32. Monster (b)

5.3K 1.1K 90
                                    

Mulai saat ini, Mai dan orangtuanya tinggal di rumah keluarga Axel. Mai sudah terbiasa dengan ramainya suasana rumah karena lima adik perempuan Axel, tetapi tidak dengan orangtuanya. Belum lagi ketika Jaxen ada di rumah, dia selalu bermain kejar-kejaran dengan para adiknya setiap pagi.

Kejar-kejaran ala keluarga ini berbeda dari banyak keluarga. Iya, Jaxen berperan sebagai serigala sementara para adik sebagai domba.

Wajah dan tangan Jaxen sudah berubah menjadi wujud serigalanya.

Bulu yang dia miliki tak jauh berbeda dari sang adik, kelabu, hanya saja ada corak garis hitam di sekitar kening. Matanya berwarna kuning cerah. Yang paling menakutkan adalah mulutnya yang dipenuhi gigi tajam.

“Ah!” jeritan para adik ini menggema ke seisi rumah. Itu bukanlah jeritan takut, melainkan senang. Meskipun demikian, tetap saja orang normal yang mendengarkan pasti telinganya sakit

Empat adik perempuan ini berlarian ke ruang tamu krena dikejar oleh Jaxen. Suara tawa dan jeritan saling bersahut-sahutan di dalam rumah.

Ibu mereka, yang sedang memandikan bayinya terlihat biasa saja. Baginya ini adalah pagi yang normal.

Tetapi, tidak dengan orangtua Mai. Papa keluar kamar untuk memeriksa kegaduhan ini. Bertepatan ketika dengan itu, anak-anak melewatinya, ada yang menabraknya sampai ia jatuh tersungkur.

Iya, karena terlalu aktif, anak-anak ini tak bisa mengendalikan kekuatan mereka. Pria sebesar Papa bisa ambruk ke lantai hanya karena bertabrakan dengan mereka.

Bukannya minta maaf, anak,-anak ini melarikan diri ke belakang sambil terus tertawa riang.

“Om—”  Jaxen membantu Papa berdiri. “Gak apa-apa? Maaf ya, Om.”

Papa memegangi pinggangnya yang serasa remuk akibat benturan dengan lantai keramik. “Gak apa-apa, kok, tapi pagi-pagi gini kok rame banget kalian?”

“Anak serigala itu tenaganya selalu penuh kalo bangun tidur, Om, kalau gak diajak main, pasti keluar rumah terus manjat pohon lagi. Gak enak dilihat tetangga, mereka makin curiga nanti.”

Papa baru sadar kalau penampakan Jaxen itu sangat mengerikan. Kepala besar, berbulu, telinga yang bisa bergerak, mata kuning menyala dan gigi taring nyata.

“To—topeng kamu bagus loh,” ucapnya ingin menyangkal pemandangan ini nyata.

“Nyata ini, Om, gak lihat mulut saya gerak ini?” Jaxen memamerkan deretan giginya, lalu mengangkat telapak tangan yang berubah menjadi lebih besar, penuh otot, bulu lebat serta kuku tajam.

Papa menahan napas, melototi mata Jaxen yang berkedip-kedip. Beberapa detik kemudian, dia pun pingsan dan tubuhnya jatuh ke lantai.

Adik-adiknya yang mengintip dari balik tembok, satu per satu berteriak:

"Ayah kak Mai mati!”

"Ibu! Ada yang mati!”

“Mati!”

“Hore! Mati!"

Kegaduhan ini makin hebat hingga menggetarkan tembok rumah. Semuanya kacau balau.

KELABU (Werewolf Story) [END]Where stories live. Discover now