68. Petir Di Tengah Pelangi

2.5K 346 256
                                    

"Keyko! Seharusnya kamu bilang, dong, kalau kamu sakit!" Omel Kenzou panik saat memapah Keyko menuju mobilnya di luar rumah.

Yah, pada akhirnya, setelah kediaman orang tua Kenzou di gemparkan oleh perkelahian Kenzou dan juga Rain. Kini, tepat di pukul dua belas malam, kediaman Kenzou kembali di gemparkan oleh Keyko yang akan melahirkan. Dan kini, mereka tengah bersiap menuju rumah sakit.

"Tadi, kan, aku udah bilah sama Oniisan kalau perutku sakit!" jawab Keyko tak mau kalah, di sela langkahnya yang tersendat-sendat. Karena rasa sakit dan mulas di perutnya kadang datang dan hilang.

"Ya, mana aku tau kalau kamu beneran sakit!" sewot Kenzou. "Lagi, siapa suruh kamu terus aja pura-pura sakit! Jadi, jangan salahkan aku kalau pada akhirnya aku gak percaya giliran kamu sakit beneran!" timpalnya tak terima disalahkan. "Setidaknya, kamu, kan, bisa bilang kalau kamu mau lahiran, gitu!"

Merasa jengkel dengan Kenzou yang terus saja berkelit, Keyko mendadak menghentikan langkah. Membuat Kenzou yang tengah memapah Keyko pun ikut menghentikan langkah dengan wajah bingung penuh tanya. Namun, belum sempat Kenzou membuka mulut untuk mengutarakan pertanyaannya, Kenzou sudah memekik kesakitan saat Keyko sudah menjambak rambutnya dengan tanpa perasaan.

"Dih, mana aku tau kalau aku mau lahiran!" seru Keyko marah.

"Sakit, Keyko!" pekik Kenzou kelabakan.

"Dikata aku punya pengalaman apa, hah!"

"I-iya! Iya, ampun!"

"Aku, kan, baru kali ini hamil!!" sengit Keyko lagi, masih sambil terus menjambaki rambut Kenzou tanpa belas kasihan. "Seharusnya yang lebih tau itu Oniisan! Kan, Oniisan pernah nemenin Kak Bella lahiran! Seharusnya, Oniisan tau, dong, gimana gejalanya!"

Kenzou terus meringis kesakitan, dengan tangan yang berusaha melepaskan jambakan Keyko di rambutnya. "Tapi aku, kan, gak tau rasanya!" jawab Kenzou tak mau kalah.

"Udah! Udah! Kalian jangan ribut!" lerai Bella yang berjalan mengikuti mereka di belakang sambil membawa koper besar berisikan perlengkapan Keyko lahiran yang sudah mereka persiapkan sedari kemarin. Tak habis pikir dengan kelakuan Kakak-beradik itu yang justru berdebat tak jelas di tengah suasana genting seperti sekarang. "Kalian ribut, tuh, gak menyelesaikan masalah! Yang ada Keyko melahirkan di sini gara-gara kalian berdua malah berantem."

Gerakan tangan Keyko yang sedari tadi menjambak rambut Kenzou pun akhirnya berhenti setelah mendengar omelan Bella.

"Heh! Malah pada diam! Ayo, jalan!!" pekik Bella lagi. Melihat Kakak beradik itu malah diam seperti patung.

Kenzou dan Keyko mengerjap bersamaan. Hingga pada akhirnya, mereka pun menurut. Kenzou kembali membantu Keyko berjalan. Memapahnya menuju mobil yang sudah terparkir tepat di depan teras rumah.

Dengan telaten dan lembut, Kenzou membantu Keyko duduk di kursi belakang.

"Oniisan mau kemana?" Keyko buru-buru menahan tangan Kenzou, saat Kenzou akan kembali menegakkan tubuhnya setelah membantu Keyko duduk di jok belakang.

"Ya, mau ke jok depan, lah!" sewot Kenzou keki.

Raut wajah Keyko mendadak berubah sedih, "Tapi.. aku mau ditemenin Oniisan duduk di belakang,"

"Jangan ngaco kamu!" herdik Kenzou, "Kalau aku duduk di belakang, siapa yang nyetir? Emang kamu pikir ini mobil bisa jalan sendiri ke rumah sakit!"

Keyko cemberut, "Perutku mau dielus Oniisan biar mulasnya gak bergitu sakit!"

Melihat interaksi kedua Kakak-beradik itu, Bella tak kuasa menahan senyum gelinya sembari menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

Mereka itu memang seringnya berdebat dan bertengkar walau hanya masalah kecil. Namun, kasih sayang di antara mereka tidak bisa disangsikan lagi. Terbukti dengan Kenzou yang terus saja mengomel namun raut wajahnya terlihat panik dan cemas di saat bersamaan.

The Hottest RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang