Day After

30 7 0
                                    

Semua tamu undangan datang ke ruang makan. Di sana telah tertata rapih segala jenis makanan dan hidangan penutup. Semua orang baris mengantri untuk menunggu giliran.

Aku sempat berpikir. Apakah lebih baik aku mengambil makanan duluan dari pada menunggu Laura dan teman-teman yang sedang asik mengobrol di luar.

Melihat para tamu yang hadir cukup banyak, aku mempertimbangkan kemungkinan bahwa makanan ini tidak akan tersisa banyak.  Hal itu membuatku khawatir tidak akan kebagian makannya. Jadi, aku memutuskan untuk antri sekarang saja. Tiba-tiba Ayah dan Ibu datang dan langsung berdiri di belakangku.

"Eh, Gea kau di sini ternyata. Ibu kira kau sedang bersama Laura di luar."

"Tidak Bu. Soalnya aku lapar. Heheheheh." Jawabku sambil memegang perut.

"Suuttsss... Gea, kalau jujur lihat situasi dong." Kata Ayah sambil menyikutku.

Aku tersenyum canggung menyadari orang yang di depanku menoleh sambil tertawa kecil karena mendengar ucapanku tadi.

Setelah mengantri selama lima menit, akhirnya kami bertiga bisa mengambil makanan lalu duduk di tempat yang telah disediakan. 

"Selamat makan..."

"Selamat makan, sayang..." Jawab Ibu dan Ayah.

Akhirnya, rasa laparku tak lagi terasa. Aku memandang sekeliling ruang makan. Laura, Ella, Nindi, Yana dan Lili sedang mengambil makanan.  Mereka tidak punya pilihan lain selain mengambil makanan yang tersisa sedikit di meja hidangan. Yap. Mereka adalah tamu terakhir yang mengambil makanan. Beruntung aku tidak menunggu mereka. Wajah Laura kelihatan pasrah tak berdaya. Hahahahahah.

Tak sengaja aku menoleh keluar mendapati Frater Nathan dan Pater Hedi bersama umat lainnya hendak foto bersama. 

Tiba-tiba Frater Nathan menoleh ke arahku. Dan mata kami bertemu. Shit

"Oiii, Gea!! Sini!" Teriak Frater Nathan sambil bergeser dan menyediakan tempat di sampingnya.

Aku sedikit ragu-ragu dan juga malu untuk menghampiri mereka. Tapi, aku melihat wajah Pater Hedi yang tersenyum dan mengangguk padaku.

"Cepat foto sana." Kata Ayah sambil tersenyum.

Aku pun berani melangkah dan berdiri tepat di samping Frater Nathan.

"Siap ya... Satu, dua, tigaa."

"Ehh tunggu!"

Yana menerobos berdiri di antara aku dan Frater Nathan. Melepas makanannya yang ia letakkan di kursi.

Cekrik

"Yah... Hasilnya buram. Maaf, coba sekali lagi."

Cekrik

"Nah, ini baru bagus."

Fotografer itu menunjukkan hasil foto pada kami. Kameranya ajaib. Aku kelihatan sangat cantik. Hehehehehe.

"Emm, Gea kau sudah makan?"

"Baru saja selesai."

"Ohh, baguslah."

Aku hanya mengangguk. Situasi berubah menjadi hening dan sangat canggung. Entahlah situasi ini membuatku ingin pergi, tapi kaki ini tetap diam seolah ingin bertahan.

"Oh iya. Kau tinggal di mana?"

"Kita satu kompleks kok, Frater." Jawabku seadanya.

Sebenarnya aku sedang menjaga jarak dengan para Frater di sini. Tepatnya mengontrol diri supaya tidak terlalu dekat dengan mereka.

"Ohh, begitu. Berarti kenal Rafli dong."

"Iya kenal. Dia anak Pak RT kan?"

"Betul sekali."

Canggungnyaaa... Aku tidak tahan. Siapapun tolong aku. Aku ingin keluar dari situasi ini.

"Gea! Sini!"

Aku menoleh pada suara malaikat yang menjadi penyelamatku. Ternyata suara Ibu. Aku menarik nafas lega. Terimakasih ya Tuhan, Ibu memang terbaik.

Sekarang, aku punya alasan untuk menghindar.

"Frater, maaf saya harus pulang sekarang. Saya permisi..."

"Eh, tunggu. Emm... Maksudku, lain kali kita boleh berbincang lagi kan?"

Aku hanya sekedar mengangguk tanpa mengetahui bahwa anggukan itulah yang mengawali cerita yang tidak biasa ini.

***

ZzzzZzzZ

"Woi!! Dasar Koala raksasa!! Lima menit lagi Pak Ponsi masuk. Bisa habis kau kalau kedapatan tidur begini!" Teriak Alfred yang darah tinggi menatap anak malas sedang tidur di sampingnya.

"Apaan sih! Dasar Bawel!! Lima menit kan masih lama. Lebih baik kau diam atau ikut tidur saja." Aku kembali menutup mata dan mencoba memasuki mimpi indah yang sempat aku tinggalkan.

Hoaaammmmm

Aku meregangkan sendi-sendi yang kaku setelah istirahat dari kesibukan yang merenggut waktu tidur nyamanku.

Tapi, jantungku mulai berdegup kencang saat menyadari bahwa tidak ada seorang pun di kelas selain aku.

"Mati aku!" Sambil menepuk jidat.

Jam dinding menunjukkan pukul 09:15. Berarti sekarang adalah les  olahraga. Dengan cepat aku menuju ruang ganti dan berlari menuju lapangan. Di sana aku menemukan teman-teman kelasku sedang berdiri membentuk lingkaran untuk melakukan pemanasan. Di tengahnya berdiri Pak Sam, guru olahraga kelas X SMK FX.

Pak Sam melihatku dari kejauhan dan  langsung berteriak.

"Lavender!! Cepat kemari!!"

Semua teman-teman sontak menatapku karena teriakan Pak Sam.
Aku berlari semakin cepat mendekati mereka dan sampai dengan nafas ngos-ngosan.

"Cepat push up 10 kali!!"

Aku hanya bisa menelan air ludah dan pasrah pada keadaan. Karena memang aku yang salah. Kalau dipikir-pikir, sekalian melatih kekuatan otot lenganku yang lemah ini.

"Lavender! Kenapa kau selalu terlambat setiap kali jam olahraga? Kau sengaja atau punya dendam sama saya?"

Aku hanya menggelengkan kepala. Karena sedang push up, aku tidak kuat untuk bicara. Pak Sam hari ini lebih banyak menginterogasi dibanding pertemuan-pertemuan sebelumnya. Ku pikir, itu adlah hal yang wajar. Karena aku memang selalu terlambat saat les olahraga karena ketiduran. 

Akhirnya push up selesai. Pak Sam pun mengizinkan aku untuk berdiri bersama teman-teman lain.

Alfred melambai dan menggeserkan tubuhnya supaya aku bisa berdiri di  di sampingnya.

Perlakuan Alfred mirip Frater Nathan saat ia mengajakku foto bersama. Husshhh! Kenapa aku jadi memikirkan dia sih. Aneh.

"Karena semuanya sudah lengkap, sekarang kita mulai pemanasan. Setelah itu kita mempraktekkan materi hari ini."

"Baik pak."

Pemanasan telah selesai. Sebelum memulai pemanasan, Pak Sam akan memeragakan teknik Chest pass dalam permainan Bola Basket. Teknik itu dilakukan secara berpasangan.

"Sekarang, saya minta kalian untuk baris menurut sesuai nomor absen. Pasangan pertama, Zaskia Kulastri Risch dan Zayn Klambir maju ke depan."

Sudah kuduga. Aku berpasangan dengan Singa alias Sinta. Karena aku nomor absen 15 sedangkan dia nomor  absen 16. Entah kenapa, firasatku tidak enak.

>>>>>

Enjooyyuuu

PERCAYA ITU PENJARAKde žijí příběhy. Začni objevovat