J' - 24

393 41 15
                                    

Seokjin menatap Jimin, melihat sahabatnya yang menahan kesakitan. Seokjin juga sudah memaksa agar Jimin meminum obatnya. Namun Jimin tetap menolak.

"Jimin-ah, ayolah..." Ujar Seokjin memohon.

Jungkook menyingkirkan Seokjin begitu saja.

"Jiminie..." Ucap Jungkook lembut.

"Hey, minum obat ya?" Sekarang Jungkook yang memohon kepada Jimin.

"Tidak mau."

"Hey, Jiminie adik hyung bukan? Adik Hoseok hyung sama Yoongi hyung juga, kan? Kalau iya, minum obatnya. Kalau Jiminie marah, tolong lakukan minum obat itu demi aku, dan kakak-kakakmu yang lain."

"Hyung..." Panggil Jimin. Tidak, ini adalah kali pertama Jimin memanggil Jungkook dengan sebutan hyung. Biasanya, Jungkook-ssi.

"Minum obat, eoh?" Lagi, Jungkook memaksa Jimin.

"Hm." Jimin mengangguk kecil.

Jungkook merasa bersyukur setelah adiknya mau meminum obatnya. Jungkook mengetahui kalau Jimin itu sakit apa sebenarnya, tidak, bukan hanya Jungkook, Namjoon pun mengetahuinya. Namun, Jungkook tidak ingin membuat ibunya itu khawatir. Apalagi, ini adalah kali pertama Jimin makan dirumahnya. 

"Jim, kenapa sangat pucat?" Tanya ibu Jeon.

"Perutku sakit sekali tadi, bu. Ususku seperti dililit, tapi bagaimana lagi, aku lupa kalau aku ada alergi mi instan." Jelas Jimin.

"Dia alergi mi instan tapi sangat suka mi instan, bi." Kini Seokjin yang menjelaskan.

"Ya bagaimana lagi, mi instan kan sangat enak." Celatuk seseorang yang baru saja keluar dari toilet rumahnya.

"Nyambung aja kaya tiang listrik." Cibir Jungkook.

Jimin melihat jalanan melalui jendela mobilnya. Bukan, tapi mobil Seokjin. Setelah menunggu hampir satu jam, akhirnya supir pribadi Seokjin menjemput mereka. Tadinya Jimin menolak untuk pulang bersama. Namun, Seokjin memaksa agar tetap pulang bersama, dan membiarkan supirnya mengantar Jimin sampai rumah.

"Jim, kau beneran marah?" Itu Seokjin yang bertanya.

"Menurutmu? Ah, aku tidak marah. Aku hanya ingin jaga jarak denganmu. Kalau bisa, turunkan aku disini."

"Kenapa harus jaga jarak? Masalahku denganmu apa?"

"Paman, berhenti. Aku bisa pulang sendiri." Alih-alih menjawab, Jimin malah menyuruh Ye Joon untuk memberhentikan mobilnya.

Dan yap, Ye Joon berhenti sejenak. Tapi ia tidak membuka kunci pintu mobilnya itu. Ye Joon tetap menunggu perintah dari sang majikan.

"Lanjut, paman." Titah Seokjin.

"Aniya! Aku ingin turun!" Jimin membuka kunci pintu mobilnya, lalu membuka pintu dan keluar dari mobil Seokjin.

"Jimin-ah!" Teriak Seokjin.

Seokjin ikut membuka pintunya, lalu keluar dari mobilnya, dan berlari mendekati Jimin.

"Jimin-ah tunggu!" Seokjin mencekal lengan Jimin dengan kuat.

"Lepas! Kita bukan sepasang kekasih disini!"

"Yang bilang kita sepasang kekasih siapa!? Kau yang tidak jelas tiba-tiba keluar dari mobil!"

"Kakakmu bukannya menginginkan aku mati? Ah, kau juga pasti. Jadi, memang seharusnya kita tidak perlu dekat lagi. Satu lagi, aku sudah memutuskan untuk berhenti cuci darah!"

"Kakakku ingin kau mati itu berita dari mana!?"

"Aku mendengarnya langsung, Jin."

"Keluarga ku terlalu jahat dengan keluargamu." Sambung Jimin.

J' - LieWhere stories live. Discover now