LOST| 10 sudah cukup tuhan

211 40 0
                                    

***

"Tolong... Perih banget ini"

Mereka semakin kalut ketika Bagas terus merintih kesakitan.
Apa yang harus mereka lakukan sekarang ini?

"Kalian harus balik, dan bawa gue sama yang lain pulang, jangan lupa buat anterin kita ke rumah terakhir kita" kata Bagas dengan raut memohon, pemuda itu sudah melihat tanda-tanda akhir hidupnya. Terlalu cepat, tapi itu pasti datang

Tangan Dava bahkan sudah gemetar ketika mengipasi kaki Bagas saking khawatir nya. Tangan nya yang di remas Bagas sebagai pelampiasan atas rasa sakit nya tidak terasa sama sekali, rasa khawatir mendominasi dirinya.

Haris masih sedikit lemas akibat kerasukan tadi, kini ia hanya menatap sendu kearah Bagas. Ingin mengurangi rasa sakit nya tapi tidak tau harus berbuat apa.

Bagas merasa kaki nya seperti di bakar api yang merah menyala, rasa panas dan perih menjadi satu seakan bersemangat untuk menggrogoti daging hingga tak bersisa.
Bahkan angin dari kipasan Dava, Wisnu dan Ridho tidak terasa sama sekali di kaki nya.

Dan dengan tiba-tiba, sosok kakek yang sempat ia lihat mengikuti mereka tadi pagi datang dan berdiri tepat di hadapannya. Tatapan sosok tua itu tajam, tubuhnya tampak lusuh serta renta, terlihat begitu menakutkan.

"Kowe kudu melu aku"

Bagas menggeleng keras "saya gak mau!" Bagas berteriak keras, namun tidak ada yang mendengar itu selain sosok di depannya "Dav, tolong! Gue mau di bawa sama dia!" Bahkan Dava tidak bereaksi apapun saat Bagas berteriak begitu pun dengan yang lain

"Aku bisa nggawe wong-wong mau mati saiki lan ndadekake wong-wong mau dadi pengikutku ing salawas-lawase."

(Aku bisa membuat mereka semua mati sekarang dan menjadikan mereka pengikut ku selamanya)

"Aku ora menehi utawa menehi pilihan, aku mung njupuk apa sing dakkarepake. Yen sampeyan nolak aku bisa njupuk kabeh"

(Aku tidak memberi tawaran atau pilihan padamu, aku hanya mengambil apa yang aku mau. Kalau kamu menolak aku bisa mengambil mereka semua sebagai gantinya)

"Kenapa harus saya?!" Bagas frustasi, takut dan bingung menjadi satu kenapa harus dirinya yang di minta? Kenapa harus dirinya yang menghadapi situasi ini?

"Amarga sampeyan ora duwe pengawal sing kudu aku adhepi"

(Karna kamu tidak memiliki penjaga yang harus aku hadapi)

Tidak masuk akal, Bagas menolak jawaban itu dengan logikanya. Tidak mungkin hanya itu alasannya, ia yakin ada alasan lain yang membuat sosok itu menginginkan dirinya.

Bagas ingin membantah lagi, namun dirinya terlanjur merasakan dadanya sakit bukan main saat tangan sosok itu dengan mudah ingin melubangi dadanya dengan tangan kosong.

Sosok itu tersenyum saat Bagas meronta kesakitan dalam pandangannya, tidak ada yang menyadari apa yang Bagas rasakan saat ini, termasuk Yuda dan Wisnu.

Kuku yang hitam dan rusak itu mulai berhasil menciptakan luka di bagian dada Bagas, sosok itu terus mendorong tangannya agar darah pemuda itu dapat menikmati rada sakitnya sendiri. Tak lama, dada Bagas telah berhasil ia lubangi dengan tangannya sendiri, tak ada belas kasihan pada pemuda yang telah pasrah akan nasibnya itu, ia tarik tangannya yang telah berlumur darah dan di basuhkan pada wajah Bagas.

Pemuda yang berada di ambang kematian itu hanya mampu merintih menikmati segala rasa sakit yang tiba-tiba menjalar tubuh nya. Amis darah nya sendiri ia nikmati dengan pilu, ia tau akan segera berakhir disini.

LOST  In The Mountain  (TERBIT)Where stories live. Discover now