10. Ancaman

1.4K 197 11
                                    


Chloe tak banyak membuat ulah akhir-akhir ini. Mungkin hanya perasaanku, tapi sepertinya sikap Chloe ada hubungannya dengan Khee. Chloe tampak ceria setiap kali Khee datang untuk bermain. Karena Khee dapat merubah wujudnya dengan mudah, sesekali aku mengizinkan Khee untuk bermain bersama Chloe. Aku jadi terbantu. Sementara Khee bermain bersama Chloe, aku mengurus rumah.

Lucunya, kadang Marc merasa cemburu kepada Khee karena ia bisa lebih sering menemuiku. Konyol sekali Marc. Padahal dia sendiri yang mengirim Khee untuk menjagaku dan Chloe.

Oh, ya. Bukan berarti aku tak lagi takut dengan Khee. Aku membuat perjanjian dengan Khee. Ketika ia menemuiku dan Chloe, ia tak boleh menampakkan wujud aslinya—yang menyerupai monster. Khee harus bersikap layaknya manusia beradab di depan Chloe. Sejauh ini Khee belum pernah melanggar kesepakatan kami.

Ujian semakin dekat. Berkat kehadiran Khee pula aku memiliki waktu luang lebih untuk belajar. Ujian semakin dekat. Aku memang seharusnya berterima kasih karena Marc bersedia membeli toko kami.

Marc, masih seperti biasanya, sering muncul di manapun, di tempat tak terduga. Hubungan kami sejauh ini baik-baik saja, tidak cukup akrab untuk dikatakan sebagai pasangan kekasih—selain karena aku terus menolaknya. Tentu saja. Aku tak akan memberikan keputusan sampai ia menceritakan segala hal tentang dirinya. Jadi, kuputuskan, kami hanya berteman saat ini. Marc teman yang baik sekaligus menjengkelkan.

Pagi ini Khee datang bersama surat yang dikirmkan Marc. Sebuah undangan. Mataku meneliti undangan tersebut. Kuakui, aku harus membacanya dua kali untuk dapat memahami bahwa undangna tersebut merupakan pesta sederhana yang diadakan di kampus Marc. Entah apa tujuannya, tak jelas. Yang pasti, Marc memintaku untuk menemaninya.

Telepon di rumahku bordering, mengejutkanku yang masih asyik membaca undangan.

"Kediaman Addison," sapaku.

"Kau sudah membaca suratnya."

"Marc! Kenapa kau tak menelepon ke ponselku saja?" keluhku seraya mengapit gagang telepon di aantara pundak dan kepalaku. Dari tempatku aku bisa melihat Chloe sedang meminum susunya di botol sambil bersantai menonton televisi bersama Khee.

"Kau hanya pura-pura kesal, bukan? Kau sedang tersenyum sekarang."

Saat itu lah aku melihat Khee sedang mmainkan ponsel. Aku yakin sekali ia mengirimkan banyak laporan kepada Marc.

"Hidupmu pasti sibuk sekali membaca banyak laporan," sindirku yang membuat Marc tertawa. Khee menoleh ke arahku takut-takut, kemudian mengangguk kaku. Aku memberikan Khee tatapan memperingati, tapi tentu saja percuma. Ia akan lebih patuh kepada perintah Marc.

"Jadi, kau akan menemaniku ke pesta itu?"

"Entahlah, Marc. Aku tak yakin. Aku tak memiliki pakaian yang pantas dan... apa kau tak malu pergi bersamaku? Maksudku, aku ini anak SMA, Marc. Sementara teman-temanmu... semua...."

"Rasa khawatirmu terlalu berlebihan, Nao. Aku yakin sekali kau akan menikmati pestanya. Kujemputku kau besok malam. Tak usan cemas masalah pakaian."

"Kau akan melakukan apa kali ini?" tantangku, siap mendebat Marc.

"Jangan menantangku, Nao" ujar Marc memperingati dengan nada santai. "Apa aku perlu membeli sebuah butik untukmu?"

"MARC!" Suaraku bahkan membuat Khee terkejut sehingga ia menjatuhkan ponselnya. Membangunkan Chloe dari tidurnya. Khee buru-buru menepuk-nepuk pelan tubuh Chloe. Aku mengangguk, meminta maaf kepada Khee.

"Aku hanya bercanda, sayang. Besok pagi, Khee akan membawakan pakaian yangkupilihkan untukmu. Jangan keras kepala menolaknya. Anggap saja hadiah karena kau mau menjadi teman pestaku."

The Sky OccupantWhere stories live. Discover now