J' - 17

316 47 10
                                    

"Jimin-ah, kau tidak sakit hati saat tahu kenyataan sesungguhnya?" Tanya Taehyung. Yah, sekarang yang sedang menjaga Jimin adalah Taehyung.

Seokjin? Jangan tanyakan adiknya yang malah mengurusi kakaknya Jimin. Lantas siapa lagi yang akan mengurus Yoongi kalau bukan Seokjin?

"Sakit hati untuk apa, hyung? Mau aku adiknya Yoongi hyung, Hoseok hyung atau bukan, mereka tetap kakakku. Tuhan yang mentakdirkan itu. Karena aku tahu rencana Tuhan pasti lebih baik. Aku anggap keluarga asli ku berarti tidak mampu merawatku. Dan mungkin jika keluarga Park tidak mengadopsi aku, aku tidak akan bisa sekolah di sekolah mahal, makan enak, dan sebagainya. Aku malah bersyukur bisa jadi adik angkatnya Yoongi hyung dan Hoseok hyung. Bahkan keluarga ini juga memberiku marga nya tanpa pikir-pikir panjang. Kalau aku tidak diterima dengan tulus di keluarga Park, mungkin nama depanku akan tetap nama marga keluarga asliku." Jelas Jimin dengan panjang kali lebar membuat Taehyung bengong.

"Mau hyung bantu mencari keluarga aslimu?" Tawar Taehyung.

"Emm... Liat nanti saja ya, hyung." Jawab Jimin.

"Kau istirahat, ya? Hyung akan periksa Yoongi hyung dulu."

"Taetae hyung..." Panggil Jimin, membuat Taehyung menghentikan jalannya.

"Wae? Apa Jiminie butuh sesuatu?"

"Terima kasih karena tidak membenci kakak-kakakku, hyung. Kau malah mengurusnya. Padahal, kami sekeluarga sudah jahat sama kalian."

Taehyung duduk kembali disamping ranjang Jimin. Lalu tangan kiri nya menopang dagu nya dan tersenyum manis.

"Udah?" Tanya Taehyung.

"Udah apa, hyung?" Bukan menjawab, Jimin bertanya kembali.

"Selesai ngomong nya? Ada yang mau di omongin lagi, gak?"

"Engga." Jawab Jimin seraya menggelengkan kepalanya.

Cup.

Taehyung mencium kening Jimin lalu mengusap kepala Jimin dengan lembut.

"Istirahat yang baik adik kecil, nanti hyung kembali lagi."

Jimin terdiam, memikirkan betapa sayangnya Taehyung pada dirinya. Tapi satu sisi, ia juga penasaran siapa orang yang telah melahirkannya.

"Tuhan, dimana orang tuaku yang asli? Aku tidak mau tahu, tapi aku penasaran..." Monolog Jimin.

.
.
.
.
.

Hoaamm...

Hoseok datang ke ruangan Jimin saat Jimin sedang tidur, namun Hoseok ikut tertidur juga. Dan sekarang, ia baru bangun dari tidurnya.

"Ini mah aku yang mengawasimu, hyung!" Protes  Jimin pada Hoseok.

"Kau tidur, jadi ya lebih baik aku tidur juga."

"Hyung, kau bawa ponselku?"

"Bawa, nih." Ucap Hoseok seraya memberikan ponsel milik Jimin.

"Hyung kau dari mana saja, sih!? Aish..." Gerutu Jimin sambil menerima ponselnya.

"Ne!? Ramai sekali notif ponselku." Pekik Jimin saat baru saja menyalakan ponselnya.

"Kenapa, Jim?"

"Ah, ini ada berita dari Naver katanya mau ada yang bunuh diri, di rumah sakit- hah!? Di rumah sakit ini katanya!? Hyung kau tau berita ini!?"

Hoseok terdiam, ia tidak bisa menjawab pertanyaan sang adik.

"Hyung?! Kau tau tidak beritanya!? Tapi disini katanya seorang aktor yang menyelamatkan orang yang ingin bunuh diri itu." Lagi-lagi Jimin berbicara sendiri tanpa digubris oleh Hoseok.

J' - LieWhere stories live. Discover now