Teman Sebangku

63 14 1
                                    

Aku tersenyum sinis dan memperkuat   tatapan mata. Kata orang, kita bisa mengalahkan seseorang hanya dengan tatapan mata yang penuh percaya diri. Benar saja, anak itu langsung memalingkan wajahnya dariku. Aku merasa puas dan menang tentunya.

"Selamat pagi anak-anak."

Ibu guru memasuki ruang kelas lalu menyapa kami. Sontak, semua murid berdiri dan memberi salam.

"Selamat pagi Bu Guru."

"Silahkan duduk. Waahhh... Sepertinya kalian bersemangat sekali untuk pelajaran Sejarah. Okee... Kita mulai saja pelajarannya ya." Kata Bu guru sambil tersenyum gembira.

Kami semua hanya tersenyum dan mengangguk saja. Walaupun di dalam lubuk hati tersimpan rasa kantuk yang masih tersembunyi dalam sanubari.

Rupanya semua murid di sini jenuh dengan pelajaran sejarah. Tapi kurasa tidak dengan anak yang duduk di sampingku ini. Kelihatannya ia sangat serius dan bersemangat mendengarkan pelajaran Sejarah. Tak ku sangka, anak laki-laki tertarik dengan pelajaran yang bersifat teori dan penuh dengan peristiwa rumit ini.

***

Ding dong ding dong

Bel istirahat akhirnya berbunyi. Dua mata pelajaran pun selesai. Untung saja rasa kantukku saat les Sejarah tadi, berhasil diusir oleh pelajaran Bahasa Inggris yang sangat seru. Ditambah lagi gurunya asik sehingga kami para murid tidak kritis. Hehehehehheh.

Sekolah menjadi hidup kembali saat jam istirahat. Riuh para murid membuat suasana sekolah menjadi ramai. Murid-murid kelas lain lalu lalang di lorong kelas, entah ingin mengajak ke kantin, atau sekedar nongkrong di depan kelas untuk membahas film kesukaan mereka. Sungguh membosankan.

Aku lebih memilih istirahat di mejaku dan memantapkan hati untuk tidur. Baru saja aku terlelap, suara berat seseorang memaksaku untuk bangun lagi.

"Woi! Bangunn! Ada Pak Guru." Katanya sambil menyikutku.

Aku tersentak lalu merapihkan rambutku. Lagian rambutku kan pendek, cukup diusap-usap saja langsung rapih. Aku menoleh pada anak itu bermaksud untuk mengucapkan terimakasih, eh malah diejek.

Ia sengaja menggelengkan kepalanya lalu membisikkan sesuatu di telingaku.

"Sekalian kau bawa bantal Hello Kitty mu kemari." Bisiknya sambil tersenyum sinis.

Aku membalas perkataannya dengan tatapan tajam. Aku kehilangan akal untuk membalasnya. Lihat saja nanti. Pasti ku balas kau.

"Anak-anak, karena kalian adalah murid baru, jadi saya akan memperkenalkan diri sebelum memberikan pengumuman. Nama saya Pak Agus. Selain mengajar, saya bekerja sebagai guru kesiswaan di sekolah ini. Jadi mohon kerja samanya ya adik-adik."

"Iya Pak Agus." Kami menjawab serentak.

"Nah, pengumumannya tentang Bu Celine yang mengajar Mata Pelajaran Geografi jam terakhir, tidak bisa hadir bersama kalian di sini karena ia sedang mengikuti pelatihan di luar kota. Saya harap adik-adik bisa menjaga ketertiban kelas selama jam tersebut. Oke?"

Kami serentak menjawab "Oke Pak."

Pak Agus keluar dari kelas kami. Teman-teman lain kelihatannya cukup senang karena ada les kosong. Rupanya nanti aku bisa tidur dengan lega.

Anak yang di sampingku mengeluarkan hp nya dari dalam saku. Aku cukup tercengang dan sedikit bingung.

"Kau tidak takut hpmu disita?"

"Kau tuli ya? Kan Adrian si Ketua Osis itu telah membacakan peraturan sekolah. Salah satunya diperbolehkan untuk membawa handphone, asal tidak menggunakannya saat pelajaran berlangsung jika tidak mendapat izin dari guru."

Dasar anak ini. Aku tanya baik-baik malah dijawab dengan kata-kata kasar. Untung saja darahku belum benar-benar naik. Kalau tidak sudah aku tendang kau. Tapi, itu mustahil sih. Badannya sangat tinggi. Kalau aku menendangnya justru aku yang terpental. Aku beri dia pelajaran ringan saja ahh.

"Oh ya? Wahh aku luu-(sambil mencubit pahanya)pppa. Terimakasih ya." Jawabku tersenyum puas.

Ia berteriak kesakitan. Suaranya cukup kencang sampai teman-temanku menoleh ke arah kami. Bodoh amat. Yang penting dendamku terbalaskan.

Aku memang sengaja tidak mendengarkan Kak Adrian karena wajahnya sok ganteng sekali. Padahal biasa-biasa saja. Kelakuannya seolah menikmati tatapan kagum dari para pemujanya. Aku sangat muak dengan hal seperti itu.

Sebaiknya aku kembali tidur. Tapi, kupikir-pikir, pasti anak ini akan terus menggangguku. Kalau diperhatikan ia sedang sibuk memainkan hp nya. Saatnya beraksi.

"Hey... Aku sungguh minta maaf karena telah mencubitmu tadi. Aku bukannya tidak sengaja. Memang sengaja. Pfftt..."

"Hemm... Sebenarnya kau itu niat tidak meminta maaf. Jika tidak, lebih baik kau diam saja." Jawabnya, kesal.

Aku sudah tidak tahan untuk tertawa. Tapi aku berusaha untuk terlihat biasa-biasa saja. Menarik nafas dalam-dalam dan mulai mengganggunya lagi.

"Oke baiklah. Tapi siapa namamu? Kita belum kenalan kan?"

"Alfred. Kau?" Ia menjawab, tapi tetap berkonsentrasi pada layar hpnya.

"Aku Gea."

Pffttt. Hahahahahahahahhhahahah..

Tertawanya kencang sekali. teman-teman sekelas menengok ke arah kami lagi. Aku sampai heran. Apanya yang lucu?

"Namamu seperti nama orang gila yang sering berkeliaran di kompleks rumahku. Hahahahahah kocak." Jawabnya sambil memegang perut akibat tak kuat menahan tawa.

"Ohhh jadi itu penyebabnya kau juga ikutan gila? Hahahahahahahaha." Aku tertawa terbahak-bahak.

Ia terdiam. Dan memasang wajah kesal seolah tidak menerima kekalahan. Kalau dihitung aku menang tipis 3:2 darinya.

Ding dong ding dong

Jam istirahat telah usai. Semua murid kembali ke kelas masing-masing. Begitu juga teman-teman sekelasku yang mulai membaur kecuali aku dan Alfred. Aku juga sebenarnya ingin. Tapi tidak semudah itu Ferguso. Aku butuh adaptasi dan tidak bisa langsung sok kenal begitu saja. Kecuali masalahnya beda dengan si raksasa sebelahku ini.

****

"Anak-anak sekian pelajaran Seni untuk hari ini. Jangan lupa kerjakan tugas yang Ibu berikan. Oh ya, jam 5-6 nanti kalian les apa?"

"Les Geografi Bu. Tapi Ibu Celine tidak masuk." Jawab anak yang duduk paling depan.

"Oh.. benar sekali. Kalian tidak boleh membuat gaduh ya adik-adik." Sambil membereskan buku-bukunya lalu pergi keluar kelas.

"Terimakasih Bu."

Fyuuuhhh.. Akhirnya selesai juga pelajaran Seni. Rupanya Tuhan mentakdirkan aku untuk segera mengerjakannya di jam pelajaran Geografi. Supaya penyakit menundaku dapat terobati.

Aku membutuhkan waktu 30 menit untuk mengerjakan tugas yang diberikan Ibu Bea. Sangat mudah. Karena semua jawabannya ada di buku. Aku tinggal mencatatnya saja.

Aku menyadari Alfred sedang tidur. Tas dan barang-barangnya sudah rapih. Padahal baru 30 menit berlalu. Sekitar satu jam 15 menit lagi bel pulang akan berbunyi. Gesit juga ya orang ini. Giliran tadi saat berangkat banyak melamun. Pasti ia dihukum Ketos caper itu sehingga ia terlambat masuk kelas. Memang benar kata orang, berangkat sekolah  tanpa persiapan, pulang sekolah penuh penantian. Ckckckckckck

***

Mohon maaf kalau ada typo. Maklum, sy cuman manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan :D

PERCAYA ITU PENJARANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ