J' - 00

930 75 4
                                    

Jika kalian mengira bahwa remaja lelaki ini adalah anak yang baik, itu benar. Tapi jika kalian mengira bahwa remaja lelaki ini adalah anak yang jujur, kalian salah.

Seperti pagi subuh buta sekarang. Lelaki yang memiliki tubuh mungil, namun dengan tinggi badan seratus tujuh puluh lima itu baru terbangun dari tidurnya. Padahal, semalam- ralat, ia tidur pukul dua pagi. Pukul lima pagi ia sudah bangun untuk menyiapkan makanan dan membenah diri lantaran ada jadwal belajar di sekolahnya.

Yap, lelaki itu masih sekolah lebih tepatnya kelas tiga tingkat akhir. Yang artinya, sebentar lagi ia akan memasuki perguruan tinggi untuk melanjutkan pendidikannya, itupun kalau kedua kakaknya niat dan ikhlas membiayainya.

Lelaki ini terlihat seperti baik-baik saja dengan wajahnya yang penuh memar, dan tubuhnya yang penuh luka. Yakin baik – baik saja?

Ia langsung beranjak ke lantai bawah untuk membuat sesuatu. Yang jelas, untuk sarapan pagi ini. Sarapan untuk dirinya dan kedua kakaknya.

Lelaki mungil dengan jari jemari nya yang tak kalah lucu itu mengambil sebungkus roti tawar di laci dapur lantaran roti yang di meja makan sudah habis. Cepat-cepat ia bawa ke meja makan untuk menyiapkan sarapannya. Tiga buah roti dengan selai yang berbeda. Ada kacang, cokelat, dan strawberry. Tak lupa ia juga menyiapkan tiga gelas susu putih di meja makan itu.

Setelah menyiapkan sarapan, ia bergegas pergi ke kamarnya lagi yang ada di lantai dua. Ia Kembali ke kamar untuk membenahkan diri. Dari mulai mandi, memakai seragam sekolah, merapihkan rambutnya. Dan sekarang, dirinya sudah rapih. Percayalah kedua kakaknya pasti sudah siap diruang makan.

"Hyung..."

"Tidak."

Baru saja ia ingin merengek, tapi sudah ditolak mentah-mentah oleh kakaknya.

"Hoseok kau antarlah." Ucap pria berkulit pucat itu.

"Aish, kampusku jauh, hyung. Tidak cukup waktunya kalau harus mengantar dia dulu." Tolaknya.

"Aku lebih jauh dan aku kerja."

"Hyung, sekali saja. Aku mohon. Lagipula aku tidak pernah meminta kalian untuk mengantar jemput, kan? Hari ini saja karena Seokjin tidak bisa menjemputku." Ujarnya dengan penuh permohonan. Berharap sang kakak akan menuruti nya.

"Lagian tumben sekali sahabatmu itu tidak bisa menjemput? Katanya, sahabat? S a h a b a t." Sindir dari salah satu kakaknya itu.

"Kan hyung tahu kalau kakaknya Seokjin itu bukan artis biasa. Jadi, kalau ada acara ya Seokjin harus ikut juga." Jelasnya.

"Hyung yang akan antar, tapi ada syarat."

"Jinjja!? Yoongi hyung yang akan mengantarku!? Aku mimpi apa semalam!?" Responnya dengan sangat Bahagia lantaran kakak tertua nya itu yang akan mengantarnya.

"Hyung yang mimpi buruk sehingga harus mengantarmu pagi ini." Jawabnya dengan ketus.

"Apa syaratnya, hyung?"

"Nilai mu tidak boleh turun semester sekarang."

"Ah, lagipula nilaiku selalu bagus! Mana mungkin bisa turun!? Aku ini selalu juara kelas, hyung! Hyung saja yang tidak pernah menyadari itu!" Lelaki itu sewot, tidak menerima kalau sang kakak berbicara seperti itu.

"Ya Park Jimin! Kau hanya harus menuruti kata-kataku, bukan membantahnya!"

Lelaki yang disebut Park Jimin itu mendelik tajam saat mendapat bentakan dari sang kakak seakan tidak terima.

🌼 ---- L i e ---- 🌼

"Pulang sendiri, tidak harus menghubungiku!"

J' - LieWhere stories live. Discover now