Awal yang Baik

15 8 0
                                    

Setelah berbincang dengan Nenek Onah kemarin, Loly berjanji pada dirinya sendiri. Jika nanti ia bertemu kembali dengan Sinta, ia takkan menghindar seperti pertemuan pertama. Apapun yang akan diterima, gadis itu harus siap menerimanya. Bagaimanapun nanti respons dari Sinta, setidaknya Loly sudah berusaha untuk membuka peluang mendapatkan kembali kasih sayang seorang ibu---hal yang paling ia rindukan sejak kecil dulu. Terlebih, sekarang Sandi sudah tiada, tidak ada salahnya untuk mencoba, 'kan?

Keesokan harinya, sesuai arahan Nek Onah, pada jam yang sama, gadis itu pergi ke tempat yang sama. Tempat di mana Loly bertemu dengan Sinta tanpa sengaja. Benar saja, perempuan itu ada di sana. Ia sedang duduk-duduk ringan. Entah apa yang sedang diperbuat. Namun, tampaknya ia sedang memperhatikan keadaan sekitar warung. Apakah benar, perempuan yang merupakan sosok ibu dari gadis itu sedang mencarinya?

"Bu, maaf untuk yang kemarin. Sepertinya aku baru melihatmu di sekitar sini." Loly memulai percakapan.

"Iya, enggak masalah, Nak. Kamu benar, saya baru dua hari ini nongkrong di warung seperti yang kamu lihat. Entah kenapa, rasanya saya ingin mencari seorang anak perempuan dan suami saya yang dulu pernah ditinggalkan." Jawaban Sinta membuat Loly tercengang. Ingin rasanya gadis itu menghambur ke dalam pelukan ibunya. Setidaknya awal yang baik untuk harapan yang lebih baik lagi ke depannya.

"Suami Ibu sama anak Ibu tinggal di mana gitu? Apakah Ibu ingat?" tanya Loly, gadis itu berniat memancing ingatan Sinta.

"Entah, Nak. Ibu sudah lupa. Dulu sekali, ibu lupa diri, kehidupan susah yang disuguhkan oleh suami, juga anak yang masih kecil, membuat saya meninggalkan mereka. Terlebih, ketika ada seorang lelaki yang menjanjikan kehidupan mewah. Tanpa ragu, dengan sangat mantap, saya tinggalkan mereka."

Jawaban kedua lebih membuat Loly lebih tertohok lagi. Ingin rasanya menyampaikan kalimat protes pada wanita yang ada di hadapannya. Keinginan mengatakan bahwa anak yang selama dua hari ini ia cari, sudah ada di hadapannya, pun tak kalah besar seperti keinginan menyampaikan protesnya sebagai seorang anak. Namun, entah bagaimana ia harus mengemukakan kenyataan. Lidahnya terasa kelu.

Haruskah Loly menjadi pecundang lagi seperti hari kemarin?

Paper HeartsKde žijí příběhy. Začni objevovat