J' - 08

365 49 7
                                    

"Astaga Jimin-ah!"

Posisi Jimin masih sama seperti tadi, dimana Hoseok meninggalkan Jimin karena tidak mau memperparah kondisi Jimin.

Tapi nyatanya, kondisi Jimin malah semakin parah. Jimin memegangi perutnya serta pinggang nya yang sakit, dan membiarkan darah keluar mengalir dari mulutnya. Tidak terbayang sesakit apa tubuhnya saat ini.

"Hyung! Hyung!" Panggil Jimin.

"Kau takut? Kau takut sama siapa, Jim?" Tanya Taehyung.

Dan saat ini juga hanya Taehyung yang bisa mendekati Jimin. Jimin merasa, dirinya aman dan tidak ada ancaman apa-apa jika ada disamping Taehyung.

Tangan Jimin merentang, niat ingin memeluk Taehyung dibatalkan saat sadar dirinya terlihat sangat kotor.

"Gwenchana, Jimin-ah. Peluk hyung sini..." Taehyung tahu, tahu segala tentang Jimin. Bahkan penyakit mentalnya saat inipun Taehyung tahu, karena Taehyung lah yang membawa Jimin berobat. Salah satu cara menenangkan anak itu. Harus dipeluk.

Setelah mendapat izin, Jimin tanpa canggung memeluk Taehyung dengan sangat erat. Bahkan ia juga menangis sejadi-jadinya untuk meluapkan emosi nya.

"Hyung aku pernah menyakiti perasaan kakak-kakak ku, kah!? Kenapa mereka begitu jahat padaku!? Aku lelah, hyung!!!"

"Nooo! Jimin tidak ada salah sama mereka, hanya mereka yang mementingkan ego nya." Ujar Taehyung.

"Aku takut..."

"Jimin lihat hyung sini." Perintah Taehyung yang mengangkat dagu Jimin agar wajahnya bisa melihat wajah Taehyung.

"Jimin kalau seperti ini terus, Jimin kesiksa sendiri... Jimin di dunia ini tidak sendiri, ada hyung, ada Seokjinie, ada siapa lagi sahabat Jimin? Ada Jungkook juga... Hyung selalu bilang kalau Jimin ada apa-apa bilang sama hyung, cerita sama hyung. Kalau merasa takut ganggu hyung, karena hyung lagi shooting, atau apapun itu, Jimin bisa telepon Seokjin. Jimin harus bisa mengontrol diri Jimin sendiri... Coba kalau Hoseok hyung tadi tidak menelpon hyung, Jimin akan seperti ini terus? Hoseok hyung berbuat jahat sama Jimin?"

Jimin menggeleng.

"Kenapa Jimin harus takut? Jimin jangan takut sama orang yang tidak berbuat jahat sama Jimin, ya?"

"Iya, hyung..."

"Lihat hyung sini." Titah Taehyung dengan Jimin yang menurutinya dengan cepat.

"Jangan seperti ini lagi kalau bisa, ya? Hyung tidak pernah memaksa Jimin untuk melakukan apa yang hyung suruh, kan? Jadi kalau bisa saja, ok? Adikku sayang..."

Layaknya orang tua, Taehyung sangat mengerti bagaimana menangani Jimin. Tanpa ada rasa jijik, Taehyung mencium kepala, dan pipi Jimin yang sudah berlumur darah. Sesayang itu Taehyung pada Jimin.

"Masih sakit perutnya? Sudah minum obat?"

"Aku sudah minum obat, tubuhku sudah enak saat Hoseok hyung menyuruhku istirahat. Tapi tubuhku diseret Yoongi hyung, itu yang membuatku sakit lagi." Jelas Jimin. Itu sudah pasti membuat Taehyung terkejut, mata nya membulat saat mendengar penjelasan dari Jimin.

"Hoseok-ah, apa yang kalian sembunyikan?"

"Kami tidak menyembunyikan apa-apa."

"Kenapa kakakmu begitu membencinya?"

"Aku juga tidak mengerti. Aku sudah sering memberi tahu kalau Jimin itu adik kita, kau tahu sendiri Yoongi itu keras kepala." Jelas Hoseok.

"Kalau benar Jimin adik kalian, kenapa kalian malah menyakitinya!?" Tanya Taehyung meyakinkan Hoseok, "Bahkan kalian tidak layak dikatakan sebagai kakak yang baik untuknya."

J' - LieWhere stories live. Discover now