Part 42 (2017)

799 93 85
                                        

Naya mengatur napasnya yang terangah-engah ketika ia dan Baskara duduk disalah satu undakan batu yang terletak di tribune penonton bagian barat. Tribune tersebut sepi dan hanya ada mereka berdua disana.

Membantu pemuda itu berjalan dan membawanya ke tribune terdekat membuat Naya kehabisan energinya.

Naya mengeluarkan tumblr yang berisi bekal airnya dari totebag miliknya. Diteguknya air tersebut untuk menghilangkan kelelahannya.

Setelah Naya selesai meneguk airnya, Baskara langsung menyambar tumblr miliknya.

"Bas!" Pekik Naya ketika Baskara meneguk air dari tumblr miliknya. Namun pemuda itu tampak tak peduli dan tetap meminum air milik Naya hingga tak tersisa.

"Ish!" Naya merebut tumblr miliknya. Naya melirik sedih isi tumblrnya yang telah kosong karena diminum habis oleh Baskara.

"Kok lo abisin" Omel Naya sembari memasukkan tumblrnya kembali ke totebag.

"Gue haus" Kata Baskara pelan sambil menatap Naya dengan senyuman khasnya.

Suasana lalu tiba-tiba hening diantara mereka berdua. Hanya terdengar gemerisik angin sepoi-sepoi yang berhembus di lapangan bola sore itu.

"Hmm ... kaki lo gimana?" Kata Naya malu-malu karena Ia biasanya jarang membuka obrolan terlebih dahulu. Apalagi obrolan dengan Baskara, yang selalu Ia ingin cepat-cepat sudahi.

"Aman" Kata Baskara pelan.

"Aman?"

Naya kemudian mendesis, "Buat apa sih lo ngejar gue kaya tadi Bas! Lo ga kasian sama kaki lo! Gue bahkan baru dateng pas lo udah selesai main! Gue ini jahat sama lo! Lo ga kasian sama Saura? Pasti dia udah nonton lo tanding dari awal ..."

Naya seketika terdiam ketika menyadari betapa banyaknya Ia bicara sementara Baskara hanya mengamatinya sambil menahan senyum.

"Udah?" Kata Baskara kalem.

Naya mengerucutkan bibirnya saat melihat Baskara tampak begitu tenang dan cool menghadapi dirinya yang berapi-api.

Baskara kemudian memiringkan tubuhnya sedikit, sehingga Ia bisa menghadap tepat ke arah Naya walaupun mereka duduk sejajar. Perubahan posisi itu membuat mata tajam Baskara lebih leluasa untuk menatapnya.

Naya juga merasa jarak Baskara menjadi lebih dekat dari sebelumnya, hingga Ia bisa melihat lebih jelas wajah pemuda itu yang basah karena keringat serta tubuh atletisnya yang dibungkus sempurna oleh jersey berwarna hitam.

Naya langsung menelan ludah melihat sosok dihadapannya, yang hingga detik ini dengan ketampanannya sanggup membuat Naya sulit berpikir jernih.

"Sorry kalo lo pikir gue ngejebak elo Nay" Kata Baskara pelan dan menghujam Naya dengan tatapan matanya.

Dan ini bukan pertama kalinya hal tersebut terjadi. Disetiap kali Baskara bicara kepadanya, mata hitamnya akan selalu menatapnya lekat-lekat. Hal ini membuat Naya selalu merasa terintimidasi oleh keberadaan Baskara.

"Sebenernya karena gue tau lo pasti gak mau dateng ke pertandingan gue, gue terpaksa ngelakuin itu"

Kali ini sorot mata tajam itu tampak frustasi ketika mengucapkan hal tersebut.

"Dan soal temen-temen gue" Baskara kembali melanjutkan ucapannya "Sumpah gue beneran ga ada nyuru mereka buat ngajak lo ke lapangan"

Naya teringat kembali dengan kejadian tadi sore. Betapa syoknya Ia ketika gerombolan anak Teknik Industri menghampirinya secara beramai-ramai. Naya kala itu baru saja keluar dari kuliah sorenya dan berencana membeli kopi untuk menemaninya bergadang membuat tugas malam nanti. Namun ia malah tak sanggup menolak permintaan teman-teman Baskara untuk datang ke lapangan.

Unmoveable [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora