DUA TIGA

154 12 0
                                    

Michel dkk keluar dari restoran, mereka baru saja selesai makan dan saat ini tujuan mereka adalah ke bioskop.

"Gila, rame banget ini mall," ujar Freya sambil melihat sekeliling.

Fiona menganggukkan kepalanya, dia setuju apa kata Freya. Mall saat ini memang sangat ramai tidak seperti biasanya.

"Kita belanja dulu mau gak? Gue pengen beli baju nih," tanya Aleta.

""Kuy lah, gue juga mau beli baju," jawab Freya.

"Hmmm, gays gue ke toilet dulu ya," ujar Michel. Mereka semua menoleh menatap Michel.

"Mau gue antar?" tanya Fiona.

Michel menggelengkan kepalanya, "gak usah Fio, gue bisa sendiri," tolak Michel halus.

"Beneran gak mau gue antar?" tanya Fiona sekali lagi.

"Iya Fio, beneran," jawab Michel sambil tersenyum. "Yaudah kalau gitu gue ke toilet dulu ya, nanti kita janjian lagi di bioskop," pamit Michel, kemudian dia berjalan meninggalkan mereka.

"Ayo," ujar Aleta dan mereka semua berjalan menuju toko baju.

***

Michel keluar dari toilet wanita, dia berjalan menuju tempat sahabat nya berada. Mata Michel melihat ke sekeliling, tanpa di sengaja dia melihat dua orang perempuan dan laki-laki sedang bergandengan tangan, dia menghentikan langkahnya.

"Kenapa hati gue sakit ya?" tanya Michel di dalam hati.

Dua orang itu adalah Shafiq dan Aira, tadi di perjalanan pulang Aira mengajak Shafiq ke mall, katanya dia mau membeli buku.

Shafiq mengedarkan pandangannya tiba-tiba matanya bertemu dengan mata teduh milik Michel.

Tanpa sadar air mata Michel berjatuhan membasahi pipinya, dia mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Gue kenapa sih?" batin Michel bertanya lalu dia menghapus air matanya.

"Dia kenapa?" tanya Shafiq di dalam hati.

Aira menghentikan langkahnya, dia mendongakkan kepalanya ke arah Shafiq, sedari tadi dia terus memanggil nama Shafiq tapi tidak ada sahutan dari dia.

"Lu lagi liatin apa?" tanya Aira sambil menepuk pundak Shafiq pelan.

Shafiq terlonjat kaget, dia menoleh menatap Aira. "Kenapa?" tanya Shafiq dengan mengangkat satu alisnya.

Aira memutar bola matanya malas. "Yang ada juga lu yang kenapa? Dari tadi gue panggilin, tapi lu nya gk nyahut," jawab Aira.

"Maaf," ujar Shafiq dingin.

"Ayo, nanti keburu malem," ujar Aira sambil berjalan menarik tangan Shafiq.

Mau tak mau Shafiq harus mengikuti langkah Aira. Dia menoleh ke belakang, di sana masih terlihat Michel sedang menundukkan kepalanya.

Michel menoleh ke arah Shafiq berada, di sana sudah tidak terlihat lagi mereka berdua. Michel menghela napas panjang.

"Aneh banget dah gue, liat ke gituan aja nangis," gumam Michel. Michel melanjutkan kembali langkahnya.

***

Mereka berempat berjalan menuju mobilnya. Fiona, Freya, Aleta saling pandang mereka bingung melihat tingkah Michel, karena sedari Michel balik dari toilet dia lebih banyak diam.

"Michel kenapa?" tanya Aleta dengan nada berbisik kepada kedua sahabatnya.

"Gue juga gak tau, dari tadi dia diem mulu," jawab Fiona berbisik.

Michel menghentikan langkahnya, dia menoleh ke arah mereka. "Kenapa?" tanya Michel.

"Apanya yang kenapa?" tanya mereka bertiga dengan muka bingung.

"Gapapa," jawab Michel, lalu dia kembali melangkahkan kakinya meninggalkan mereka bertiga. sedangkan mereka menganga tidak percaya melihat tingkah Michel.

"Anjir, si Michel kenapa jadi es berjalan," ujar Freya.

"Es berjalan gimana?" tanya Fiona menoleh kearah Freya.

"Sikap dia jadi dingin, kaya si Aleta," jawab Freya sambil tertawa.

Aleta melirik Fiona dan Freya sebentar, lalu dia berjalan menyusul Michel.

Fiona menggeplak kepala Freya menggunakan tangan nya. "Gara-gara lo, si Aleta jadi pergi," ujar Fiona tajam.

"Sttt ... sakit bego," maki Freya dengan ringisan kecil.

"Bodo amat," ujar Fiona berjalan meninggalkan Freya yang kesal kepadanya.

Freya menatap punggung Fiona, dia menggelengkan kepalanya sambil mengusap dadanya. "Ya Allah, kenapa hamba mempunyai sahabat seperti mereka, apa salah hamba ya Allah," gumam Freya.

"FREYA CEPETAN WOY, LO MAU KITA TINGGAL!" teriak Fiona. Freya melangkahkan kakinya dengan cepat.

***

Michel sedang duduk di balkon kamarnya, sambil menghirup udara malam yang sangat dingin, Michel mendongakkan kepalanya menatap bintang yang sangat banyak. Saat dia sedang asik melihat bintang tiba-tiba ponselnya yang berada di atas nakas berbunyi, Michel melangkahkan kakinya menuju nakas, dia melihat nama siapa orang yang meneleponnya.

Shafiq is calling.

Michel mengernyitkan dahinya. "Ngapain dia nelpon gue?" batin Michel bertanya, lalu dia mengangkat telepon dari Shafiq.

"Kenapa?" tanya Michel malas.

"Lu tadi kenapa nangis?" Shafiq bukannya menjawab dia malah bertanya.

Michel semakin di buat bingung oleh nya. "Lo kenapa dah? biasanya juga lo gak pernah kepo, eh sekarang lo malah kepo. Jangan-jangan lo kesurupan han-"

"Gak usah banyak ngomong, jawab aja pertanyaan gue," ujar Shafiq dingin.

"Gue nangis karena liat orang utan lagi pacaran di mall," jawab Michel kesal, lalu dia mematikan teleponnya. Dia melemparkan ponselnya kesal ke atas kasur.

"Tuh orang pura-pura gak tau atau gimana sih? Gue kan tadi nangis di mall gara-gara dia, gue panas liat dia jalan berduaan sama si aira. Eh tunggu ... gue kenapa harus panas liat mereka berduaan? Masa iya gue suka sama si batu es, ih ogah banget gue suka sama si batu es, amit-amit jangan sampe gue pacaran lagi sama dia," gumam Michel panjang lebar.

Michel bergidik ngeri, membayangkan dia berpacaran dengan Shafiq. Michel menggelengkan kepalanya. "Apaan sih, kenapa coba gue harus ngebayangin pacaran sama si batu es," gumam Michel, lalu dia berjalan menuju kasur dan menidurkan tubuhnya di sana.

***

Maaf ya part ini aku bikin pendek, soalnya lagi males ngetik:)

DAN JANGAN LUPA FOLLOW
AUTHOR

Terima kasih banyak buat yang
Baca cerita aku,dan jangan
Pernah bosen semua

Jangan lupa vote and komen ya🙂

SAMPAI KETEMU DI PART SELANJUTNYA 👋

SHAFIQ [ON GOING]Onde histórias criam vida. Descubra agora