DUA TUJUH

246 5 0
                                    

Michel sekarang berada di pinggir jalan, ia mundar-mandir di depan mobil kesayangannya. Niatnya ia ke sekolah mau menggunakan mobil, eh ia malah sial, mobil yang di kendarai dirinya mogok.

"Gue ke sekolah gimana, mobil gue mogok, mana bentar lagi bel masuk lagi. Ah elah, tau gini mah, tadi teu nebeng aja sama Abang." Ucap Michel frustasi.

Michel memikirkan jalan keluarnya, seperkian detik Michel menemukan ide, dia mengeluarkan hp nya untuk memesan grab. Tapi sebelum ia memesan grab, Michel ingat sesuatu, langsung saja Michel merogoh saku roknya dan tidak menemukan uang yang Michel bawa ke sekolah. Ya, uang bekal Michel tertinggal di rumah.

"Sial banget sih gue pagi ini, udah mah mobil mogok, uang gue gak di bawa lagi, kalau udah kaya gini gimana dong?"

Tin tin

Michel terlonjat kaget mendengar suara klakson motor, ia melihat ke depan, di sana sudah ada Shafiq yang duduk di atas motornya.

Shafiq melepaskan helm nya, lalu berjalan menghampiri Michel. "Kenapa mobilnya?"

"Tadi pas gue bawa mobil, terus tiba-tiba mobil gue mogok, gak tau mogok karena apa." Jawab Michel apa adanya.

Shafiq mengecek mesin mobil Michel. "Oh, ini mah aki nya kosong." Ucap Shafiq yang masih pokus pada kegiatan nya.

"Terus gue harus gimana?"

Shafiq membalikkan badannya menghadap Michel. "Lo berangkat bareng gue."

Michel melototkan matanya, ia kaget mendengar jawaban Shafiq. "Enteng banget lo jawabnya. Ogah, gue gak mau!" Tolak Michel mentah-mentah.

"Udah buru, nanti telat." Tanpa persetujuan dari Michel, Shafiq menarik Michel menuju motornya.

"Ayo naik."

"Gue bilang gak mau ya gak mau ih!"

"Gak usah banyak drama, emang lo mau di sini terus? Gak kan? Yaudah naik."

Michel memicingkan matanya menatap Shafiq. "Ko lo banyak ngomong sih?" tanya Michel heran.

siapa yang gak heran coba? Seorang
Shafiq berbicara panjang? Waw! Mimpi apa dia semalem, biasanya juga ia mengucapkan dua atau tiga patah kata doang, sekarang? Di luar dugaan, momen langka nih.

"Bacot! Cepet naik, atau gue gendong!"

"Oke gue ikut lo ke sekolah, tapi kalau gue kenapa-kenapa gara-gara fans lo, lo harus tanggung jawab!"

Michel naik ke atas motor Shafiq depan ogah-ogahan, tapi berbeda dengan lubuk hatinya yang paling dalam, ia merasa senang karena bisa berangkat ke sekolah bareng Shafiq.

Shafiq melajukan motornya membelah jalanan ibukota yang cukup padat. Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya mereka berdua sampai di sekolah dengan selamat dan damai.

Sesampainya di sekolah, mereka masih bisa masuk karena bel masuk belum berbunyi. Mungkin jika mereka telat datang dua menit, mereka bakal di hukum.

Mereka berdua berjalan di kolidor sekolah. Banyak yang memperhatikan mereka, mau dari kakak kelas ataupun adek kelas. Michel yang merasa risih, ia menundukkan kepalanya.

"Gak usah nunduk, mereka juga gak akan makan lo ko." Ujar Shafiq.

"Diem deh lo!"

Tanpa Michel duga mereka sekarang sudah sampai di depan pintu kls Michel.

"Mau sampai kapan nunduk? Mau pintu kls lo berubah menjadi tak kasat mata?"

Pertanyaan dari Shafiq membuat Michel terkejut, ia langsung menatap ke depan.

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Mar 22 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

SHAFIQ [ON GOING]Onde histórias criam vida. Descubra agora