75. Salah Prediksi I

2.6K 374 152
                                    

75.

***

Lian menatap iba pada Keyko yang tengah duduk di window seat kamarnya sembari sibuk memerah Asi-nya. Tepat di samping Lian.

Walaupun sedari tadi ketika mereka mengobrol Keyko terlihat ceria dan terus saja tertawa, Lian yakin, dia pun menyimpan kesedihan yang tidak dia katakan dan tunjukan pada Lian.

Dan jujur, itu membuat Lian iba.

Iba karena... yah.. walaupun sampai detik ini Lian masih kontra dan nyaris tidak suka dengan keputusan Keyko yang kemarin memutuskan mau jadi pihak ketiga alias istri kedua di antara pernikahan Kakak ipar sulungnya dengan istrinya yang tidak lain adalah Diandra. Mengingat Lian pun berada dalam posisi seorang istri. Dan istri manapun tidak akan mau apalagi ikhlas melihat suaminya mendua.

Namun, kalau di lihat dari sudut pandang sesama perempuan, selain Lian kasihan dengan Diandra yang pasti merasa sakit karena di duakan—ingat, Lian itu masih anti sama yang namanya poligami dan perselingkuhan—Lian bisa merasakan pasti sedih juga kalau berada di posisi Keyko. Dimana dia harus mengalah dan pergi ketika sudah dikaruniai tiga anak sekaligus.

Karena Lian lebih memikirkan nasib anak-anak Keyko.

Bagaimana pun, sebagai seorang Ibu yang punya satu anak, Lian pun tau pasti kalau anak-anak Keyko butuh pengakuan yang sah agar statusnya jelas.

Sama halnya dengan Lian dulu, kalau saja dulu Lian tidak memikirkan nasib anak dalam kandungannya, Lian pasti sudah pergi dengan brondong tampan bernama Felix.

Eh, Felix ngomong-ngomong apa kabar, ya?

Lian tiba-tiba jadi kepikiran.

Tapi.. duh, kok Lian malah kepikiran Felix?!

Back to topic!

Namun, keadaan sepertinya tidak akan pernah bisa membuat anak-anak Keyko bisa mendapatkan hak statusnya yang sah. Mengingat, mereka lahir di pernikahan yang tidak diakui karena tidak tercatat di catatan sipil.

Lalu, dengan keputusan Keyko yang katanya memilih mundur dari lingkaran cinta segitiga yang kemarin menjeratnya, membuat Keyko harus merelakan status anak-anaknya.

Lian menghela nafas kasar tanpa sadar.

Berpikir kalau, lagi-lagi anak-anak lah yang jadi korban keegoisan orang tua dan keadaan. Padahal, anak yang lahir kedunia itu tidak berdosa.

Namun, Lian harus mengakui jujur, kalau keputusan Keyko untuk mundur—walaupun harus merelakan nasib status anak-anaknya—sudah sangat tepat. Mengingat, harus diakui, ada yang lebih berhak pada Kakak sulungnya, dan Keyko lah yang menjadi pihak ketiga.

Walau Keyko juga mengakui kalau keputusannya yang itu juga dikarenakan ternyata, Diandra adalah Ibu kandung dari sahabat terbaiknya.

Satu-satunya teman yang Keyko miliki di seumur hidupnya.

Iya, Lian baru tau kalau sosok seceria Keyko Cuma punya teman satu.

Teman dalam arti dekat. Yang akan pergi kemana-mana berdua. Tak terpisahkan seperti biji sama anu... Eh?

Walau sepertinya, keputusan Keyko dapat pertentangan dari Kakak ipar sulung Lian sendiri.

Karena kata Keyko, sepertinya Rain menolak.

Lian tidak bisa menyalahkan Rain juga. Kalau ada di posisi Rain, terlebih kalau dilihat dari sudut pandang seorang Ayah, pasti akan sulit menerima keputusan Keyko. Yang artinya, Rain harus merelakan nasib status anak-anaknya.

Jadi begini, tadi Keyko cerita kalau saat ini dia sedang dalam misi membuat Rain mau melepaskannya. Caranya, sedikit tidak masuk akal. Yaitu, mengeruk tabungan Rain agar Rain jengah dan akhirnya menyerah mempertahankan Keyko.

The Hottest RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang