerima kenyataan bahwa memiliki lebih dari satu kekasih adalah hal yang wajar ?"

Saat Kenneth berkata demikian, air mata Margaret tumpah begitu saja bak air terjun yang tak akan berhenti. Ia sadar ia sangat kelewatan dalam menguji kewarasan Kenneth dan hal tersebut sangat berpengaruh pada pemikiran lelaki itu. Ia terisak cukup lama sebelum akhirnya Margaret membuka suaranya lagi.

"Tidak, Ken. Itu salah. Aku seburuk itu hingga membuatmu berpikir demikian. Aku bersumpah tak ada orang lain dalam hatiku selain dirimu. Izinkan aku untuk membuktikannya padamu."

"Sampai kapan ?" Kenneth menoleh sehingga kini mereka berhadap - hadapan.

"Aku butuh waktu yang cukup panjang, Ken. Sangat sangat panjang bahkan mungkin seumur hidup."

"Apa yang akan kau lakukan dalam waktu selama itu ? Apakah aku harus sekarat terlebih dahulu supaya bisa melihat hasil akhirnya ?"

"Tak ada hasil akhir. Yang ingin ku coba buktikan kepadamu adalah aku bisa memberikan cinta dalam keluarga kecil kita tanpa henti. Dan aku akan melakukannya secara konstan tanpa berhenti seharipun. Itu sebabnya aku memerlukan waktu seumur hidup dalam pembuktian ini."

WARM DAYS - United MonarchyOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz