XLIV

351 109 0
                                    

Ting!!

Kepalanya menunduk saat ponsel di sakunya bergetar, dengan segera ia mengambilnya dan melihat notifikasi apa yang kali ini masuk ke dalamnya.

Milikku

| Mari kita akhiri hubungan ini, Victor.
| Aku muak dengan ini semua, kau benar-benar menghancurkan kepercayaanku.

Read

Pegangannya pada ponselnya mengerat saat Rosie mengetik demikian. Giginya gemeretak dan segera bangkit dari duduknya. Dengan kaki jenjangnya, ia melangkah lebar hendak mendatangi rumah Andrew.

"Sialan, kau tidak bisa mempermainkanku seperti ini, Rosie."

"Aku tidak akan mengakhiri hubungan ini meski kau mengemisnya sekalipun."

Menyimpan ponselnya ke dalam kantong, Victor mengubah langkahnya menjadi berlari dengan rasa kesal yang semakin memuncak. Sebuah keberuntungan baginya, begitu keluar dari area rumah sakit satu taksi kosong berhenti di sana.

Begitu taksi yang ia tumpangi mulai berjalan sesuai tujuannya, Victor berusaha meredakan amarahnya. Di satu sisi ia berusaha memaklumi perasaan Rosie yang mungkin saja saat ini benar-benar merasa muak dengannya, tapi di sisi lain ia sangat amat membenci perpisahan. Rosie adalah wanita pertamanya selain ibunya, kehilangan Rosie setelah kehilangan ibunya itu benar-benar kisah yang buruk.

"Ya Tuhan." Victor mengusap wajahnya secara kasar merasa lelah dengan batin dan pikiran yang terus berperang melawan satu sama lain. Memaklumi atau menghakimi.

Jackpot baginya mendapati Rosie sedang berada di teras tengah bermain dengan seekor anjing yang entah milik siapa. Selesai membayar taksi yang kini mulai melaju meninggalkannya, Victor berlari mendekat ke arah Rosie yang masih asik dengan anjing itu.

Derap langkah Victor tentu terdengar oleh Rosie, utamanya saat pria itu semakin mendekat. Malas nemui sosok yang menjadi alasannya merasa kecewa, Rosie segera bangkit dan hendak masuk ke dalam rumah. Namun sayang, Victor lebih dulu menahan lengannya dengan cengkeraman yang terbilang kuat.

"Lepaskan tanganmu dari tanganku, bodoh!" Sentak Rosie sambil berusaha menghempaskan pegangan Victor.

"Apa maksudmu mengetik pesan itu, Rosie Bailey?" Tanya Victor penuh penekanan.

Rosie membalas tatapan Victor tak kalah sengit, setelah berhasil membebaskan tangannya dari genggaman Victor, ia mulai menjawab, "Seharusnya kau memahami maksudku, Tuan."

"APA HAKMU MENGAKHIRI HUBUNGAN INI, ROSIE!?!" Teriak Victor yang kehilangan kendali atas dirinya.

Rosie menatap Victor tak percaya, sejujurnya ia sedikit terkejut dengan teriakan itu, bahkan anjing lucu bernama Kuma itu lari terbirit-birit ke dalam rumah karena terkejut.

"Kau bercanda? Kau bertanya apa hakku? KAU INI GILA ATAU BODOH, VICTOR?!!"

"KAU YANG MEMULAI SEMUANYA, SUDAH SEHARUSNYA KAU YANG MENANGGUNG AKIBATNYA!!" Imbuhnya.

"KITA SAMA-SAMA MELAKUKAN KESALAHAN, JANGAN BERSIKAP SEAKAN-AKAN HANYA AKU YANG BERSALAH DI SINI!" Balas Victor yang merasa tak terima dengan kalimat Rosie.

"AKU TAU DENGAN JELAS APA KESALAHANKU DAN SEHARUSNYA KAU JUGA TAU APA KESALAHANMU. JIKA KAU SEDIKIT SAJA MENGGUNAKAN OTAKMU ITU, INI SEMUA TIDAK AKAN TERJADI. AKU KEHILANGAN KARIRKU DAN KAU KEHILANGAN KARIRMU. SEKARANG APALAGI? KAU MERASA INI SEMUA SETIMPAL?! JANGAN GILA, KARIR DAN HARGA DIRIKU LEBIH PENTING DARIPADA KEBERADAANMU!!"

Total amarah Victor mencapai titik tertingginya, urat lehernya timbul sempurna dengan tatapan nyalangnya pada Rosie yang sayangnya tak sedikitpun menggentarkan gadis pirang di depannya itu.

[✓] PLUVIOPHILE Donde viven las historias. Descúbrelo ahora