Arkan 2

1.4K 82 1
                                    

Sudah beberapa jam berlalu rapat yang diadakan oleh Bara selesai setelah perdebatan antara kedua belah pihak.

Kini Bara yang diikuti oleh Affan yaitu sahabat sekaligus rekan kerjanya menuju keruang pribadinya.

"Apa sudah selesai?.." Bara menatap kearah sang putra yang masih fokus pada pekerjaan yang diberikan olehnya tadi.

"Hy...Hy.. tunggu dulu, apa kau menyuruh Arkan yang masih berumur 6 tahun untuk mengerjakan berkas-berkas kau gila Bara dia masih kecil dan saat berumur 6 tahun seharusnya ia it-..." Affan yang bercerocos langsung dihentikan oleh Bara yang nampak muak melihat ucapan sahabatnya itu.

"Diamlah dia berbeda dari anak yang seumuran dengannya.." Bara yang membuka berkas yang baru diselesaikan Arkan itu.

"Heh, walau begitu seharusnya dia itu menikmati keindahan masa kecil kau ini menyiksanya.." Affan yang nampak tak percaya jika sahabatnya ini malah menyuruh anaknya bekerja.

"Kau tanya saja dia apa dia marah..." Arkan yang ditatap hanya diam dengan masih fokus pada komputernya.

"Astaga ayah dan anak ini sama saja.." ucapan pasrah dari Affan ketika melihat mereka berdua.

"Ayah aku lapar..." Arkan menatap kearah Bara.

"Baiklah ayo makan siang bersama.." Bara dengan entengnya menggendong anaknya yang tadi masih terduduk dibangku.

"Aku ikut..." Affan yang mulai membututi mereka berdua.

___________

Ayah dan anak itu lahap menyantap makanan yang dipesan tanpa ada topik pembicaraan.

"Bara apa kau tak berniat menikah lagi?.." Affan membuka pembicaraan.

Tuk...

Bara menaruh garpu Dan pisaunya dengan santai lalu menatap lekat kearah Affan.

"Aku tak berniat lagi menikah..." Bara yang menatap kearah Arkan.

"Dan juga aku ingin mencoba dulu jika ada wanita yang cocok untuk menjadi ibu dan istri yang baik nantinya aku akan menikah.." sambungnya lagi.

"Hmm, benar juga Arkan juga membutuhkan ibu dan kau membutuhkan istri yah, aku hanya bisa berharap semoga berhasil..." Affan yang menatap kearah jendela.

Percakapan itu terhenti karena ada salah-satu orang dari Bara mengatakan sesuatu padanya yang membuat Bara dan Arkan meninggalkan tempat dan menyisahkan Affan yang sedang membayar.

Didalam mobil yang membawa keduanya terlihat melaju kencang dijalan yang berwarna hitam, entah apa yang membuat Bara terlihat begitu dingin hawa yang dikeluarkannya seperti akan ada nyawa yang hilang.

Arkan yang melihat ayahnya nampak marah padam itu hanya menatap sebentar lalu mengalihkan pandangannya, ia tak terlalu perduli dengan apa yang ayahnya lakukan jika ayahnya membunuh orang didepan matanya ia juga sudah terbiasa walau masih berumur 6 tahun baginya itu hanya lalat yang sedang dibunuh menggunakan tangan yang kuat.

Arkan memang sudah terbiasa dengan hal itu walaupun begitu ia tetap menyayangi ayahnya kasih sayang yang ayahnya berikan lebih dari kata cukup, memang ayahnya seperti Tiran yang kehausan darah dan seperti psikopat yang selalu membunuh tapi ia tetap ayah yang penyayang kepada anaknya.

Bara yang menatap kearah putranya yang tadi sudah mengalihkan pandangannya hanya tersenyum tipis karena ia tahu Arkan pasti mengerti mengapa ia bersikap begini.

Kini tujuan mereka adalah hutan, entah ada apa disana. Saat sudah sampai terlihat dengan jelas banyak orang-orang yang serba menggunakan pakaian hitam nampak berbaris dengan rami dengan entengnya kedua turun, dengan sigap para pria berpakaian hitam itu menunduk.

"HORMAT PADA TUAN DAN TUAN MUDA!!.." kompak mereka.

Ayah dan anak itu berjalan di tengah-tengah mereka dengan ekspresi wajah yang menatap datar.

Bukk..

"Ini tuan, orang yang ada cari-cari..." Ucap salah satu dari mereka mendorong seseorang didepan kaki Bara.

"Lepasin saya brengsek, kamu pantas mati kamu bu-.." Bara dengan ekspresi wajah dingin mencengkeram kuat rahangnya.

"Jawab aku siapa yang menyuruhmu.." dingin hawa yang dikeluarkan oleh Bara mampu membuat orang disana bergidik ngeri.

"Aku tak akan memberi tahu..."

"Heh.." Bara melepaskan cengkraman itu lalu berjalan sambil menginjak tangan orang itu.

Arkan yang dari tadi melihat ayahnya itu hanya menatap biasa.

"BARA KAU BODOH LIHAT SAJA KAU AKAN SEG-.."

Dor...

Ucapan orang tersebut terhenti ketika satu peluru menembus kulit kepalanya. Arkan yang berbeda tak jauh dari kejadian itu terciprat darah untung tak banyak. Masih dengan ekspresi wajah yang biasa Arkan malah meninggalkan tempat itu dan mengikuti ayahnya seperti tak ada rasa takut dari Arkan.

"Ayah.." Arkan menatap kearah ayahnya.

"Ya baby..." Terlihat dari ucapan Bara ada rasa hangat yang keluar, Bara mengelus pipi Arkan yang ada noda darah itu.

"Ayo pulang..maaf karena membawamu kesini.." Bara menggendong Arkan.

"Tak apa ayah aku sudah terbiasa dengan adegan ini.." Arkan yang bersandar dileher Bara dengan menenggelamkan wajahnya.

Ayah dan anak itu berjalan melewati mayat itu tanpa disuruh orang yang berbaju hitam langsung membersihkan area itu.

"Kematian kakak tak akan sia-sia aku berjanji akan mencari orang dibalik semua ini.." pikiran Bara kini, tujuan utamanya adalah mencari pelaku pembunuhan kakaknya memang sudah lama kejadian ini terjadi tetapi sampai saat ini masih saja belum ketemu apa mungkin orang itu pintar menyembuhkan semuanya tapi bagi Bara ini adalah permainan yang tak boleh terlewatkan begitu saja.

continued......

Cinta Sedarah [BL] |Berhenti Untuk Sementara|Donde viven las historias. Descúbrelo ahora