12. Para Makhluk Mitos - Part 1

448 54 2
                                    

Malam ini turun hujan lebat. Aneh sekali. Padahal ramalam cuaca berkata sebaliknya. Curah hujan yang tinggi membuat Marc dapat menahanku dan Chloe di rumahnya lebih lama dengan alasan tingkat risiko kecelakaan lalu lintas yang tinggi.

Jelas, itu hanya akal-akalan Marc. Aku khawatir Dad sudah membungkus beberapa pakaianku ke dalam tas, siap mengusirku dari rumah.

Menghindari Marc yang sedang berusaha membuat Chloe tertawa dengan memasang mimik-mimik wajah konyol, aku memilih mengasingkan diri pada tumpukan buku di perpustakaan Marc. Isinya nyaris seperti perpustakaan di daerahku, lengkap dan dipenuhi buku-buku tua.

Kurasa aku bisa menghabiskan waktu seharian penuh di sini. Ada sofa supernyaman yang dapat disulap jadi tempat tidur. Kalau saja ada toilet di dalam ruangan ini tentu akan menyenangkan.

Tanganku menyusuri salah satu deretan rak di bagian utara ruangan. Beberapa judul buku ditulis dengan rangkaian huruf yang tak kukenali. Kutarik salah satu buku tersebut. Tidak ada keterangan apapun pada sampulnya. Bahkan nama penulisnya sekalipun.

Ketika kubuka halaman demi halaman, aku menemukan beberapa gambar aneh: gambar sosok manusia dengan sayap, gambar bulan, bintang, matahari, dan awan, juga gambar beberapa jenis burung. Sayang aku sama sekali tak bisa mengartikan narasi deskripsi buku tersebut. Perasaanku mengatakan, gambar-gambar itu ada hubungannya dengan siapa Marc sesungguhnya.

Lelaki itu aneh, aku tahu itu sejak lama.

"Mau menginap? Kurasa aku bisa membuat alasan yang bagus untuk ayahmu."

Tubuhku tersentak begitu mendengar suara Marc di belakangku. Aku memutar tubuh dan menemukan Marc sedang berjalan menghampiriku.

"Kurasa itu bukan ide bagus dan aku tidak ingin terlambat pergi ke sekolah besok."

"Kau tidak akan terlambat, kau sangat tahu itu," ujar Marc setengah bangga.

Aku memutar bola mataku dan kembali menatap buku di tanganku. Beberapa detik kemudian, tangan Marc merebut buku itu dariku dan menaruhnya kembali ke rak buku.

"Kau tidak akan mengerti isinya," suara Marc tiba-tiba saja berubah dingin.

Aku melirik Marc kesal. Sikapnya arogan sekali. Walaupun ia memang pemilik perpustakaan ini, kurasa aku tetap berhak mendapatkan perlakuan sopan.

"Kurasa kau masih berutang cerita banyak hal kepadaku, Marc. Salah satunya soal Collin. Kurasa aku berhak tahu karena aku nyaris saja terbunuh kalau Khee tidak menyelamatkanku."

Kulihat rahang Marc mengeras, seperti terusik dengan pertanyaanku. "Aku sudah siap mendengar apapun, bahkan jika kau mengaku bahwa sesungguhnya kau adalah monster yang lebih mengerikan dari Collin," cerocosku tanpa pikir panjang.

Bagaimana jika Marc ternyata benar-benar seorang monster dengan tubuh 5 kali lebih besar dari Khee dan postur lebih menyeramkan dari Collin? Kurasa aku lebih baik bersembunyi ke inti bumi ketimbang terus-menerus dikejar Marc.

"Kau belum siap untuk mendengar semua--"

"Aku sudah sangat siap dan aku butuh penjelasan, Marc. Kau tak bisa mempermainkan kewarasanku," tegasku kepada Marc.

Bola mata biru Marc melirikku tajam. "Kurasa tidak sekarang," tegasnya.

"Kenapa?" tanyaku keras kepala. Aku mendekati Marc, berusaha menunjukkan keberanianku yang berbanding terbalik dengan debar jantungku yang meledak-ledak.

"Aku belum siap kehilanganmu, Nao." Ada sorot rasa sendu dalam mata Marc dan aku dapat menangkapnya dengan jelas. "Kurasa kau belum siap menerimaku seutuhnya."

Aku mengatupkan bibirku. Mungkin Marc benar. Melihat Collin saja sudah membuatku nyaris membeku dan berakhir pingsan kehabisan napas.

"Kenapa kau berharap aku akan menerimamu, Marc?"

The Sky OccupantWhere stories live. Discover now