Perpisahan Yang Sebenarnya

1.9K 178 10
                                    

Ost Baekhyun ||Is it me?
Dengar lagu ini ya.

Bunyi tembakan terdengar dimana-mana. Pulau kecil di tengah laut itu tampak mencengkam.

Galan bersembunyi dibalik drum-drum dan kayu.

"Elang waktu kita sisa 15 menit lagi."

Galan menatap jam tangannya. Mereka kehabisan waktu. Misi mereka kali ini adalah melepaskan sandra. Seorang anak petinggi di culik oleh beberapa teroris. Bukan hanya teroris mereka juga menjadikan pulau ini produksi narkoba dengan jumlah yang banyak lalu dijual.
Tidak bisa dianggap remeh. Baku tembak terus terjadi. Beberapa anggotanya terluka dan ada yang tertembak. Lima menit lagi.

"Lapor kapten, sandra berhasil dibebaskan dan sedang dibawa ke helikopter."

Galan menatap Denis yang sedang bersandar didrum dengan menahan perutnya yang terkena peluru.

"Kapten pergilah." Galan menggeleng keras melihat Denis yang biasa bersamanya tersenyum lebar. Ia akan mati demi bangsa. Mati menjadi pahlawan dengan bangga.

"Aku takakan meninggalkanmu."

"Pergi, sebentar lagi bom akan meledak."

Dua menit lagi. Galan menatap jam tangannya. Mereka terjebak di sini. Pergerakkan mereka telah dibatasi. Para teroris itu bukan hanya sedikit. Bunyi tembakkan masih terdengar.

"Kapten."
Suara dari aerphone kembali terdengar.

"Pergi Frans jangan menunggu lagi."

"Tapi Kapten-"

Aerphone dimatikan begitu saja.
Frans ingin kembali turun tapi segera ditarik beberapa anggotanya. Helikopter perlahan menjauh.
Bunyi ledakan terdengar disusul kobaran api dan puing-puing benda terpampang nyata.
Frans meremas senjatanya. Ia, Galan dan Denis selalu pergi bersama-sama. Ketiga seperti perangko, tiga serangkai yang tak terpisahkan.

*
Kanza membuka matanya. Kepalanya berdenyut sakit. Ia seperti baru bangun dari mimpi buruk. Helaan nafas kasar terdengar.

"Sepertinya aku hanya mimpi."

"Za!"
Kanza menatap mamanya yang membawa mampan berisi makanan.

"Ma, Kanza mimpi buruk."

Wajah Rani berubah sendu. Kanza menatap mamanya penuh. keheningan melanda keduanya. Mata Kanza berembun. Malam setelah pertunangan yang batal, ia berdiri berjam-jam. Lalu saat itu tente Ningrum keluar dengan mata bengkak.

Kanza membuka selimutnya. Dengan piyama putih motif boneka, Kanza berlari keluar dari kamarnya menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Tujuannya hanya satu yaitu rumah di depannya.
Tidak peduli dengan suara mamanya yang terus memanggilnya.
Kanza berdiri di depan gerbang rumahnya. Kaki putihnya tak beralas sendal sama sekali. Langkahnya berhenti kakinya seperti mati rasa, sulit untuk melangkah. Rasanya ia benar-benar seperti orang cacat.
Mata Kanza menatap rumah Galan yang penuh dengan mobil.

Kembali pada malam itu. Kanza masih setia berdiri menikmati hujan. Seakan hujan adalah hukuman baginya. Hukuman karena telah melakukan kesalaham terbesar, bukan hanya menyakiti Galan ia juga menyakiti Rega, mempermalukan keluarga Rega. Mamanya lebih kecewa. Tentu saja papa Rega adalah pebisnis terkenal yang namanya menjadi busuk karena kasus perdagangan manusia. Lalu, malam ini ia sadar dengan perasaanya. Kanza remaja hanya remaja naif yang tidak tahu apa arti cinta yang sebenarnya. Mengagumi bukan berarti mencintai.

Hujan masih turun dengan lebat. Suara tante Ningrum yang serak menghampirinya.

"Za, Galan gak akan kembali lagi, anak tante-"

Cinta Untuk Kanza (End)Where stories live. Discover now