61. Diantara dua wanita

1.9K 341 129
                                    

"Papa Yeye!"

Seperti biasa, kepulangan Revaldo dari kantor, akan langsung disambut oleh anak semata wayangnya.

Seperti sekarang, tepat setelah mobil Revaldo terparkir sempurna di carport rumahnya, sang anak—Arseno langsung berlari keluar dari dalam rumah dengan heboh.

Arseno terlihat habis mandi. Terlihat jelas dari bedak bayi yang tertabur tidak rata di wajahnya. Sudah bisa dipastikan, seperti biasa, anaknya itu tidak akan pernah bisa diam saat dipakainya bedak oleh Lian.

"Anak Papa Rere yang ganteng!" sambut Revaldo setelah turun dari mobil dan menekan kunci pintu mobil. Lantas, menggendong anaknya dan mengangkat anaknya tinggi-tinggi. Membuat Arseno tertawa kegirangan. Dan tawanya semakin keras dan nyaring saat Revaldo mencium perut anaknya yang menguarkan wangi minyak telon. "Anak Papa Rere udah mandi, nih, kayaknya. Wangi!" kata Revaldo lagi, seraya menciumi wajah anaknya yang kini semakin tertawa terbahak karena kegelian. Nyaris terpingkal-pingkal.

"Papa! Papa!" panggil Arseno di tengah gelak tawa gelinya saat Revaldo masih saja menciumi wajahnya di sela langkah memasuki rumah. "Ano mau munya dede bayi!"

Gerakan Revaldo yang sedari tadi menciumi hampir seluruh wajah putranya sontak berhenti. "Hah?" dan refleks hanya kata singkat itulah yang bisa keluar dari mulut Revaldo.

Terkejut, dan tidak percaya dengan apa yang baru saja anaknya katakan. Saking terkejutnya, Revaldo bahkan tidak bisa mengkondisikan raut wajahnya sekarang. Shock sampai melongo.

Masalahnya, tidak ada yang lebih mengejutkan selain anaknya yang tiba-tiba saja meminta adik padanya. Mengingat, selama ini anaknya tidak pernah ingin punya adik walau Revaldo sudah rayu pakai cara apapun. Dan selalu saja berakhir dengan anaknya yang menangis keras.

Tapi sekarang?

Arseno yang anti punya adik, benci anak kecil apalagi bayi botak tiba-tiba saja minta adik?

Revaldo mendadak mesam-mesem sendiri dibuatnya. "Ano mau punya dede bayi?" tanya Revaldo dengan nada lembut mendayu penuh maksud.

Arseno mengangguk dengan semangat. Saking semangatnya, rambut gaya mangkoknya yang terlihat masih setengah basah sisa keramas pas mandi sore tadi, ikut bergerak kesana kemari.

Puas setelah melihat anggukan Arseno, senyuman lebar penuh kepuasan terbit begitu saja di wajah Revaldo.

Akhirnya, Revaldo bisa tambah anak! Mengingat selama ini halangan dia ingin punya anak lagi selain dari sang istri, adalah dari sang anak. Dan anaknya yang paling parah menolak.

Yes!

Duh, Revaldo senang bukan main. Saking senangnya, rasanya Revaldo mendadak ingin koprol.

"Ano mau munya dede bayi iga!" seru Arseno lagi, sembari menunjukkan lima jarinya pada Revaldo.

"Ini lima, No! Tiga, tuh, begini," koreksi Revaldo sembari melipat jari jempol dan kelingking Arseno. Namun, senyuman mesum Revaldo semakin lebar merekah di wajahnya.

Ralat! Revaldo bukan hanya ingin koprol. Tapi juga ingin khayang, bahkan nangis guling-guling.

Mimpi apa coba Revaldo semalam sampai anaknya mendapat hidayah dan meminta sekaligus tiga adik padanya?

Revaldo semakin mesam-mesem sendiri membayangkannya. "Nanti pasti Papa buatin tiga buat Ano!" seru Revaldo dengan kesungguhan dan semangat yang berkobar dalam binar matanya. "Dibuat dari hasil keringat enak Papa dan Mama!"

Arseno tak menjawab kali ini. Lantaran Arseno tidak mengerti dengan maksud dari kalimat ngawur yang sedang Ayahnya ucapkan

"Ano kalau mau punya adik, nanti malam Ano harus tidur cepet, ya?"

The Hottest RainOnde histórias criam vida. Descubra agora