Hallo semuanya. Udah update ya. Makasih yang masih nunggu. Jangan lupa Vote dan komentarnya. Jangan lupa baca sinopsis Tentang Arneta dan Kisahnya ada diakhir cerita.
Galan bangkit berdiri mengejar Kanza. Tapi langkah kakinya berhenti saat matanya menangkap sosok yang sangat ia kenal.
Di sana Kanza berdiri dan tersenyum bersama Rega. Galan menatap kalung tanda pengenalnya sebagai tentara. Ia menatap Kanza yang masuk ke mobil Rega. Sejak awal ia pikir tak ada tempat untuk masuk ke hati Kanza. Hanya saja, Kanza benar-benar telah menyita perhatiannya sejak pertama kali bertemu. Ada magnet kuat yang menariknya untuk menatap Kanza."Mas Galan kan?"
Galan berbalik menatap gadis berjilbab biru di hadapannya. Pipit mahasiswi kedokteran yang pernah ia bantu di desa perbatasan tempatnya tinggal.
Galan dan Pipit duduk saling berhadapan. Keduanya asik bercerita sambil minum secangkir kopi.
"Mas Galan pergi gak pamit, tapi kita bertemu di sini." Galan terkekeh, Pipit tak berkedip menatap tawa Galan walau sebentar. Jantungnya berdetak tak karuan. Ia yakin ia tidak memiliki penyakit jantung. Pipit mengedipkan matanya beberapa kali. Mendadak ia salah tingkah.
*
Kanza menatap caffe pinggir jalan yang menampakan suasana jalan penuh kendaraan dan langit tanpa bintang. Angin malam setelah hujan menambah kesan dingin. Setelah pergi dari Galan yang ia yakini otaknya bermasalah, ia bertemu dengan Rega, entah kebetulan atau memang jodoh. Di sinilah mereka berada."Mas Rega ngapain di restoran tadi?"
Rega menyimpan coffe late yang ia minum lalu tersenyum menatap Kanza."Ada sesuatu yang perlu aku selidiki. Tadi kamu sama Galan?"
Kanza paham Rega mengalihkan pembicaraan. Sepertinya kasus yang Rega selidiki begitu penting.
"Iya aku balik dahulu, malas dia gak waras."
Rega hanya tersenyum mengangguk. Ketika membicarakan Galan, Kanza begitu kesal.
Kanza dan Rega saling melempar canda, keduanya yang dulunya kaku menjadi orang yang berbeda. Mungkin karena semakin dewasa seseorang bisa berubah seiring waktu.
**
Galan menunggu di depan rumah Kanza. Beberapa kali Galan menatap ke jalan, berharap Kanza dibawa pulang oleh Rega. Galan menegakkan tubuhnya saat mobil sedan hitam berhenti tepat di hadapannya. Galan menggaruk sebelah alisnya, sebagai pria sejati yang telah mengajak Kanza pulang ia harus bertanggung jawab untuk memulangkan Kanza.
Sosok Rega turun dari mobilnya. Kanza menatap malas pada Galan, moodnya buruk jika menyangkut Galan. Sedangkan senyumnya kembali mekar ketika bersitatap dengan Rega.
"Makasih mas Rega." Kanza tersenyum lebar. Ia begitu bahagia, Rega benar-benar menjadi obat penenang.
"Sana masuk, ini udah malam." Kanza berdehem pelan, ia ingin mengantar Rega pergi tapi Rega bersikeras ingin ia masuk.
Galan hanya menatap datar sambil bersandar di pintu mobilnya, tangannya dilipat di dada. Bahkan malam ini pun ia masih menonton drama picisan titisan drakor kesayangan mamanya.
Kanza masuk tanpa menyapa Galan. Baginya Galan adalah pria tak waras yang harus ia jauhi.
Setelah Kanza hilang dari pandangan kedua pria itu saling tatap.Rega berbalik pergi, tidak ada faedahnya ia berbicara dengan Galan. Mereka sedang bersaing mendapatkan Kanza.
"Terimakasih sudah mengantar Kanza dengan selamat."
Rega berhenti lalu berbalik menatap Galan.
"Kanza adalah prioritas saya, jika kamu merasa tidak bisa menjaganya, tidak usah mengajaknya keluar." Rega berbalik pergi, dengan cepat masuk mobilnya lalu melajukan mobil pergi.
Galan menatap mobil Rega yang pergi begitu saja meninggalkan sindiran untuknya. Semua orang juga akan memprioritaskan baginya jika itu penting. Bukan karena ia tak ingin mengantar Kanza pulang, tapi Rega mendahulinya saat itu. Ia juga tak ingin membuat Kanza makin tak nyaman dengannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Kanza (End)
RomansaBerawal dari kisah rumit mama dan papanya, lalu menarik dirinya dalam dilema panjang. Antara kisah lama yang belum usai, atau kisah baru tentang dia. "Saya bukan penyusup pak, saya calon istri seorang tentara yang hebat. Namanya Galan Putera Maradew...