XI

661 155 7
                                    

Dengan perasaan kesal Victor membanting dirinya ke sofa apartemen Jinan, ia masih kesal dengan Rosie yang benar benar menyebalkan baginya. Jinan geleng geleng melihat Victor, seperti kata Rosie pria itu tengah merajuk saat ini.

"Ada apa sebenarnya?" tanya Jinan setelah duduk di sebelah Victor.

"Tidak."

"Jelas jelas kau merajuk."

"Tidak."

"Berhentilah bersikap seperti anak anak, Victor!"

"Aku tidak."

Jinan menghela napas kasar,

"Ada apa denganmu dan Rosie?"

"Tidak."

"BISAKAH KAU MENJAWABNYA DENGAN BENAR?!" sentak Jinan yang terlanjur kesal dengan Victor.

Victor berdecak kesal kemudian menatap Jinan dengan sinis,

"Kau tau bahwa temanmu ini baru saja ditolak."

"Ditolak? Kau menyatakan perasaanmu?"

"Apa kau gila?" sungut Victor.

"Lalu?"

"Aku mengajaknya untuk bertaruh, namun dia menolaknya."

"Bertaruh untuk?"

"Untuk hubunganmu dan Jisella." jawab Victor dengan enteng.

"Bodoh!"

"Pantas saja Rosie menolakmu, itu benar benar tidak penting."

Victor mencibir pelan kepergian Jinan, padahal niatnya mengajak Rosie bertaruh karena ia sudah menyiapkan permintaannya.

"Mereka sama saja."

"Menyebalkan."

"DENGAR, BUANG JAUH JAUH PEMIKIRANMU TENTANGKU DAN JISELLA!"

"AKU MENENTANGNYA!!"

Victor sama sekali tak mengindahkan teriakan Jinan yang berasal dari kamarnya, ia memilih pergi ke dapur untuk mencari makanan demi perutnya.

Victor terus mondar mandir di dalam dapur mencari makanan yang bisa ia makan, setidaknya makanan instan. Namun sedari tadi yang ia temui hanya aneka macam sayuran, daging, telur, beras, dan teman temannya.

Ia menggaruk tengkuknya sambil meringis melihat tak ada yang bisa ia masak, ia kembali melangkah tepatnya menuju kamar Jinan.

Tok tok tok!

"Ada apa?" tanya Jinan dari dalam.

"Aku lapar."

"Lalu?"

"Masakkan aku beberapa makanan."

"Masak sendiri."

Victor berdecak kesal, jika saja Jinan tidak mengunci pintu kamarnya sudah ia pastikan jika manajer sekaligus temannya itu akan ia seret hingga dapur.

"Ayolah aku sangat lapar."

"Pergilah!" seru Jinan yang mulai risih.

"Tidak, aku akan pergi jika kau memasak untukku."

"Pesan saja melalui aplikasi, apa susahnya?"

"Aku tidak mau."

"Ya sudah, tidak perlu makan, biarkan saja perutmu lapar."

"Kau benar benar kejam!"

Victor mulai meninggalkan kamar Jinan sambil mengumpat kecil. Ia memilih memasuki kamarnya dan membiarkan perutnya merasa lapar. Sebenarnya bisa saja ia memesan makanan, namun ia sedang tidak ingin. Victor adalah orang yang tidak akan makan jika tidak dimasakkan, entah oleh Jinan maupun Jeon.

[✓] PLUVIOPHILE Where stories live. Discover now