BS 3 - Pertemuan

4.3K 287 8
                                    

MENGANDUNG KATA KATA KASAR!!!

Happy reading ^^


Jeon Somi nangis aja kelihatan cantik :') 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jeon Somi nangis aja kelihatan cantik :') 


Aeryn masih terlarut dalam tangisan penuh kesedihan saat pintu kamar itu terbuka, terlihat seorang pria berkemeja hitam dengan sorot mata tajam yang dingin seakan menusuk berjalan pelan menghampirinya. Meski pandangannya cukup menyeramkan, namun paras lelaki itu sangat tampan, dengan alis tebal, hidung mancung, dan rahangnya yang tegas. Tetapi yang paling menonjol dari pria tersebut adalah auranya yang menguar sangat dominan.

Pria itu telah berdiri menjulang di hadapan Aeryn yang terduduk di lantai kamar.

"Aeryn Lister, benar?" suaranya yang dalam, membuat Aeryn sedikit terperanjat, tetapi gadis itu tetap masa bodoh mengacuhkan pria di hadapannya itu.

Tiba – tiba pria itu berjongkok tepat di depan Aeryn yang masih menangis sembari menunduk. Tangan besarnya menarik dagu Aeryn memaksa untuk saling bertatapan. Mata Aeryn yang sedikit memburam terhalang air mata, masih dapat menangkap raut dingin pria di hadapannya yang dengan kuat mencengkeram rahangnya. Mata mereka yang kemudian bertemu saling mengunci untuk beberapa saat hingga pria itu mendekatkan wajahnya ke sisi wajah Aeryn.

"Selamat datang di neraka, Perle" bisik pria itu dengan suara sedalam lautan yang seketika membuat bulu kuduk Aeryn meremang, jangan lupakan kecupan ringan yang dibubuhkan pada telinga kiri Aeryn justru membuat gadis itu seketika menjadi marah.

"Kau siapa brengsek" Aeryn menepis kasar tangan pria yang mencengkeram dagunya itu, kemudian mendorong kuat sang pria walau sebenarnya dorongan yang diberikan Aeryn tidak berarti apa – apa. Nyatanya pria itu masih tetap pada posisinya yang justru membuat Aeryn semakin beringsut mundur ke arah ranjang di belakangnya.

"Tidak seharusnya kau berkata kasar padaku Lister, seharusnya kau meminta ampun untuk hidupmu" memberikan senyuman remeh yang membuat Aeryn semakin marah. Pria asing ini berlaku semena – mena, walau auranya sangat dominan bukan berarti Aeryn akan patuh dan takut. Karena selama hidupnya tidak ada yang berani menantangnya seperti yang pria itu lakukan.

"Aku tidak tahu kau siapa, dan aku tidak punya urusan apapun denganmu" Aeryn berteriak dengan tegas sambil menatap pria itu dengan berani. Dia telah melupakan sedikit kesedihannya, karena sekarang rasa marahlah yang lebih menguasai hatinya.

Aeryn memang tipikal orang yang tidak suka diusik, karena selama 23 tahun ini dia selalu hidup dalam pengawasan yang aman. Orang tuanya menjaganya dengan sangat protektif, sehingga bertemu orang asing yang tidak jelas seperti pria dihadapannya itu hanya membuat dirinya merasa terganggu.

"Aku yakin kau sudah mendengar kabar dari orang tuamu..." pria itu menjeda sebentar perkataannya hanya untuk sekedar mengetahui ekspresi yang Aeryn berikan sebagai respon.

Aeryn yang mendengar kata orang tuanya keluar dari mulut pria asing ini, membuat matanya sedikit melebar dan semakin menatap pria di hadapannya dengan tidak suka.

"Mungkinkah pria ini berhubungan dengan kematian orang tuanya?" batin Aeryn

Benar saja kalimat setelahnya yang pria ini lontarkan membuat Aeryn semakin di dera pening dan amarah.

"Orang tuamu mati terbakar bersama pesuruhnya yang bodoh, dan mereka semua pantas mendapatkannya" Pria itu berkata dengan nada yang terlewat santai, berkata seolah olah nyawa orang tua Aeryn tidak ada harganya.

"Bajingan kau brengsek" Aeryn menangis keras sembari berteriak marah, dia mencengkeram kerah kemeja yang pria di hadapanya kenakan. Cengkeramannya begitu kuat hingga mungkin membuat buku jarinya memutih.

"Kau apakan keluargaku?" Aeryn berteriak semakin marah dengan suaranya yang nyaring memenuhi seluruh ruangan, tetapi pria itu hanya tersenyum miring.

"Kau sudah mendengarnya, Perle. Jangan buat aku mengulanginya" tangan besar milik sang pria melepaskan cengkraman tangan Aeryn di kerahnya yang sudah terlihat kusut.

"Kau iblis tidak berhati" kini Aeryn mencoba memukuli dada pria itu meluapkan semua kemarahan dan rasa sakitnya, dia menangis semakin keras memikirkan bagaimana orang ini dengan mudah mengatakan bahwa keluarganya pantas untuk dibakar.

"Namaku Leonel, tetapi kau boleh menyebutku iblis tanpa hati aku tidak keberatan sama sekali" Leonel berkata dengan datar, dan tanpa bersusah payah menghentikan pukulan tangan Aeryn di dadanya yang tidak terasa sakit sama sekali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Namaku Leonel, tetapi kau boleh menyebutku iblis tanpa hati aku tidak keberatan sama sekali" Leonel berkata dengan datar, dan tanpa bersusah payah menghentikan pukulan tangan Aeryn di dadanya yang tidak terasa sakit sama sekali.

Badan Aeryn semakin melemah di atas lantai, tangisnya semakin terdengar pilu. "Hiks... Ibu... Hiks... Ayah... i-ini sakit sekali..." tangan Aeryn meremas dadanya yang terasa teriris membuatnya seperti hampir mati.

Leonel masih berdiam dan menunggu Aeryn yang kembali terlarut dalam kesedihan. Tidak lama setelah itu Leonel bangun dari posisi jongkoknya dan kembali berdiri di hadapan Aeryn. Leonel menghabiskan beberapa waktunya untuk menatap Aeryn yang masih menangis penuh kesakitan, sebelum dia membalikkan tubuh berniat pergi meninggalkan Aeryn. Tetapi sebuah suara menghentikan langkahnya.

"B- bunuh aku... hiks... kumohon bunuh aku sekarang" Aeryn mencengkeram kuat celana bahan berwarna hitam yang dikenakan Leonel.

Leonel sedikit menunduk untuk melihat ke arah Aeryn yang mentapnya dengan tatapan memohon di bawahnya. Mata gadis itu telah memerah dengan sedikit telihat bengkak, dengan hidung mancungnya yang ikut memerah, dan pipinya yang basah karena tangis, justru membuat sudut bibir Leonel terangkat membentuk seringaian jahat.

"Bunuh aku... tidak ada gunanya lagi aku hidup di dunia ini... hiks... bunuhlah aku seperti kau membunuh keluargaku" Aeryn mengatakan permintaannya dengan putus asa, hidupnya telah hancur kenapa tidak sekalian saja dia pergi menyusul orang tuanya.

Aeryn menutup kedua matanya, dia sedang mempersiapkan diri bila Leonel akan memenuhi permintaannya. Aeryn memang masih ingin hidup dan mencoba banyak hal, tetapi saat ini rasanya mati akan jauh terasa lebih baik.

"Tidak ada yang bisa pergi tanpa izinku, dan aku tidak mengizinkanmu pergi. Jadi nikmati saja nerakamu"

Mata Aeryn terbuka lebar mendengar kalimat yang diucapkan Leonel kepadanya. Aeryn dapat melihat Leonel telah kembali melangkah dan membuat cengkeramannya terlepas begitu saja.

Leonel menutup pintu yang baru saja dibukanya dengan cukup keras, walau tidak perlu menengok dua kali tetapi dapat dia ketahui bahwa Aeryn kembali menangis dengan mengenaskan di atas lantai kamar tamunya. 

TBC..


Part 3 nya dikit banget soalnya seharusnya ini masuk part 2 cuma ketinggalan :")

Makasih banyak banyak buat yang udah mau baca, makasih juga vote dan commentnya <3

BLACK SAPPHIRE [COMPLETE]Where stories live. Discover now