28] Untuk yang terakhir

160 16 0
                                    

Tubuh nya mulai lemas dengan tetesan darah yang mulai menghiasi wajah apiknya. Telinganya terasa berdengung kala ia kembali membebturkan kepala pada sebuah cermin di depannya. Air matanya ikut menetes bersamaan dengan darah yang kembali muncul dari luka yang baru saja terbentuk, hatinya terasa begitu sesak, kala ia ingin berhenti melakukan hal bodoh ini namun tubuh dan fikirannya menolak keras.

Rasa perih di sertai pening yang luar biasa tiada henti menyerang sejak ia memulai kegiatan nya ini.

Brak

Kali ini denga lebih keras, ia benturkan kepalanya pada cermin yang sudah hancur berantakan. Senyum miris terbit bersamaan dengan limbungnya tubuh pemuda itu, rasa anyir darah terasa di dalam mulutnya. Wajahnya yang basah akan darah ia usap dengan kasar, seolah hal itu tidak menimbulkan rasa sakit sama sekali

"ck, haha" decakan yang di susul tawa garing itu mengalun bersama dengan teriakan dua orang yang saling bersahutan sejak tadi di luar kamar

"sialan lo! Rizky! Buka! "

"Ky, jangan bikin mama takut, nak! "

Dengan nafas yang tersengal Rizky perlahan berdiri, dengungan seketika memenuhi telinganya hingga membuat kepalanya pusing. Namun, hal itu tidak membuat tungkai nya kembali jatuh. Dengan tegap pemuda itu berjalan ke arah sebuah meja dan mengambil sebelas gelang yang tergeletak disana

"gelangnya bakal genap dua belas sama punya gue nanti." ia tersenyum senang kala memperhatikan sebelas gelang hitam dengan satu manik berbentuk huruf inisial nama di genggaman nya
"terus nanti... Tio yang nyimpen ini, karna dia yang beli, jadi dia yang harus nyimpen"

Brak! Brak!

Rizky menatap pintu yang terus di hantam oleh tubuh seseorang di luar sana. Ada getar tak rela di dalam hatinya, ia bimbang.

Namun, semua harus berakhir. Dengan tangan yang bergetar, ia mengambil serpihan kaca yang di rasa paling tajam berniat untuk menyayat bagian tubuh yang bisa membuat nya cepat mati

"Rizky! Gue bersumpah bakal bakar semua gelang itu kalau lo nekat sekarang! Buka anjing bukaaaa!"

Tio mengerang frustasi, tubuhnya tak henti menabrak pintu coklat di depannya dengan keras berharap benda itu segera menyingkir dari hadapan nya saa ini juga.

"keparat! Kenapa pintunya susah di buka sih, bangsat!" kata-kata kasar itu terus mengalun dengan keras kala hatinya begitu dongkol karna pintu di depannya tak kunjung terbuka

"Nak... Buka pintunya, sayang. Mama gak mau kehilangan kamu"

Wajah Tio memerah karna menahan tangis dan emosi yang bercampur menjadi satu, tubuhnya lagi-lagi di paksa menabrak pintu kokoh di depannya agar terbuka

Brak

Kali ini berhasil, pintu itu terbuka dengan keras, tendangab Tio berhasil merusak pintu kamar Rizky. Sang empu yang punya kamar menatap datar dua orang yang berlari tergopoh-gopoh kearahnya, membiarkan darah mengalir dari leher dan pergelangan tangannya. Pemuda itu benar-benar berniat mengakhiri hidupnya dengan menyayat bagian leher dan lengan yang terdapat urat nadi

Dengan telinga yang berdengung hebat, Rizky merasa tubuhnya begitu ringan, suara dari sang ibu dan Tio terdengar samar-samar bercampur dengan dengungan yang memekakkan telinganya

Detik ketika Tio menggendong tubuhnya, seketika Rizky sadar bahwa hidupnya akan berakhir di tangannya sendiri. Ada sedikit rasa penyesalan di hatinya, namun semua telah terjadi, sedikit penyesalan tidak akan mengubah keadaan

"Lo bodoh, manusia paling bodoh!"
Tio tak dapat menahan segala umpatan yang ingin keluar dari mulutnya, kaki nya terus di bawa berpacu dengan cepat berharap orang yang saat ini di gendong nya dapat kembali melihat dunia esok hari.

Ibu Rizky tak dapat berbuat apapun selain mengikuti langkah Tio yang membawa putranya, tangisnya sudah tak dapat di tahan, tubuhnya yang lemas di paksa untuk tetap kuat ketika melihat anak semata wayangnya berada di ambang kematian. Hati nya sakit, wanita itu merasa gagal menjadi rumah bagi anaknya sendiri.

"Tante tenang, manusia tolol ini pasti bakal selamat" Ucap Tio saat tubuh Rizky di masukkan kedalam mobil nya, tidak ada kata takut untuk menghujat anak dari lawan bicaranya saat ini

Mobil hitam itu di bawa melaju dengan kencang, membunyikan klakson dengan keras mengundang perhatian pengguna jalan. Tio membuka kaca mobil sembari terus berteriak memohon untuk di beri jalan di tengah padatnya kota siang itu

"MOHON BERI JALAN! TEMAN SAYA SEKARAT!"

"BERI KAMI JALAN! TEMAN SAYA SEKARAT!"

"TOLONG BERI JALAN!"

teriakan itu di iringi klakson mobil yang bersahutan.

Hal itu mengundang simpati masyarakat pengguna jalan, sontak yang berhati mulia membantu membuka jalan dengan harapan manusia sekarat yang berada di dalam mobil hitam itu bisa selamat.

Ketika tempat tujuan sudah di depan mata, Tio berhenti tepat di depan pintu masuk rumah sakit, tidak memperdulikan dampak perbuatan nya. Ia segera turun dan kembali menggendong Rizky di pundaknya. Berteriak kesetanan menyuruh perawat datang dan memberi pertolongan pada temannya

"tenang, mas. Temannya akan segera kami tangani" bujuk seorang suster saat Tio masih tampak kesetanan bahkan ketika brankar Rizky di bawa menuju UGD

Wanita paruh baya itu masih terus menangis, tubuhnya benar-benar luruh ke lantai, tangannya terdapat noda darah milik anaknya sendiri,
Dadanya ia tepuk-tepuk untuk menghilangkan sesak yang begitu menyiksa, bahkan untuk menarik Tio kedalam pelukannya pun ia tak sanggup.

Tio yang jalannya sudah terseok, ikut meluruhkan tubuh, menggapai wanita paruh baya yang sedang menangis hebat di depannya, ibu Rizky tak kalah hancur darinya, bahkan lebih hancur, namun mengapa ia yang terlihat begitu meratap sekarang.

"Maafin Tio, tante" pemuda itu terisak, mengeratkan pelukannya saat di rasa ibu Rizky mulai kembali histeris "Maaf tante"

"Harusnya Tio bisa jaga Rizky, maaf tante, maaf"

****

Ini blm tamat gaes, emg sempet berhenti karna aku lupa alur. Tpi aku usahakan ini benar-benar Tamat 2 atau 3 part lgi

Jgn lupa vote dan komen juseyooooo

LOST  In The Mountain  (TERBIT)Where stories live. Discover now