VI

835 198 18
                                    

Rosie dengan pakaian santainya tengah menikmati angin di Sungai Han sambil menunggu kedatangan Jimin, hingga sesaat kemudian sosok yang ia tunggu melambaikan tangannya dari radius 5 meter.

Rosie tersenyum lebar saat Jimin berlari ke arahnya,

"Hai."

Bukannya membalas sapaan Rosie, Jimin justru memeluknya dengan erat hingga Rosie tertawa akibat ulahnya.

"Hei, aku tak bisa bernapas!"

"Rasanya aku hampir mati karena merindukanmu."

"Ya baiklah, kau memang selalu berlebihan."

"Kau tak merindukanku?"

Rosie tertawa kecil kemudian tangannya terangkat untuk mencubit pipi Jimin dengan gemas,

"Aku merindukanmu, Jimin-ah."

Jimin mendekat ke arah Rosie hingga kedua bibir mereka bersentuhan, hanya sekedar ciuman bukan lumatan panas.

"Kau tampak semakin cantik." puji Jimin sambil tersenyum.

"Dan kau tampak semakin mesum." ledek Rosie yang langsung dipelototi oleh Jimin.

"Yak! Aku tidak mesum."

"Kau baru saja menciumku tanpa izin."

"Itu bukan ciuman, bagiku ciuman itu lumatan."

"Ya baiklah terserah. Hei tuan muda, tidak bisakah kita pergi makan? Aku benar benar lapar sekarang."

"Baiklah, makananmu akan segera datang tuan putri." ucap Jimin yang kemudian menggandeng Rosie untuk menuju restoran terdekat.

Dengan tangan yang masih bertautan, keduanya mulai meninggalkan daerah Sungai Han. Sepanjang langkah mereka selalu ada hal yang ditanyakan oleh Rosie maupun Jimin. Setidaknya setelah 6 bulan berlalu, keduanya bisa kembali bertemu.

"Berapa lama kau berada di Seoul?" tanya Jimin.

"5 hari lagi aku akan kembali."

"Bukankah berat menjalani hubungan jarak jauh?"

"Sangat, terkadang aku merasa ingin mengakhirinya. Namun melihat semua perjuangan kita dimasa lalu, aku mengurungkan niatku. Bukankah kita tampak hebat dengan kepercayaan kita?"

Jimin tersenyum lebar kemudian tangannya beralih merangkul Rosie.

"Tentu saja, karena gadisku ini juga wanita yang hebat."

"Jimin-ah, apa kau pernah tertarik pada gadis lain selama kita berjauhan?"

"Ya, aku pernah. Hanya saja dari sudut manapun kau memenangkannya." jawab Jimin sambil tersenyum tipis.

"Ah aku merasa sangat keren sekarang." ucap Rosie sambil tersenyum bangga.

"Rosie, aku dua tahun lebih tua darimu, kenapa kau tak memanggilku oppa?"

"Entahlah, aku lebih suka memanggil namamu."

"Ya baiklah, panggil sesukamu."

"Ada apa? Tahun tahun sebelumnya kau tak pernah mempermasalahkan itu."

Jimin menggeleng santai mendengar pertanyaan Rosie,

"Aku hanya iri melihat orang lain, tampak begitu manis saat gadisnya memanggilnya dengan sebutan oppa."

"Baiklah baik,"

"Oppa, saranghae."

Jimin langsung menoleh pada Rosie sambil tersenyum senang, dengan gemas pria itu memeluk Rosie cukup erat sambil tertawa.

[✓] PLUVIOPHILE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang