LVI

709 118 4
                                    

Rasanya hari berjalan begitu cepat sejak kedua belah pihak sama-sama disibukkan oleh persiapan pernikahan. Selain itu banyak rumor mengenai mereka wara-wiri dipemberitaan, namun baik dari pihak Rosie maupun Victor sama sekali tak menanggapi.

Hari ini adalah hari yang menegangkan, namun juga membahagiakan bagi Rosie. Tepat pada hari ini, ia akan mengucap janji suci bersama orang yang ia cintai, Jaeden Victor Dominic. Kedua tangannya saling meremas untuk mengurangi rasa gugupnya. Ia duduk menatap cermin yang menampakkan betapa cantik dirinya saat ini, rambut pirang yang selalu indah di tutup menggunakan veil dengan mahkota bertengger di atas sana.

Badannya yang ramping dan tinggi begitu sempurna dibalut gaun pengantin berwarna putih yang ia desain sendiri. Di depannya buket bunga mawar merah yang akan ia bawa saat berjalan ke altar diletakkan dan mahkota bunga tersebut terlihat begitu segar.

Ceklek!

Rosie menoleh saat seseorang datang ke kamarnya, sejenak ia tersenyum tipis saat Andrew datang dengan balutan tuxedo hitam melekat di badannya.

"Papa." Lirih Rosie.

"Putri papa cantik sekali." Tangan Andrew tergerak mengelus lembut wajah cantik putrinya.

"Kau akan menjadi seorang istri sebentar lagi, jangan lupa kunjungi papamu ini, ya?"

"Aku tidak akan lupa dengan itu."

Andrew memeluk Rosie dengan hati-hati, khawatir jika dandanan Rosie bisa rusak. Hendak meminta Rosie agar tidak menangis, namun ia sendiri juga menitikkan air matanya.

Keduanya hanya diam sambil berusaha meredakan tangis masing-masing, setelah lebih tenang Andrew melerai pelukannya dan mengusap lembut jejak air mata Rosie yang tersisa.

"Ini hari bahagiamu, tersenyumlah." Kata Andrew dengan senyuman di wajahnya.

"Jika begitu jangan menangis!" Seru Rosie.

"Tidak."

"Aku pergi dulu, teman-temanmu akan kemari."

Rosie hanya mengangguk singkat dan membiarkan Andrew pergi, pun setelah Andrew pergi Jisella, Jane, dan Lisa datang dengan senyum yang teramat lebar. Bahkan hal pertama yang mereka lakukan adalah memeluk Rosie dengan penuh kasih sayang.

"Aku tak menyangka kau akan menyusul Jisella." Kata Jane.

Rosie tertawa kecil sambil melerai pelukannya, ia menatap Jane yang berada di sisi kanannya. "Dan aku mendahuluimu, jadi kapan kau akan menyusul bersama Theo?"

"Ah itu, entah." Jane tertawa kecil sambil mengusap tengkuknya pelan.

"Ngomong-ngomong di mana Jason?" Tanya Rosie yang tak melihat keberadaan putra kecil Jisella.

"Dia bersama ayahnya." Jawab Jisella.

"Oh aku merindukan keponakanku itu." Keluh Rosie.

"Ngomong-ngomong kita akan berangkat setelah Victor, 'kan?"

Rosie mengangguki pertanyaan Lisa, memang terjadi sedikit perubahan di mana mereka memutuskan untuk memanggil pendeta dan melakukan pemberkatan di bibir pantai, tempat di mana mereka telah mendekorasinya dengan begitu apik.

Sambil menunggu waktu, keempatnya mengobrol dengan santai yang sebenarnya agar pikiran Rosie teralihkan sehingga sang calon mempelai tidak terlalu gugup.

"Rosie, kita harus berangkat." Kata Andrew sambil membuka pintu kamar.

"Ah, baiklah."

Jisella, Jane, dan Lisa berdiri lebih dulu kemudian membantu Rosie merapikan penampilannya. Rosie mengambil napas dalam-dalam dan mulai melangkah dengan teman-temannya berada di masing-masing sisinya. Jane di sisi kanan, sedangkan Jisella dan Lisa di sisi kiri.

[✓] PLUVIOPHILE Where stories live. Discover now