CHAPTER 12

25.7K 2.4K 156
                                    

STRAWBERRY MILK BACK!

STRAWBERRY MILK BACK!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING 📖

Kamu bagaikan air, dan aku adalah NaOH. Kehadiranmu membuat ledakan besar dalam hatiku.

━━━━┅━━━┅━━━━

CHAPTER 12: DEATH

Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di salah satu hotel mewah yang berada di Ibu Kota.

Masing-masing keluar dari mobilnya, mereka bergerak menuju lantai tujuh, restaurant yang dipilih Devan untuk keluarganya.

Devan memilih restaurant berkelas bintang 5 dengan interior restaurant yang super mewah dan elegan. Suasananya sepi dan tenang, karena Devan sudah membooking tempat ini khusus untuk keluarga kecilnya.

Beberapa pelayan datang, meletakkan makanan pesanan mereka, lalu melenggang pergi setelah menunduk sopan.

Salah satu bawahan Devan sudah memberikan informasi sedetail mungkin kepada koki dan pelayan restaurant ini.

Damares alergi ikan tuna, Nevan alergi kacang, Revan alergi gandum dan Davanka alergi makanan berjenis seafood. Namun, mereka juga memiliki alergi yang sama, yaitu alergi makanan murah.

Davanka menatap Alexa yang memakan pizza tuna. Ada rasa ingin mencicipinya, tapi ia alergi seafood.

Nevan menoleh, menatap adiknya. "Nggak papa, kamu alergi seafood, kan? Nanti Abang ajarin makan daging human, rasanya sama kok," bisiknya pelan.

Revan menendang pelan kaki Nevan. "Lo mau ajarain Dava jadi kanibal?" sarkas nya tajam.

* * * * * *

Evalyn menatap datar layar handphonenya. Baru saja ia menyelesaikan ulangan harian biologi nya secara online.

Mendongakkan kepalanya ke atas, menghalau air matanya yang akan menetes. Gadis itu mendapat nilai 85.

Cklek

"Kenapa, Sayang?" tanya Salendrina, wanita itu menutup pintu kamar putrinya.

Evalyn menatap sang Ibunda, ia menggeleng pelan. "Nggak papa, nilai biologi Evalyn turun."

Salendrina tersenyum lembut. "Nggak papa, nggak selamanya nilai kamu bakalan tinggi. Kita nggak marah kok, nanti bisa minta ajar Abang."

Salendrina mengusap rambut Evalyn. "Nggak usah sedih."

Evalyn mengangguk singkat, membalas senyuman Ibu nya. "Makasih udah mau ngertiin Evalyn."

Salendrina mengangguk. "Turun, ya? Papa sama Abang udah nungguin di ruang makan, kita makan malam dulu."

Kedua wanita itu berjalan menuju ruang makan.

Evalyn mendudukkan tubuhnya di samping Glen. Laki-laki itu menoleh, mengerinyit tipis saat menyadari kedua mata adiknya yang sembab.

DAMARES: DANGEROUS BOY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang