BAB 15 - PULANG

6K 406 13
                                    

"Brengsek!"

Sementara di tempat lain, Kiara tampak frustrasi menatap ke arah layar ponsel. Ratusan pesan, puluhan panggilan yang ia kirimkan pada Romeo tidak pernah Romeo jawab satu pun sama sekali.

"Kurang ajar, padahal beberapa hari yang lalu dia tidak menolak ketika aku memeluknya di depan istrinya sendiri."

"Kenapa uring-uringan, Ki?" Mona salah satu temannya yang saat ini berada di bar yang sama dengan Kiara ikut mengerutkan kening.

"Romeo brengsek. Bagaimana bisa dia mengacuhkanku seperti ini?!"

"Dia sudah punya istri, wajar saja dia mengacuhkanmu."

"He doesn' love her."

"Tapi tetap saja mereka sudah menikah. Jangan jadi pelakor di antara mereka." Mona menghisap rokoknya kemudian mengembuskan asapnya ke udara.

"Aku tidak perduli. Aku hanya ingin menyelamatkan Romeo dari perempuan yang tidak ia cintai."

"Menyelamatkan Romeo, atau menyelamatkan perasaanmu sendiri yang sebenarnya memang sudah menyukai Romeo sejak lama?"

"Tentu saja dua-duanya." Kiara kemudian meminum lagi minuman berwarna merah pekat itu sampai habis.

Sedangkan Mona, ia hanya bisa melenguh atas kekeras kepalaan sahabatnya itu. "Terserah kau saja. Yang penting aku sudah memperingatkanmu."

***

Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore dan Romeo baru berada di kantor. Romeo baru saja menyelesaikan persidangan hingga ia merasa sangat lelah. Sedangkan dari kaca jendela yang terbuka, Zaki tampak menatap ke arah Romeo yang sedang beristirahat di sana.

Tiga hari dia seperti itu, dan Zaki dengan sangat percaya dirinya yakin bahwa Romeo tidak pernah mengunjungi Arini sama sekali di rumah sakit.

Zaki ingat, ketika sewaktu sore ia datang lagi mengunjungi Arini di rumah sakit tapi Arini malah mengatakan.

"Maaf kalau perkataanku nanti akan menyinggungmu. Tapi sebaiknya kita harus menjaga jarak. Aku mohon jangan temui aku lagi secara pribadi seperti ini, aku masih seorang istri."

Ingatan akan ucapan Arini benar-benar membuat Zaki mengepalkan tangan kuat-kuat.

"Kau tahu kalau Romeo mengizinkanku untuk mendekatimu, kan?"

Tapi kala itu Arini hanya mengangguk. "Ya aku tahu. Bohong rasanya kalau tadi pagi aku mengatakan kalau aku tidak mendengar semuanya."

Arini tersenyum getir dan Zaki pun sebenarnya sudah tahu kalau Arini tadi memang sedang berbohong.

"Tapi, tetap saja aku masih menjadi seorang istri. Aku tidak ingin menjadi wanita murahan yang mengkhianati keputusan yang sudah aku ambil."

Saat Zaki teringat akan ucapan Arini tiga hari yang lalu, hatinya kembali terasa ngilu. Lalu ketika Zaki memandang ke arah Romeo yang tampak santai tanpa merasa bersalah, dan tanpa mau tahu keadaan istrinya pun juga semakin membuat hatinya sakit tidak tertahankan.

Bagaimana bisa Romeo bisa mengkhianati orang sebaik dan sesetia itu?

Mungkin saat ini, Zaki lah yang masih menjadi manusia normal. Ia menghargai keputusan Arini, menjadi manusia paling netral meski hatinya bertolak belakang. Dan sejak tiga hari yang lalu, Zaki tidak mengunjungi Arini lagi untuk sementara waktu.

Lalu kemudian Zaki melengang, meraih knop pintu Romeo lalu membukanya.

"Kau tidak pulang?"

Romeo terkesiap mendengar sapaan itu, hampir saja ia tertidur. "Ya, sebentar lagi ... aku masih ada urusan Zak. Kau bisa pulang lebih dulu."

ARINI'S WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang