30. Krisis Kepercayaan II

1.3K 243 24
                                    

Di sebuah pusat perbelanjaan, Rain dan Diandra berjalan beriringan.

Berhubung ini hari libur mereka berdua, mereka memutuskan untuk makan di luar. Mengingat beberapa hari kemarin mereka memang pernah berencana makan di luar, namun urung terjadi lantaran Rain yang sempat terserang sakit kepala.

Pasca kejadian kemarin memang tidak ada perubahan signifikan dari hubungan mereka. Semuanya masih nampak sama. Akan tetapi, tidak dengan perasaan Rain. Karena tanpa Diandra sadari, sejujurnya Rain jauh lebih sensitif dan nyaris lebih selalu mencurigai apapun yang sedang Diandra lakukan. Tak ayal, beberapa hari kemarin, Rain terus memaksakan diri mengantar dan menjemput Diandra setiap hari. Bahkan, seringkali Rain menghubungi Diandra terlebih dahulu hanya untuk sekedar menanyakan hal kecil. Dan Rain pun sempat meminta Diandra agar menghubunginya terlebih dahulu jika Diandra akan pergi kemanapun termasuk bertemu dengan kliennya.

Lalu, setelah pulang kerja, disaat mereka menikmati makan malam bersama. Rain akan lebih banyak bertanya pada Diandra tentang pekerjaannya, serta apa saja yang dia lakukan di kantor.

Bagi Diandra, mungkin itu sebuah perubahan yang sangat signifikan akan hubungan mereka. Lantaran Rain yang berubah lebih memperhatikan dirinya. Padahal, itu semua Rain lakukan demi untuk melihat reaksi Diandra akan perubahan dirinya yang dirasa jauh lebih mengekang. Rain ingin tau, apakah selama Rain terus memantaunya Diandra akan merasa risih atau mungkin memberikan ribuan alasan untuk pergi kesana kemari tanpa dirinya.

Sayangnya, selama beberapa hari ini Rain tidak menemukan kecurigaan apapun. Diandra masih tetap bersikap biasa saja. sama sekali tidak terlihat keberatan akan perubahan sikap Rain. Di setiap harinya dia masih akan sama. Jadwalnya pun masih tetap tidak ada yang berubah sama sekali. Dan karena itu pula, beberapa kali Rain sempat berpikir ulang.

Apakah semua kecurigaan dirinya itu benar?

Karena yang Rain lihat, dilihat dari segi manapun. Diandra adalah istri yang baik.

Tapi jika memang kecurigaannya itu tidak terbukti, lalu apa yang Diandra sembunyikan selama ini sehingga mampu membuatnya membohongi Rain?

"Mas,"

Lamunan Rain buyar manakala mendengar Diandra memanggil namanya sembari memegang tangan Rain di sela langkah. Membuat Rain menghentikan langkahnya lantaran Rain melihat Diandra pun sudah menghentikan langkahnya terlebih dahulu saat Rain menoleh. "Ya?"

"Kamu gak keberatan kalau aku masuk ke toko ini dulu?" Tunjuk Diandra pada sebuah toko yang sedang mereka lewati. Sebuah toko tas. "Ada yang mau aku beli dulu."

"Oh," Rain mengangguk. "Tapi aku gak ikut masuk, ya? Aku tunggu disini aja."

"Mas gak apa-apa nunggu disini?"

Rain menggeleng. "Gak apa-apa. Kamu masuk aja."

"Ya, udah. Tunggu sebentar ya, aku gak lama kok."

Rain mengangguk mengerti. Dan setelah Diandra melenggang masuk ke dalam toko tas yang dia maksud. Rain mengambil ponselnya di saku celana bahan yang dia kenakan. Mengecek beberapa email dan pesan masuk dalam ponselnya dengan tenang. Siapa tau Ardi sudah mendapatkan nama dokter yang sempat Rain pinta kemarin. Rain meminta Ardi mencarikan nama-nama dokter kandungan terbaik untuk mendampingi dirinya dan Diandra yang akan mulai melakukan program kehamilan. Tentunya, setelah Ardi mendapatkan nama-nama dokter itu, Rain pun akan kembali menyeleksi mereka untuk menemukan yang paling bagus dari semuanya.

Akan tetapi, ketenangan itu mendadak sirna manakala telinga Rain mendengar suara suara cempreng yang pemiliknya selalu saja membuat sakit kepala Rain mendadak kambuh.

"Om ganteng?"

Ponsel di tangan Rain hampir saja tergelincir dari tangannya saat mendengar suara itu. Tentu saja itu Keyko, dan mata Rain langsung membulat ketika melihat Keyko sudah berada tepat dihadapannya sambil memiringkan kepalanya dan sambil menatap Rain dengan tatapan mengernyit kepo.

The Hottest RainDonde viven las historias. Descúbrelo ahora