Dejavu

1.7K 192 23
                                    

Hallo, udah up ya.

Kanza menatap sinis Azumi yang terus saja memeluk lengan Galan. Seperti perangko yang tak bisa lepas. Suasana dalam kapal pesiar ini sangat panas.

"Kamu benar-benar akan memakannya!" Kanza tak peduli dengan Azka yang berbisik di telinganya. Tatapannya masih tetap sama, menatap kesal ke arah kedua pasangan itu.

Kanza mendengus malas saat Azka menutup matanya dengan tangan. Ternyata melihat orang yang dulu menyukai kita, lalu sekarang menjauh dan bersama perempuan lain itu menyebalkan dan menyakitkan. Pura-pura tegar juga tak baik untuk hati.

Azka merangkul bahu Kanza. Teman-temannya tak ada yang tahu jika Kanza adalah sepupunya. Jika ia membawa Kanza ke pesta, selalu memperkenalkan Kanza sebagai pasangannya. Hanya Max yang tahu.

"Kanza!?" Kanza sontak berbalik menatap perempuan yang tak asing. Matanya membelak lebar.

"Mbak Sanja!" Ia tak menyangka jika Sanja ada di sini. Lebih parahnya ada Rega dan pria berwajah bule, dia Max teman kakaknya.
Kanza tak menyangka jika dunia tak seluas daun kelor. Buktinya, mereka bisa bertemu dan berkumpul.

"Kok mbak di sini?" Sanja tersenyum kecil.

"Aku diajak Max ke reunian teman SMAnya."

Kanza mengerutkan keningnya. Ia menatap Rega yang hanya menampilkan wajah datarnya.

"Lalu-?"

Kanza mengentikan kalimatnya. Arah matanya menatap Rega yang mendekatinya.

"Aku ikut Sanja, papanya nyuruh aku jagain dia."

Kanza membelakkan matanya saat Rega menariknya pergi.

"Aku harus bicara denganmu."

Sanja mengerutkan keningnya. Tiba-tiba kepalanya berdenyut.

"Tak akan aku lepas lagi."

Pria dan wanita berpelukan. Max menyentuh tangan Sanja. Ia melihat wajah Sanja yang pucat.

"Are you okey?"

Sanja menggeleng pelan mengusir rasa pusingnya. Punggung pria yang memeluk perempuan itu rasanya tak asing.

Galan menatap Kanza yang berjalan bersama Rega. Ia pikir Kanza perempuan yang keganjenan. Semua pria tampan Kanza sukai.

.....

Lautan biru terpampang begitu luas. Kapal pesiar ini berada di tengah lautan. Tujuan mereka adalah pulau terpencil. Sebuah vila milik keluarga yang berulang tahun.

Kanza dan Rega berdiri bersama menatap lautan. Kanza memejam matanya sebentar. Menikmati suara ombak dan burung yang bertebrangan.

"Maaf, aku kasar waktu itu."

Kanza membuka matanya. Ia menatap ke arah depan. Ia tak tahu, jika kisah mereka akan seperti ini. Hati manusia memang cepat berubah.

"Gak apa-apa. Aku tahu mas Rega sibuk."

Rega membuang nafas pelan. Wajahnya berubah muram. Seandainya saja Kanza tak membatalka pertunangan, seandainya saja hati Kanza tak berubah.

"Takdir itu sangat lucu ya?" Kanza menatap Rega yang tersenyum meyedihkan. Wajah pria itu begitu muram.

Kanza membuang nafas pelan. Jujur ia merasa aneh berdiri bersama Rega di sini.

"Maaf untuk semua yang terjadi."

Rega tertawa pelan. Ia menatap Kanza dengan senyum lebar, tapi bagi Kanza itu senyum yang menyakitkan.

"Gak apa-apa. Aku emang gak bisa maksain perasaan kamu. Jika emang bukan jodoh, aku gak bisa maksa."

Cinta Untuk Kanza (End)Where stories live. Discover now