Di Rawat

188 51 0
                                    

Baretha sekarang duduk di atas tempat tidurnya dengan tatapan mata yang kosong. Bara yang berada di samping Baretha sedang mengelap tangan Baretha dengan handuk bersih.

"Kamu butuh sesuatu?" Tanya Bara.

"Nggak." Jawab Baretha singkat tanpa menatap wajah Bara.

Bara pun hanya bisa menghela nafas berat saat mendapatkan respon dingin dari Baretha. Tapi Bara tau bahwa sekarang keadaan Baretha tidak stabil.

"Baiklah. Kamu istirahat dulu, aku mau nelpon Aslan." Baretha mencium kening Baretha dan kemudian Bara pun keluar dari ruangan Baretha.

Bara berjalan keluar dari rumah sakit menuju taman belakang. Bara mencoba menelpon Aslan, tapi tiba-tiba Bara mengurungkan niatnya itu saat melihat Leo berbicara dengan Marcel.

Bara pun bersembunyi di balik pohon untuk mendengar pembicaraan Leo dengan Marcel. Bara merasa curiga dengan situasi yang sangat serius antara Leo dan Marcel.

"Marcel, kedua orangtua ku memutuskan menggunakan pengobatan yang kamu sarankan. Tapi Aku masih belum bisa menerima ini." Ucap Leo.

"Leo, cobalah mengerti. Ini semua untuk kebaikan Baretha, hanya satu tahun saja Baretha di rumah sakit jiwa." Sontak mata Bara membulat saat mendengar ucapan Marcel.

Bara tidak menduga bahwa Marcel akan mengatakan Baretha harus di rawat di rumah sakit jiwa. Bara sungguh tidak terima dengan semua itu.

"Apa maksud lo bangsat?!" Bara keluar dari persembunyiannya dan langsung menarik tubuh Marcel dengan satu tangan.

"Bara tenanglah." Leo mencoba menenangkan Bara, tapi tidak berhasil karena Bara sudah tersulut oleh emosi.

"Gue nggak bisa tenang kalau berhubungan dengan Baretha, apa maksud dia bilang kalau Baretha harus di rawat di rumah sakit jiwa?!" Bara sangat marah hingga urat tangannya menimbul.

"Aku tau ini bukan berita yang baik untuk keadaan Baretha. Tapi dengan cara perawatan ini, kesehatan mental Baretha akan lebih terawasi."

"Cewek gue nggak gila, untuk apa dia di rawat di sana?! Gue nggak akan izinin Baretha di rawat di sana!"

"Pikirlah bai-"

"Kalau gue bilang nggak, ya NGGAK BANGSAT!" Bara mendorong tubuh Marcel dengan keras hingga Marcel hampir terjatuh.

Tidak lama kemudian seorang perawat berlari dengan terengah-engah ke arah mereka bertiga. Terlihat dari wajah perawat itu pucat dan panik.

"Dokter Marcel! Nona muda Baretha melukai tangannya sendiri!" Ucap perawat itu.

Sontak mereka bertiga pun terkejut dan Bara langsung berlari dengan cepat menuju ruangan Baretha dan di ikuti Marcel dan Leo di belakangnya.

Bara masuk ke dalam ruangan Baretha dan alangkah terkejutnya saat Bara melihat Baretha melukai tangannya dengan pecahan pas bunga.

Wajah Baretha yang datar seperti mengatakan bahwa Baretha tidak merasakan rasa sakit, padahal darah keluar begitu banyak dari pergelangan tangan Baretha.

"Baretha!" Teriak Bara dan melepaskan hoodiennya untuk menghentikan pendarahan di tangan Baretha.

Bara segera mengangkat tubuh Baretha yang berada di lantai ke atas tempat tidur. Leo dan Marcel hanya diam yang terkejut dengan apa yang mereka saksikan sekarang.

"Baretha, kenapa kamu melakukan hal ini?! Kenapa kamu menyakiti diri kamu sendiri Baretha?" Bara mengobati luka sayat Baretha dengan cepat.

Leo dan Marcel pun keluar dari ruangan dan membiarkan Bara bersama Baretha, mereka tau bahwa hanya Bara yang bisa menenangkan Baretha sekarang.

BAR-BAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang