BAB 27 - MIMPI

4.8K 240 5
                                    

Malam telah menjelang. Sedangkan di tempat lain, ada Zaki yang saat ini mulai melangkah. Ia mendapat kabar bahwa Arini berada di rumah sakit, di belakang bagian mobilnya, sudah ada satu buket mawar putih yang sengaja ingin ia kirimkan kepada Arini.

Kakinya melangkah, saat ia diberi tahu kalau Arini menjalani kemoterapi, ia benar-benar khawatir. Ia terus memikirkan Arini. Hanya saja, Zaki takut kalau Romeo tidak mengurusinya dengan baik.

Saat Zaki tahu di mana tempat Arini dirawat, ia kembali melewati lorong demi lorong rumah sakit. Dan ketika ia sudah berada tepat di depan kamar perawatan Arini, ia tidak sengaja melihat keadaan di dalam ruangan melalui celah pintu yang tidak tertutup rapat.

Arini ...

Sesuatu hal yang berhasil membuat Zaki kaget sekaligus merasa patah. Kondisi Arini begitu memprihatinkan, selang infus tertancap di sana, ia terbaring lemah, matanya terpejam, tapi di sampingnya ...

"Romeo ...?"

Mata Zaki melebar. Tangan Romeo mengenggenggam erat tangan Arini yang masih tertidur di sana. Sebuah pemandangan yang berhasil membuat Zaki terdiam untuk sejenak.

Sejak kapan Romeo ...?

Sungguh. Zaki masih belum tahu dengan hubungan mereka. Selama ini Zaki pikir, Romeo masih membencinya.

Ketika Zaki melihat Romeo mengecup punggung tangan Arini berulang kali, sudah cukup membuat Zaki mengerti. Tanpa sengaja ia meremas buket bunga yang sudah ia bawa, lalu tiba-tiba ... ketika ia melihat tong sampah yang ada di sampingnya, cepat-cepat ia membuang bunga itu ke dalam tong sampah.

Zaki menarik napas panjang. Ia kemudian mengetuk pintu itu hingga membuat Romeo yang ada di dalam terhenyak.

"Zak ...?"

"Hai Rom."

Kedua sahabat itu pun kemudian duduk di depan ruangan Arini. Menutup pintu itu rapat-rapat agar Arini tetap beristirahat dan tidak terganggu dengan kehadiran mereka.

"Jadi, bagaimana keadaan Arini, Rom?"

Ada rasa sesak yang ada di dadanya. "Seperti apa yang kau lihat, Zak. Arini masih lemah. Kata dokter, Arini masih tetap harus melanjutkan pengobatan."

Zaki mengangguk. Tapi kemudian ia menarik napas. Saat ia melihat ke arah Romeo pun, Romeo juga tampak frustrasi.

"Sudah sejak kapan, Rom?"

Tiba-tiba Zaki mengatakan akan hal itu. Dan tentu saja, Romeo tahu apa yang sedang dimaksudkan oleh Zaki.

"Kita sudah memutuskan untuk memulai dari awal lagi. Aku sadar aku salah. Untuk itu aku meminta Arini untuk menerimaku kembali, karena aku sadar, entah sejak kapan aku mulai mencintainya."

Ada perasaan lega di sana, meski Zaki juga sadar bahwa hatinya sedikit terasa sangat sesak. Zaki pun kemudian mengangguk lalu tersenyum.

"Syukur lah pada akhirnya kau sadar."

"Terima kasih Zak atas pengertiannya. Dan untuk masalah ucapanku tempo hari ..." tiba-tiba Remeo mulai menguliknya lagi. "Aku menyabut seluruh ucapanku. Dan bisa kah aku minta tolong padamu kalau mulai sekarang, jangan mencoba lagi untuk mendekati Arini, karena sampai kapan pun, aku tidak akan pernah melepasnya."

Mendengar kata-kata itu tiba-tiba Zaki tertawa.

"Kau mulai ketakutan Arini akan kurebut, eh?"

Romeo menarik napas.

"Tenang saja. Tidak akan pernah aku lakukan. Aku memang mulai menyukai Arini sejak aku merasa kasihan padanya. Tenang saja, perasaanku masih dalam tahap awal, masih bisa aku tahan dan masih bisa aku singkirkan."

ARINI'S WEDDINGWhere stories live. Discover now