XXVIII

454 104 0
                                    

Victor, Rosie, dan Jinan tengah berada di bandara untuk keberangkatan masing-masing. Rosie menuju Sydney, sedangkan Victor dan Jinan menuju Singapura. Kali ini Jisella tak memiliki waktu untuk menemani Rosie, kepala restorannya menghubungi Jisella semalam dan memberitahukan ada beberapa masalah yang harus Jisella tangani. Itu sebabnya sore nanti, Jisella terbang menuju Hongkong.

"Jadi, berapa lama kau disana?" Tanya Victor pada Rosie.

"Apa pedulimu? Kau hanya mantan kekasihku." Ketus Rosie.

"Kau serius dengan ucapanmu? Padahal kemarin kau masih memanggilku kekasih saat makan siang." Tanya Victor tak percaya.

"Sudahlah, pria memang tidak peka!"

Rosie berjalan cepat menuju loket check in tanpa peduli dengan Jinan yang tertawa di belakangnya, juga Victor yang hanya diam.

"Apa dia sedang sakit?" Bisik Victor pada Jinan.

"Kekasihmu itu merajuk, bujuk saja dia dengan kata-kata manismu." Ucap Jinan.

Victor menatap Jinan dengan sinis,

"Apa kau lupa, jika Rosie alergi dengan itu?"

"Alergi? Alergi kata-kata manis maksudmu?" Tanya Jinan yang tak paham maksud Victor.

"Apalagi? Setiap aku mencoba bersikap manis, reaksinya hanya ada dua. Mengejarku atau memukulku."

Jinan menyemburkan tawanya begitu keras, untuk sesaat perutnya terasa tergelitik oleh kalimat Victor.

"Kalian benar-benar pasangan yang manis." Ledek Jinan yang berusaha menghentikan tawanya.

"Diam kau! Aku salah memacari seorang gadis."

"Tapi kau mencintainya, 'kan?"

Victor mendorong tubuh Jinan saat pria itu mendekat ke arahnya dengan ekspresinya yang menjengkelkan, ditambah kedua alisnya sengaja ia naik-turunkan.

"Tidak."

Victor dan Jinan yang baru saja menyelesaikan proses check in lantas menghentikan langkahnya saat Rosie terlihat menunggu mereka di balik tembok.

"Kenapa lama sekali?" Keluh Rosie yang kesal menunggu Victor dan Jinan.

"Aku tidak memintamu untuk menunggu." Cibir Victor.

"Terserah. Penerbanganku lebih dulu, jadi kita berpisah disini saja,"

Rosie menjeda kalimatnya untuk menatap Victor,

"Aku akan kembali secepatnya, jaga dirimu."

Rosie melambaikan tangannya ke arah Jinan dan pergi sambil menarik kopernya.

"HEI, KABARI AKU JIKA KAU SUDAH SAMPAI. CEPAT KEMBALI, AKU MENCINTAIMU." Teriak Victor.

Rosie berbalik menatap Victor, dibalik maskernya ia tersenyum. Ia mengangguk, kemudian melambaikan tangannya ke arah Victor.

Ia kembali melangkah menjauh, menyisakan Victor dan Jinan yang masih diam ditempat. Sama seperti Rosie, Victor tersenyum di balik maskernya. Caranya, juga cara Rosie menjalin hubungan menurutnya sangat menyenangkan.

Daripada berkata begitu manis, keduanya lebih menyukai untuk saling meledek. Terdengar konyol, namun itulah cara mereka. Jinan menepuk bahu kanan Victor dua kali,

"Baiklah berhenti tersenyum, kita harus ke ruang tunggu."

"Darimana kau tau aku tersenyum?" Sungut Victor.

"Itu sudah jelas."

"Sudahlah, ayo."

Keduanya berjalan beriringan menuju ruang tunggu, keduanya akan berada di Singapura setidaknya untuk 4 hari. Victor berharap pekerjaannya akan selesai lebih cepat, sehingga ia bisa menyusul Rosie ke Sydney, bersama atau tidak dengan Jinan itu terserah. Victor tak peduli.

[✓] PLUVIOPHILE Where stories live. Discover now