28

3.7K 596 547
                                    

Gyeoul melajukan Benznya dengan kecepatan tinggi, entah akal sehatnya atau kesintingannya yang menyuruhnya untuk menyusul Sunghoon dan Minju, wanita tersebut hanya ingin menemui kedua insan tersebut, Gyeoul sekarang juga tidak paham dengan dirinya sendiri.

Gyeoul berulang kali menerobos lampu merah dan mengambil jalur berlawanan untuk menghemat waktu. Darahnya mendidih dan dirinya kelewat emosi mendengar Minju ingin mengaborsi calon bayinya.

Gyeoul mengingat saat dulu dirinya mati-matian menjaga kondisi kandungannya yang lemah karena tensinya tinggi akibat stress. Dan sekarang Gyeoul mendengar kabar jika Minju ingin aborsi, hal tersebut berhasil membuat Gyeoul marah.

Katakanlah baik dan bodoh itu beda tipis, tapi Gyeoul sangat perduli pada calon bayi yang dikandung Minju. Calon bayi tersebut sama sekali tidak bersalah, kedua orang tuanya yang bersalah, Gyeoul berkeyakinan kuat jika calon bayi tersebut sangat pantas untuk dilahirkan dan melihat dunia.

Setelah tiba di parkiran rumah sakit, Gyeoul memarkirkan Benznya dan segera berlari menuju resepsionis rumah sakit untuk mencari tahu nomer ruang rawat Minju.

"Untuk sekarang, pasien atas nama Kim Minju masih berada di UGD dan sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang VVIP A Platinum" ucap resepsionis tersebut.

"Terima kasih" balas Gyeoul.

Gyeoul tahu dimana letak UGD, dirinya lantas berjalan menuju UGD, Gyeoul sedikit mengernyit heran saat melihat eksistensi Yohan yang nampak terduduk di ruang tunggu dengan memakai mantel hitam dan topi, lelaki tersebut pasti sedang menyamar untuk memata-matai Sunghoon dan Minju.

Setidaknya itu pikiran positif yang bisa Gyeoul pikirkan, pikiran negatifnya adalah Yohan di sini karena lelaki tersebut khawatir pada Minju.

Gyeoul berlalu begitu saja dan melangkah kembali menuju UGD, mengintip satu-persatu ruangan guna mencari keberadaan Minju.

"Kamu harus kasih alasan ke aku kenapa kamu minum pil itu?"

Langkah Gyeoul berhenti di depan pintu salah satu ruangan saat mendengar suara Sunghoon.

"Aku bakal tanggung jawab Minju-ya, kenapa kamu malah begini?" Tanya Sunghoon.

Gyeoul mengintip dari balik kaca yang terpasang di pintu.

"Kenapa kamu begini?" lirih Sunghoon seraya dirinya menggenggam erat tangan kanan Minju yang bebas dari jarum infus.

Sunghoon mengecup berulang jemari Minju yang tidak berdaya, Gyeoul hanya terdiam dan tidak berekspresi saat melihat aksi Sunghoon.

"Kenapa kamu begini?" Tanya Sunghoon.

"Aku gak mau mengikat Kakak dengan paksa karena adanya bayi ini"

"Aku berhubungan sama kamu karena aku terpaksa? Kamu jangan ngarang" kesal Sunghoon.

"Aku gak mau orang-orang berpikir kalau aku manfaatin kehamilanku buat mengikat Kak Sunghoon"

"Dan kamu tega mau bunuh bayi kita?" Geram Sunghoon.

"Aku juga stress Kak mikirin ini semua, aku sebentar lagi harus sidang skripsi, aku harus tetep kerja part time di 2 tempat berbeda buat biayain ujian adikku, aku juga harus tetep kirim uang ke ortuku"

"Kamu bisa minta tolong ke aku"

"Aku mohon berhenti maksa aku buat nerima semua pemberian Kakak, uang Kakak yang keluar buat aku itu jadi bebanku Kak, aku dikatain Bundamu jalang benalu juga karena Kakak terlalu sering ngabisin uang buat aku, aku sekarang mau hidup dengan usahaku sendiri tanpa campur tangan Kak Sunghoon"

"Aku mau nanggung biaya hidup calon ibu dari anakku, apa itu salah?" Geram Sunghoon.

Minju kini terdiam, netranya meneduh ketika bertemu pandang dengan iris Sunghoon yang nampak khawatir.

INFERNO | SunghoonDonde viven las historias. Descúbrelo ahora