Harapan

19 7 2
                                    

Setelah memakan es krim siang tadi, pada sore harinya Loly berkunjung ke rumah Nenek yang sudah dianggap sebagai Nenek sendiri. Ya, Nenek yang selalu membantu dirinya dan sang ayah ketika membutuhkan pertolongan. Sesampainya di rumah Nenek itu, ia menceritakan kejadian mengenai pertemuan yang tidak disengaja.

"Berarti ibu kamu masih hidup, Nak. Dan tinggal di sini." Tangan Nenek itu memegangi pundak Loly. Pucuk kepala gadis itu pun diraihnya untuk diletakkan di bahu. Setidaknya, sang nenek tahu, perempuan di hadapannya—yang sudah dianggap cucu itu—sedang membutuhkan sandaran.

"Iya, Loly tahu, Nek. Tapi, apa Ibu akan menerima Loly dengan keadaan seperti ini? Tengil, kucel, tempat tinggalnya kumuh, sama kekurangan aku yang lainnya? Belum lagi—"

"Sayang, entah kenapa, perasaan Nenek mengatakan Sinta sedang mencari kamu ke sini. Mungkin dia sudah menyesal karena meninggalkan Sandi dan kamu. Kalau tidak sedang mencari kamu, kenapa dia ada di sini coba? Coba kamu pikirkan?"

Loly mengangguk. Ia tersenyum bahagia. Setidaknya masih ada harapan ada seseorang yang mendorongnya untuk menikmati kebahagiaan lagi, sesuatu yang sudah hilang dari hidupnya. Bahkan sepeninggal Sandi, sudah satu bulan ini, hatinya terasa kebas. Tidak merasakan sakit atau pun sedih.

"Iya, Nek. Lain kali, kalau Loly ketemu Ibu lagi, mungkin Loly akan ajak Ibu berbicara. Apakah boleh nanti kupeluk dia?" Matanya berbinar, menyiratkan kebahagiaan. Bibirnya tersenyum simpul. Tampak manik coklatnya menyimpan satu harapan untuk menemukan kembali sosok Ibu. Sosok yang sudah sangat diidamkannya. Teman-teman sekolahnya pun sangat sering menceritakan ibu mereka, membuat gadis itu iri dan ingin juga memiliki apa yang mereka punya. Iya, seorang ibu.

"Tentu boleh, Sayang." Nenek itu pun memeluk Loly.

"Apa Ibu mau diajak tinggal di rumah kontrakan yang kutinggali dengan Ayah dulu?" tanya Loly masih ragu.

"Untuk itu, kita lihat nanti, ya. Bisa jadi, ibu kamu mau ajak kamu tinggal di tempat yang lebih baik." Pucuk kepala Loly diusap, Nenek itu selalu memberikan ketenangan, menggantikan sosok ibu yang selalu dirindukan. Semoga dalam waktu dekat, Loly bisa bertemu dengan Sinta dan Sinta bisa menerima anaknya. Ia pun terus merapalkan doa yang kemudian diaminkan oleh Loly.

Paper HeartsWhere stories live. Discover now