J' - 13

377 50 5
                                    

Sambil mengunyah permen, Taehyung tetap tersenyum dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari wartawan yang terus bertanya tentang kematian orang tua nya.

"Bagaimana dengan Jimin? Bukankah dia sahabat adikmu?"

"Benarkah yang melakukan itu keluarga Park?"

"Lalu tuntutan apa yang akan kau lakukan?"

"Tolong jangan bawa nama Jimin karena dia tidak tahu apa-apa. Bahkan Kedua kakaknya pun jangan, aku tahu anak-anak tidak ada urusannya dengan orang tua." Jelas Taehyung.

"Namanya kehidupan, ada hidup ada mati. Mungkin orang tua ku di takdir kan mati dengan keadaan kecelakaan. Tuhan yang sudah menentukan." Ujar Taehyung lagi.

"Bagaimana dengan Seokjin? Apa dia ada masalah dengan keluarga Park?"

"Sudah ku bilang adikku baik-baik saja dengan keluarga Park. Urusan orang tua tidak ada urusannya dengan anak-anak."

"Lebih bijak saja, yeorobun. Aku baik-baik saja. Aku harap kalian semua juga baik-baik saja." Sambungnya.

Sudah seperti makanan sehari-hari, Taehyung begitu santai dan tenang saat menghadapi wartawan yang begitu banyak dan mengikutinya kemana ia pergi.

Taehyung berlari kearah mobilnya yang sudah menunggunya. Tentu didalam sudah ada sang adik, Seokjin. Banyak agenda yang harus dijalani hari ini oleh Taehyung dan Seokjin.

"Jin-ah, Jimin sudah tahu?" Tanya Taehyung begitu ia duduk di kursi belakang tepat disamping Seokjin.

"Aku rasa sudah, hyung. Hyung, aku takut Jimin memikirkan yang tidak-tidak." Ucap Seokjin yang mengkhawatirkan sahabatnya.

"Ke rumahnya sekarang. Ye Joon-ah, ke rumah Jimin sekarang!" Perintah Taehyung pada supirnya.

"Baik Tuan."

.
.
.

Hoseok, ia memijat pelipisnya lantaran pusing memikirkan banyaknya masalah yang datang ke hidupnya.

"Yoongi kenapa kau malah masuk rumah sakit, sih?!" Geram Hoseok.

Kini dirumahnya hanya ada dirinya dan Jimin. Kakak tertua nya itu sedang terbaring dirumah sakit. Entah sakit apa, hasil pemeriksaan nya belum keluar dan akan keluar malam ini.

Hanya bisa menunggu.

"Hyung... Perutku sakit..." Terdengar suara Jimin yang tiba-tiba muncul didekat Hoseok. Padahal, Jimin dari tadi ada dikamarnya.

"Aku sedang pu-" Hoseok berhenti sebentar.

"Apa yang sakit? Minum obat saja? Atau perlu ke rumah sakit?" Tanya Hoseok dengan lembut.

Jangan bodoh kau Hoseok, adikmu bisa trauma lagi kalau kau membentaknya.

"Minum obat cukup sepertinya.." Jawab Jimin. Ia masih memegangi perut sebelah kanan nya.

Dengan cekatan, Hoseok berlari untuk mengambil obat milik Jimin yang sudah ditempatkan khusus. Sebenarnya, Jimin bisa mengambil obatnya sendiri. Tapi, tahu sendiri si bungsu itu tetap manja pada kakaknya.

Lebih tepatnya, Jimin mengetes kakaknya. Apakah kakaknya akan peduli, atau tidak.

"Hyung..." Panggil Jimin.

"Hmm?" Respon Hoseok yang masih membuka obat Jimin satu persatu.

"Hyung, terima kasih sudah merawat aku seperti adikmu sendiri, ya." Ujar Jimin.

"Maksudnya?"

"Kau merawatku dengan baik, dan menganggapku sebagai adik kandungmu sendiri."

"Jimin-ah apa, sih!?" Hoseok tidak menggubris omongan Jimin, ia malah keluar dari kamar Jimin untuk mengambil air putih.

J' - LieWhere stories live. Discover now